Tebuireng.online- Mahad Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng menggelar Arabic Festival dengan tema “Berbudi Islami Melalui Tradisi”. Festifal ini diikuti oleh ratusan peserta se Jawa Timur dari berbagai pesantren dan lembaga pendidikan. Adapun cabang lomba yang diikuti diantaranya Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ), Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK), Musabaqah Hifdzil Quran (MHQ), dan Khithobah.
“Lomba ini akan diadakan selama 2 hari,” ungkap KH. Nur Hannan, Mudir Mahad Aly Tebuireng dalam sambutannya. Beliau juga menjelaskan bahwa Ma’had Aly di Indonesia baru ada sekitar 36 yang mendapat SK, sejajar dengan Perguruan Tinggi Islam di Indonesia.
Menurutnya, acara ini merupakan agenda pertama Mahad Aly Hayim Asy’ari sejak berdiri dari tahun 2006. Mahad Aly Arabic Festival atau yang disingkat menjadi Mahrest diharapkan dapat memperkenalkan lebih luas keberadaan Ma’had Aly kepada masyarakat.
“Banyak lulusan pesantren yang berprestasi yang belum menemukan perguruan-perguruan tinggi agama Islam yang kajiannya menggunakan bahasa Arab dan kemampuan membaca dan memahami kitab kuning,” lanjut beliau.
Di hadapan peserta lomba, beliau juga menjelaskan kurangnya sosialisasi Mahad Aly pada masyarakat, hingga diharapkan setelah adanya Arabic Festival se-Jawa Timur dapat mengenalkan tentang Mahad Aly.
Selanjutnya sambutan dari Pengasuh Pesantren Tebuireng yang diwakilkan oleh Wakil Pengasuh Pesantrean Tebuireng KH. Abdul Hakim Mahfudz. Menurut beliau Mahrest ialah suatu semangat yang luar biasa bagi pihak Ma’had Aly.
“Mudah-mudahan sukses dan memberikan manfaat, eksistensinya disejajarkan oleh perguruan tinggi lain,” ungkapnya.
Dalam ceritanya kepada hadirin, kemarin beliau ke Cairo, kemudian mengunjungi alumni santri Tebuireng yang melanjutkan pendidikan di Al-Azhar, beliau berpesan agar perkuat karakter Pesantren Tebuireng di sana, “tradisi yang baik-baik kita kembangkan secara Islami,” imbuhnya.
Beliau juga berharap bahwa tujuan akhirnya acara seperti ini adalah seperti dalam Mars Tebuireng, yaitu manfaat di dunia bahagia di akhiratnya.
“Tujuan kita mencari ilmu adalah menjadikan bermanfaat, khoirunnas Annfaauhum linnas. Pesantren sudah berlangsung dari abad ke-10. Ini merupakan tradisi Jawa. Dengan kerajaan-kerajaan Islam akhirnya jadi suatu kebudayaan, bagaimana kita bersikap di masyarakat, tawasuth i’tidal kita di tengah-tengah, seimbang antara masa lalu masa depan, seimbang dengan kegiatan dunia dan habluminaallah. Marilah bangun jiwa kegiatan duniawi dengan ikhlas, agar menjadi kegiatan akhirat yang di ridhoi Allah,” imbuhnya.
Dalam kesempatan ini, Kepala Seksi Kementrian Agama Kabupaten Jombang, H. Agus Pramukanyono, juga memberi sambutan baik dan mengungkapkan bahwa bahasa Arab memang harus dilestarikan di masyarakat, bukan hanya di pesantren.
“Bahasa Arab harus dipopulerkan. Pesan dari sahabat Umar, bahasa Arab itu penting. Belajar itu harus sabar. Mahrest ini untuk mempopulerkan bahasa Arab di masyarakat yang masih sangat minim, sebagai media tolabul ilmi, mudah-mudahan akan termotivasi dengan Ma’had Aly. Mudah-mudahan bermanfaat dunia dan akhirat. Perlu ditingkatkan dan disebarluaskan,” ungkapnya di depan peserta lomba dan undangan yang hadir.
Gebyar Arabic Festival ini kemudain dibuka dengan ditandai pemukulan gong oleh Mudir Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, kemudian pembacaan doa bersama yang dipimpin oleh Syekh Bilal.
Pewarta: Umdatul Fadhilah
Editor/Publisher: RZ