Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz, hadiri workshop “Siaran Ramadan dan Idul Fitri 1442 H” di Surabaya. (sumber foto: rri.co.id)

Tebuireng.online– Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz atau yang akrab disapa Gus Kikin, menghadiri workshop “Siaran Ramadan dan Idul Fitri 1442 H” di Surabaya. Acara ini berlangsung selama 4 hari, dimulai pada hari Jum’at (19/3/2021) hingga Senin (22/3/21).

Workshop siaran Ramadan ini diselenggarakan oleh Direktorat Program dan Produksi Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Radio Republik Indonesia (RRI).

Dilansir dari website rri.co.id Surabaya, dalam acara tersebut, Gus Kikin menuturkan bahwa pada bulan Ramadan, di Pesantren Tebuireng terdapat kegiatan rutinan berupa kajian Shohih Bukhori yang sudah menjadi tradisi yang terus dipertahankan sejak masa pendiri Pesantren Tebuireng sekaligus pendiri NU, yaitu KH. Hasyim Asy’ari, hingga saat ini.

“Pengajian membahas kajian Sahih Bukhari, ini menjadi tradisi yang dipertahankan, sejak  zaman pendiri NU, KH, Hasyim Asy’ari,” ungkap Gus Kikin disela workshop Siaran Ramadan  dan Lebaran 2021, Minggu (21/3/2021).

Tidak hanya berlangsung dikalangan santri, kajian Shahih Bukhori juga bisa diikuti oleh masyarakat luar, karena kajian kitab di Pesantren Tebuireng memberi fasilitas juga kepada masyarakat dengan menyiarkan secara langsung pengajian kitab tersebut melalui media sosial Pesantren Tebuireng.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Karena pandemi, masyarakat umum kita pikirkan, masyarakat umum bisa daring, untuk yang mengaji di pondok dilakukan oleh santri,” imbuhnya.

Protokol Kesehatan Pesantren Tebuireng sangat ketat sekali, sehingga tidak memungkinkan memberi akses masuk masyarakat luar untuk mengikuti kajian kitab Shahih Bukhori di dalam Pesantrean Tebuireng.

“Kita membolehkan santri ke pondok bergelombang, mulai Agustus dimulai kelas tiga, kelas 1 pada September hinga kelas 2, dilakukan tatap muka Oktober. Kita telah melaksanakan belajar tatap muka dengan prokes. Untuk santri tahun ajaran 2020-2021 berjumlah 4.933 orang. Ada peningtakan santri 600-an di tahun ajaran baru.” pungkas Gus Kikin.

Perepro: Indah Naila