Ilustrasi gambar: republika online

Oleh: Luluatul Mabruroh*

Kelahiran Rasulullah SAW, bertepatan dengan serangan raja Abrahah yang menuju Makkah dengan maksud menghancurkan Baitullah al-haram dengan mengendarai gajah keagungan yang dikirim langsung oleh Raja Najasyi yang dikenal dengan nama Mahmud.

Serangan Raja Abrahah digagalkan oleh Allah melalui perantara burung-burung Ababil yang membawa batu-batu neraka dan dijatuhkan pada pasukan gajah sehingga pasukan Abrahah lari tunggang langgang dan mengalami kekalahan telak tanpa campur tangan penduduk Makkah sedikitpun.

Berikut adalah sejarah yang diketahui orang pada umumnya, namun demikian di sebuah kota berbeda, kelahiran Rasulullah mengguncangkan banyak kerajaan besar penyembah berhala pada masanya sebagai pertanda dan peringatan bahwa penyeru akhir zaman telah dilahirkan.

Saat keluarga Abdul Muthallib bersuka cita menyambut kelahiran cucu kecilnya, kerajaan Persi (Iran) yang saat itu muncul sebagai raksasa dunia tengah bermuram durja. Api sesembuhan penduduk kota telah padam setelah sebelumnya tidak pernah mati selama 1000 tahun. Sebuah danau yang tidak pernah surut airnya tiba-tiba kering meninggalkan sampah dan ranting-ranting yang menganga menghadap langit dengan merana.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Di waktu yang sama, kerajaan Qishra bergoncang dahsyat sehingga meruntuhkan empat belas balkon istana yang menyebabkan tempat istirahat raja terkoyak. Esoknya, raja Qishra mengumpulkan seluruh punggawa kerajaan dan menggelar sidang. Wajah-wajah diliputi kegelisahan dan kekhawatiran nampak pada tiap orang yang mengikuti sidang istana.

Keadaan bertambah muram saat Mubidzan, seorang penasihat raja datang menuturkan dan mentakwilkan mimpinya. Malam menyedihkan itu ia telah bermimpi melihat seekor unta memimpin sekawanan kuda arab menyeberangi sungai Tigris.

“Apa arti semua mimpi ini, wahai Mubidzan?” tanya Raja dengan penuh gelisah dan khawatir atas kejadian yang telah menimpa kerajaannya.

“Sesuatu tengah terjadi di negeri Aarabia ini wahai baginda raja,” sebatas itulah jawaban Mubidzan sebab ia tidak mampu dan tidak bisa lagi menerjemahkan mimpinya lebih lanjut, sidang kerajaan saat itu tidak membuahkan hasil apapun.

Mubidzan selaku penasihat Raja merasa bertanggung jawab atas kebuntuan sidang muram tersebut. Atas perintah Raja ia mengirim surat pada al-Nu’man bin Mundzir, seoramg duta kerajaan Qishra yang ditempatkan di daerah Hiarah, Irak.

Isi surat tersebut tidak lain tentang perintah terhadap Nu’man supaya segera mengirimkan seseorang yang mampu menjawab semua kegelisahan yang tengah menimpa kerajaan Qishra. Berkat petunjuk budak yang dikirimkan oleh Nu’man, jawaban atas serangkaian peristiwa duka itu akhirnya ditemukan dari seorang bijak yang bernama Sathih, seorang pertapa yang konon fisiknya hanya tinggal seonggok daging menempel pada sebatang kayu.

Dari pertapa inilah terungkap sebuah jawaban yang membuat Raja dan seluruh penduduk Qishra tercengang. Sathih menuturkan bahwa umur kerajaan Qishra tidak lama dan penguasa baru akan segera muncul. Penguasa besar yang akan menguasai dunia. Namun siapa yang akan menghancurkan kerajaan Qishra masih menjadi misteri yang tidak diketahui siapapun saat itu. Dialah nabi akhir zaman, Muhammad SAW.

*Santri di Pondok Pesantren Putri Walisongo Cukir Jombang.