ilustrasi: Gus Dur

Oleh: Rasyida Rifa’ati Husna*

Dalam buku The 7 Habits of Highly Effective People, Stephen Covey mengatakan bahwa setiap orang di dunia ini memiliki center of life (poros atau acuan) dalam mengelola hidupnya. Misalnya, individu yang meletakkan sumbu kehidupan pada materi, maka ia akan bekerja keras dan berusaha sekuat apapun untuk mendapatkan tujuannya, yaitu materi atau kekayaan tadi,  sekalipun harus mengorbakan pasangan dan keluarganya. Contoh lain, jika seseorang mengikuti power, maka segala dimensi kehidupannya akan ditujukan untuk kekuasaan.

Dari sekian banyak poros, menurut Covey yang paling baik ialah jika seseorang meletakkan principles sebagai pondasi kehidupannya. Dia menuturkan bahwa principles berbeda dengan values. Yang dimaksud dengan prinsip atau nilai luhur, menurutnya ialah berangkat dari hukum Tuhan yang berlaku universal, jika diadapsi ke dalam bahasa kita bisa disebut dengan nilai-nilai Ilahiyah. Artinya seseorang tersebut menjadikan Allah sebagai sumber atau pemandu dalam laku kehidupannya, yang dalam Islam disebut dengan tauhid.

Gus Dur dan Nilai Ketaauhidan

Makna tauhid yaitu mengesakan Allah, seorang hamba benar-benar hanya menyembah kepada Tuhannya serta tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun. Kebanyakan manusia sekarang ini, memahami tauhid itu hanya sekadar sebagai perilaku menyembah dengan ibadah, seperti menyebutNya dalam wirid, shalat, puasa dan mengerjakan amal ibadah mahdhoh lainnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Memang bisa dibenarkan, tetapi lebih tepatnya serangkaian ibadah tersebut merupakan salah satu bentuk dari aktualisasi tauhid, itu artinya termasuk juga pekerjaan yang sebenarnya sering kita sebut duniawi, seperti memasak, mencari nafkah, makan, bahkan tidur pun jika didasarkan pada prinsip nilai-nilai Ilahiyah, maka sejatinya juga merupakan bagian dari ekspresi ketauhidan.

Sebagaimana yang disampaikan oleh KH Abdurrahman Wahid, bahwa makna bertauhid tidak lantas berhenti hanya mengesakan Allah, tetapi ketauhidan adalah bagaimana kita memaknai Tuhan sebagai sumber dari segala sumber kehidupan, dengan menjalankan amanat kekhalifahan di muka bumi serta memperkuat nilai-nilai Ilahiyah yang diwujudkan kedalam laku kehidupan.

Pandangan ketauhidan inilah yang oleh Gus Dur dijadikan sebagai poros nilai-nilai ideal dalam perjuangannya di berbagai dimensi seperti menegakkan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan kesetaraan, juga keberanian melakukan pembebasan, mengakarkan persaudaraan, dan mendahulukan orang lain dan bangsa.

Baca Juga: https://tebuireng.online/mengenal-gus-dur-lebih-jauh/

Fungsi Tauhid dalam Kehidupan Manusia

Tauhid mempunyai berbagai fungsi dan peranan sangat besar serta memberikan dampak positif bagi kehidupan. Pada zaman modern ini dengan beragam krisis yang harus dihadapi oleh manusia,  jika seseorang menempatkan tauhid secara benar dan sesuai maka sebenarnya itu akan menjaganya dari nilai-nilai palsu yang bersumber dari hawa nafsu, sedangkan mengikuti hasrat nafsu adalah asal mula terjadinya kerusakan dan kehancuran di muka bumi.

Marilah kita lihat di dalam kehidupan kita pada zaman yang katanya modern ini, banyak manusia yang hidup tanpa tujuan yang jelas, mereka bekerja siang-malam banting-tulang hanya untuk mendapatkan harta berlimpah, dengan harta itulah mereka berusaha memuaskan hawa nafsunya.

Jika itu tidak terpenuhi, dengan sadar ataupun tak sadar segalanya ia akan kerahkan untuk memenuhi hasrat nafsunya, melalui cara apapun meskipun itu keluar dari batas norma yang berlaku, melanggar hukum agama maupun hukum perdata dan pidana negara. Yang secara nyata kita lihat seperti kasus penipuan kian marak terjadi, korupsi, kolusi, suap, memakan riba, merampok, membunuh, mengobral aurat, berzina, dan menzalimi rakyat, yang hakikatnya bersumber dari hawa nafsu. Sebab, semua ucapan dan tindakan tersebut berlawanan dengan nilai-nilai ketuhanan.

Berbeda dengan manusia yang berpegang teguh pada nilai tauhid, ia memiliki komitmen utuh pada Tuhannya. Ia akan berusaha secara maksimal untuk menjalankan pesan dan perintah Allah sesuai dengan kadar kemampuannya. Tujuan hidupnya amat jelas, ibadahnya, kerja kerasnya, hidup dan matinya hanya untuk Allah semata. Ia tidak akan terjerat pada nilai-nilai palsu atau hal-hal tanpa nilai sehingga tidak pernah mengejar kekayaan, kekuasaan dan kesenangan hidup sebagai tujuan. Sebaliknya, hal-hal tersebut hanyalah sebagai sarana mencapai keridhaan Allah.

Dan hubungan horizontal dengan sesamnya pun, ia selalu berupaya menjunjung tinggi nilai kasih sayang dan persaudaraan dalam masyarakat, bahkan terhadap yang berbeda keyakinan dan pemikiran sekalipun. Karena sesungguhnya tauhid dapat melahirkan manusia untuk membentuk suatu misi bersama yang bertujuan menegakkan kebenaran, dan keadilan, merealisasikan berbagai nilai-nilai utama dan memberantas kerusakan dimuka bumi. Dengan misi ini akan terwujud kehidupan sosial yang adil, etis, dan agamis, manusia lain, suatu kehidupan yang harmonis antara manusia dan Tuhannya.

Baca Juga: https://tebuireng.online/belajar-dari-gus-dur-menerapkan-kritik-berdasar-nilai-pancasila/

Tauhid dan Tugas Manusia Membangun Kemaslahatan di Dunia

Kehidupan yang berbasis pada nilai ketauhidan, maknanya sebagai seorang hamba harus sadar betul bagaimana mengabdikan dirinya kepada Ilahi Robbi. Sebab jika kesadaran tentang penghambaan itu sudah terpatri dalam diri, maka ia akan mengerti bahwa di bumi ini manusia dipercayai sebagai wakilNya untuk mengelola dan memakmurkan bumi. Yaitu bagaimana seseorang bisa berkontribusi membangun kemaslahatan bersama di muka bumi dengan peran apapun yang ia jalankan, entah itu sebagai kepala keluarga, orang tua, guru, pejabat, dokter, pelajar ataupun seorang anak.

Seperti misalnya sebagai seorang ayah yang bertauhid, ia menyadari bahwa tugas sebagai hamba Allah adalah mewujudkan kemaslahatan di dunia dengan nilai-nilai yang bersumber dari Tuhan, dimulai dari lingkup keluarga kecilnya, ia akan memastikan keluarganya mendapatkan kebaikan atau kemaslahatan dari proses keluarganya, sehingga keluarganya akan berkontribusi menciptakan masyarakat yang baik (khoiru al-ummah), dan masyarakat yang terbaik ini akan menjadi modal untuk negara dan bangsa yang baik (baldatu at-thoyyibah), dengan kemaslahatan bangsa inilah akan menjadi anugerah untuk semesta. Dari sini kita bisa memahami, bahwa nilai ketauhidan mempunyai dampak besar terhadap kehidupan manusia.

Oleh karena itu principle atau nilai tauhid yang kita maknai sebagai center of life harus kita wujudkan dalam tingkah laku dan peran apapun yang kita mainkan, baik dari segi perjuangan sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan, serta kemanusiaan. Sebagaimana Gus Dur mengajarkan kepada umat secara langsung dalam menjalani hidup, dengan berpijak pada nilai ketauhidan dalam gerakan kultural, NGO, dunia politik, kebudayaan, masyarakat NU, dan bangsa Indonesia. Wallahu a’lam.