Tebuireng.online- Ahad (13/01/2019), Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng meluluskan 38 mahasantri dalam “Rapat Senat Terbuka Wisuda Mahasantri ke-5”. Acara ini meliputi pembacaan surat keputusan kelulusan, prosesi wisuda, dan pemberian penghargaan kepada para wisudawan terbaik. Bertempat di Aula Lantai 3 Gedung KH. M. Yusuf Hasyim Pesantren Tebuireng, tampak hadir Prof. Sayyid Aqil Husin al-Munawwar berkesempatan menyampaikan orasi ilmiah.
Sebelum memulai acara, dibuka lantunan shalawat al-banjari dari grup Habibul Musthofa. Berlanjut penampilan grup penari saman putri, memberi kesan acara lebih berwarna dari tahun sebelumnya. Sorak dan tepuk tangan dari hadirin mengiringi akhir penampilan mereka.
Acara inti dimulai dari menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Hymne Tebuireng. Pembacaan ayat suci al-Quran oleh Daniel Muhammad. Setelah itu, Rapat Senat Terbuka dibuka oleh Mudir Ma’had Aly, H. Nur Hannan, Lc., M. HI.
Prosesi wisuda mahasantri ke-5 Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Tahun Akademik 2018 – 2019, diawali dengan pembacaan surat keputusan kelulusan para mahasantri oleh KH. A. Syakir Ridlwan. Dilanjutkan dengan pemanggilan setiap wisudawan serta penyebutan yudisium IPK masing-masing. Kemudian pembacaan SK (Surat Keputusan) wisudawan terbaik oleh KH. Muthoharun Afif.
Berlanjut rangkaian sambutan. Pertama, disampaikan oleh Mudir Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, KH. Nur Hannan, menyampaikan ada cerita Umar bin Khattab bertemu seorang lelaki yang sedang berdoa; allahumma ij’alni min ‘ibadika al-qalil. Umar pun bertanya mengapa dia berdoa dengan kalimat tersebut. Lelaki itu menjawab, bahwa ia mengambil doa ini dari firman Allah; wa qalilun min ‘ibadiya al-syakur. “Mudah-mudahan wisudawan-wisudawati ini, kita tidak melihat dari sini kuantitas yang sedikit ini. Tapi yang sedikit ini mudah-mudahan memiliki kualitas yang terbaik,” ungkap beliau.
Kedua, disampaikan oleh KH. Salahudin Wahid, “Selamat, mudah-mudahan anda bisa memperoleh kemajuan dimanapun anda berada. Dan anda selalu memperoleh manfaat dari ilmu yang anda peroleh. Sekali lagi saya sampaikan dawuhnya mbah Hasyim, dawuh beliau banyak tapi yang saya ingat cuma dua. Pertama, jadilah santri yang baik. Yaitu santri yang bisa mengamalkan ilmu yang anda peroleh di pesantren ke dalam kehidupan anda sehari-hari. Itu menurut saya, akhlak. Yang kedua, janganlah belajar ilmu agama untuk mencari kekayaan, untuk mencari kedudukan, dan untuk mencari kemasyhuran. Tidak perlu itu. Kalau anda kejar, belum tentu anda dapat. Kalau anda kejar, tidak dapat, lalu anda kecewa. Jalani saja dengan sebaik-baiknya, berusaha dengan sebaik-baiknya. Soal kedudukan, soal rezeki, soal lain-lain itu serahkan kepada Allah. Allah lebih tahu daripada kita, apa yang lebih baik untuk diri kita,” terang beliau.
Orasi ilmiah disampaikan Prof. Dr. Sayyid Aqil Husen Munawwar melalui banyak poin menarik. Salah satunya yaitu tentang pengalaman studinya di Ummul Quro Madinah. Beliau juga menyampaikan motivasi kepada hadirin bahwa ilmu yang dipelajari harusnya menyeluruh. Misalnya fiqh dan ushul fiqh, maka kita juga harus belajar yang lainya seperti ulumul qur’an. Selain itu, Prof. Sayyid juga menjelaskan ketika momen wisuda tersebut bahwa hari ini bukanlah berhentinya menuntut ilmu, tapi sampai wafat nanti.
“In sha Allah, semester yang akan datang, setiap saya mengajar atau menguji di Surabaya. In sha Allah kita sempatkan kesini satu hari. Dan nanti akan saya ijazahkan semua sanad yang saya miliki yang terkait dengan semua disiplin ilmu keislaman yang ada. Fikih, empat mazhab, semuanya. Ushul fiqh, semuanya. ‘Ulumul Quran, semuanya. ‘Ulumul hadis, semuanya,” ungkap mantan Menteri Agama tahun 2001 ini disambut tepuk tangan meriah dari para hadirin.
Penghujung acara, Rapat Senat Terbuka ditutup oleh mudir Ma’had Aly dan dilanjutkan dengan penyerahan cinderamata oleh Gus Sholah kepada Prof. Dr. Sayyid Agil Husin Munawwar. Ditutup dengan doa oleh KH. Muthoharun Afif. Terakhir, sesi foto bersama menjadi ajang bentuk kebahagiaan sebagai pesta kelulusan.
Pewarta: Yogi
Publisher: MSA