Personel grup band Letto, Noe, saat menyanyikan lagu Ruang Rindu yang disambut meriah oleh ribuan Santri Tebuireng Jombang, Kamis (11/05/17). (Foto : Rara)

Tebuireng.online- Grup band ternama Indonesia “Letto” menyambangi ribuan santriwan-santriwati Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Kehadiran musisi yang kental dengan budaya Jawanya itu merupakan rangkaian kegiatan AKSI (Anugerah Kreatifitas Santri Indonesia) Terbuka, yang diadakan oleh Universitas Terbuka bekerjasama dengan Pondok Pesantren Tebuireng dan Bios TV, Kamis (11/05/17).

Tak pelak, ketika salah satu personel Letto, yakni Noe yang juga merupakan putra Emha Ainun Najib itu naik ke atas panggung mendapat sambutan yang sangat meriah dari ribuan santriwan-santriwati Tebuireng yang hadir.

Tak jarang juga, disela-sela pertunjukannya, Noe memberikan kalimat mutiara pembangun jiwa yang penuh pesan kepada para santri. “Pernah ada yang bertanya. Mengapa Letto tidak pernah mengeluarkan album religi? Kemudian saya jawab kalau kita seksama memperhatikan, tidak ada lagunya Letto yang tidak religi. Semuanya bisa dijadikan sebagai bentuk memuji Tuhan,” terangnya.

Bahkan Noe juga mengajak santri maju ke depan panggung untuk mendendangkan tembang ‘Gundul-Gundul Pacul’ yang diaransemen dengan musik metal, “Saya menantang santri di sini. Ada nggak yang berani maju ke depan untuk joget metal bersama saya? Pemuda itu harus berekspresi,” tegasnya.

“Tuhan itu ada di mana-mana, jika Tuhan bisa ditemukan di lagu-lagu mellow dan tenang, Tuhan juga bisa di temukan di musik rock dan metal. Jika Tuhan bisa di temukan dengan cara istighfar, Tuhan juga bisa di temukan dengan cara kebahagian,” imbuh Noe.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Noe juga berharap, dengan adanya Universitas Terbuka (UT), bisa memberikan pelajaran kepada bangsa ini dengan definisi “terbukanya” untuk terbuka menerima semua orang, semua golongan yang ada. Beberapa lagu yang pernah hits pada tahun 2000-an seperti Lubang di Hati, Sandaran Hati, Permintaan Hati, Sampai Nanti Sampai Mati, Sebelum Cahaya, ia dendangkan dengan gaya khasnya.

Salah satu penonton, Putri Khurriyatul Masfufah mengungkapkan bahwa konser Letto bukan sekadar konser. “Konser Letto ini tidak hanya sekadar menyanyi bersama, namun juga syarat akan nilai-nilai keislaman dan ketuhanannya melaui syair dan bait yang di bawakannya,” ujarnya kepada Tim Tebuireng Online seusai konser.

Untuk diketahui bersama, selain pergelaran konser Letto, untuk menunjang kreativitas santri, Aksi Terbuka tersebut juga mengadakan rangkaian lomba yang membangun kreativitas santri seperti Seni Kaligrafi, Al Banjari dan Stand Up Comedy.


Pewarta : Rif’atuz Zuhro

Editor : Munawara, MS

Publisher : Rara Zarary