tebuireng.online— Gus Dur adalah sosok yang selalu tak pernah habis untuk dibahas. Pemikirannya selalu relevan untuk diperbincangkan dengan kondisi Indonesia yang majmuk dan beragam. Kementerian Agama yang sekarang dipimpin oleh Drs. H. Lukman Hakim Saifuddin sepertinya sangat serius untuk mengambangkan apa yang dimulai oleh KH. Abdurrahman Wahid. Demikian Wawancara Abror, Wartawan Tebuireng Online dengan Bapak Menag RI di Dalem Pengasuh Pesantren Tebuireng usai acara Haul Gus Dur ke-5 kemarin malam (05/01).

Bagaimanakah sosok Gus Dur di mata anda?

Beliau adalah sosok yang multi pesona. itu sangat luar biasa. Beliau adalah orang yang lingkungannya bukan lagi nasional saja tapi sudah global. Meskipun begitu dia tetap terikat dengan tradisi. Kakinya bertapak pada nilai-nilai tradisional walaupun lingkungannya global, wawasannya global tapi tetap menjaga nilai-nilai tradisional.

Dia punya hal-hal yang menjadi kelebihannya. Mungkin karena dia tidak pernah berpikir untuk kepentingan diri sendiri. Gus Dur adalah sosok yang tidak butuh pencitraan. Dia tidak peduli prilakunya, sikapnya, tingkahnya akan mempengaruhi citranya atau tidak. Baginya citra itu sudah tidak penting lagi. Dia berorientasi pada kepentingan orang banyak. Itu adalah wujud keikhlasan yang patut kita teladani sekarang sebenarnya.

Untuk toleransi sendiri yang sudah dimulai oleh Gus Dur, apa yang akan dilakukan oleh Kementrian Agama  untuk mengembangkannya?

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Saya pikir itu adalah tugas dari Kementrian Agama bagaimana kemajmukan itu harus dijaga dan dilestarikan. Satu-satunya cara menjaga keberagaman kita adalah toleransi. Toleransi adalah sikap mau menerima, menghormati, mengerti dan menghargai orang yang berbeda. Sering kali kita bicara soal torelansi tapi banyak menuntut agar orang lain itu memahami kita bukan kita yang berusaha memahami mereka. Padalah toleransi yang baik itu lebih proaktiv untuk saling memahami dan mengerti. disitulah agama itu menjadi penting karena agama memanusiakan manusia. Memuliakan manusia itulah fungsi agama. Bukan memuliakan diri kita dan merendahkan orang lain. Apalagi saling merendahkan antar satu dengan yang lainnya. Itu justru bertolak belakang dengan esensi dari beragama. Itu yang sedang dibangun oleh kementrian agama melalui kerukunan antara umat beragama, melalui forum komunikasi antar umat beragama.

Gus Dur secara jasad memang sudah wafat, tetapi untuk mencetak Gus Dur- Gus Dur yang baru, generasi muda Gus Dur yang baru, bagaimana menurut bapak?

Kita kan banyak kelompok-kelompok Gusdurian, kelompok-kelompok yang mengagumi sosok Gus Dur. Setidaknya ada dua hal yang menjadi kewajiban kita sebagai generasi selanjutnya. Yang pertama adalah meneladaninya. Sedangkan yang kedua adalah melanjutkan apa yang majadi cita-cita Gus Dur. Karena Sesungguhnya apa yang diperjuangkan Gus Dur itu sebenarnya masih panjang. Masih banyak yang harus dilakukan oleh para pengagumnya, pendukungnya, murid-murid dan generasi mudah setelahnya.

Terdengar berita bahwa kementrian agama mengkui satu agama baru, yaitu baha’i. Sebenarnya apa yang dimaksudkan oleh Kemenag sendiri?

Kementrian agama tidak pernah meresmikan, mengakui atau apapun. kita hanya ingin menyampaikan bahwa selain enam agama yang banyak dianut oleh mayoritas penduduk di Indonesia ada juga agama-agama yang lain yang punya hak untuk hidup di wilayah Tahan Air. Jadi kami tidak pernah meresmikan agama baru atau aliran baru. Itu bukan kewenangan Kementrian Agama. Hanya saja kita mencoba memberikan hak yang sama kepada penganut agama yang diluar enam. Karena amanat konstitusi yang kita jalankan seperti itu bahwa setiap warga negara diberikan kemerdekaan untuk memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya.

Untuk kolom agama dalam KTP,  bagi selain agama-agama yang telah diresmikan apakah ada solusi dari Kementrian Agama?

Lah itu masih kita rumuskan sekarang ini. Kita masih menyiapkan rancangan undang-undang perlindungan umat bergama. Nanti akan diatur bagaimana penganut agama yang diluar agama enam itu bisa mendapat hak keperdataan. Kedudukan dia itu seperti apa. Ini yang sedang dirumuskan bagaimana seharusnya. (abror)