Oleh: Muhammad Nur Faizi*
Kritik adalah bagian integral dari kehidupan manusia dan perkembangan masyarakat. Namun, bagaimana kita menyampaikan kritik yang memiliki dampak signifikan terhadap hubungan sosial dan perkembangan bangsa? Dalam konteks ini, mengadopsi nilai-nilai Pancasila sebagai panduan dalam mengkritik secara bijak adalah langkah penting untuk menciptakan harmoni, kesatuan, dan perkembangan yang berkelanjutan dalam masyarakat.
Salah satu tokoh yang dapat dijadikan contoh dalam menerapkan metode kritik dengan mendasarkan pada nilai-nilai Pancasila adalah Abdurrahman Wahid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gus Dur. Gus Dur merupakan mantan Presiden Indonesia yang juga merupakan tokoh Nahdlatul Ulama (NU), salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia. Beliau terkenal karena pemikiran-pemikirannya yang kritis, pluralistis, dan sering kali didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
Gus Dur dikenal sebagai seorang tokoh yang menghormati dan memahami keragaman agama, budaya, dan pandangan dalam masyarakat Indonesia. Ia seringkali mengkritik dengan bijak, mengedepankan dialog dan musyawarah dalam menghadapi perbedaan pendapat. Dalam pandangan Gus Dur, nilai-nilai Pancasila merupakan landasan untuk mencapai kesepakatan dalam masyarakat yang beragam. Dalam setiap kritiknya, Gus Dur mendasarkan pada 5 nilai Pancasila yang luhur.
Pertama, silaturahmi dan persatuan. Dalam konteks mengkritik, Gus Dur selalu mengingatkan untuk memahami bahwa meskipun memiliki perbedaan pandangan, semua orang tetap satu dalam keberagaman. Dalam mengkritik, Gus Dur terus menghormati pandangan dan keyakinan orang lain tanpa menyakiti perasaan atau menghina keyakinan tersebut. Dalam mengadopsi nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Gus Dur akan lebih cenderung mencari titik persamaan dan menjaga silaturahmi dalam mengkritik.
Gus Dur dikenal karena kritiknya terhadap penggunaan agama dalam politik dan tindakan intoleransi. Ia berusaha menjaga nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dengan menegaskan bahwa agama seharusnya tidak digunakan sebagai alat untuk menciptakan konflik atau kebencian.
Kedua, keadilan sosial. Mengkritik secara bijak juga harus mempertimbangkan nilai kedua Pancasila, yaitu Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Nilai ini mengajarkan untuk memperlakukan semua orang dengan hormat dan adil, tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, atau agama.
Dalam konteks kritik, nilai ini menuntut untuk menyampaikan kritik dengan bahasa yang santun dan menghormati martabat manusia. Maka ketika mengkritik, Gus Dur tidak pernah menggunakan kata-kata yang merendahkan atau menyakiti, karena hanya akan menghasilkan konflik dan permusuhan, bukan solusi yang konstruktif.
Ketiga, kerakyatan. Nilai ini mengajarkan tentang pentingnya kerjasama dan membangun hubungan yang harmonis di antara warga negara. Dalam mengkritik, mengadopsi nilai ini berarti menghindari retorika yang memecah belah atau menciptakan polarisasi dalam masyarakat. Kritik haruslah diarahkan pada masalah-masalah yang bersifat konstruktif dan berfokus pada solusi, bukan memperburuk situasi atau menimbulkan perpecahan.
Dalam setiap tindakan kritiknya, Gus Dur berusaha untuk mengedepankan semangat gotong royong dan mencari solusi bersama. Ia juga menekankan pentingnya mencintai Tanah Air, bukan hanya sebagai tempat lahir, tetapi juga sebagai wadah untuk membangun kesatuan dan keadilan.
Dalam konteks mengkritik, nilai keempat Pancasila selalu digunakan Gus Dur untuk membangun dialog dan konsultasi dalam pengambilan keputusan. Sebelum mengkritik, Gus Dur selalu mendengarkan berbagai pandangan dan memahami latar belakang suatu masalah secara mendalam. Mengkritik secara bijak berarti mengambil pendekatan yang ilmiah dan rasional, berdasarkan informasi yang akurat dan bukti yang kuat. Dengan demikian, kritik yang dilontarkan oleh Gus Dur akan lebih meyakinkan dan berpotensi untuk mempengaruhi perubahan yang positif.
Terakhir, Gus Dur selalu mendasarkan kritiknya pada prinsip keadilan sosial. Hal ini menjadikan Gus Dur memperhatikan dampak dari kritiknya di berbagai lapisan masyarakat. Kritik Gus Dur cenderung memberikan manfaat bagi banyak orang, bukan menguntungkan sekelompok orang atau kelompok tertentu saja. Dalam hal ini, Gus Dur terus mendorong pemerintah atau lembaga terkait untuk bertindak adil dan membawa perubahan yang positif bagi semua warga negara.
Dalam mengkritik dengan mengadopsi nilai-nilai Pancasila, Gus Dur selalu memastikan bahwa kritiknya tidak hanya bersifat kritis, tetapi juga konstruktif dan mengarah pada perubahan yang positif. Kritik yang bijak dan bertanggung jawab akan membantu membangun masyarakat yang lebih harmonis, adil, dan sejahtera. Dengan berpegang pada nilai-nilai Pancasila, Gus Dur selalu dapat menghindari konflik dan ketidaksepakatan yang merugikan, sambil tetap memupuk kesatuan dalam perbedaan. Dengan demikian, mengkritik dengan bijak adalah bentuk kontribusi nyata terhadap pembangunan bangsa yang berkelanjutan.
*Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.