ilustrasi

Sayyidah Fatimah merupakan teladan bagi wanita masa kini. Allah benar-benar telah mengistimewakan wanita yang bertakwa ini. Beliau Sayyidah Fatimah az-Zahra, putri yang paling dicintai dan memiliki kedudukan tertinggi di sisi Nabi Muhammad Saw. Ketaatan dan sifat-sifat mulia yang diturunkan Rasulullah Saw pun juga telah mengejawantah pada dirinya.

Fatimah, Wanita yang Sederhana dan Bersahaja

Sayyidah Fathimah az-Zahra merupakan contoh agung bagi setiap umat wanita, beliau benar-benar menampilkan keadaan yang menakjubkan dalam ketaatan, kesabaran, dan kesederhanaan. Ia mengurus perkara rumah tangganya dengan sangat rapi. Di samping itu, beliau pula memberikan hak-hak suami dan putra-putrinya dengan cara yang terbaik.

Dikisahkan bahwa ia sendiri yang membersihkan rumahnya, hingga berdebu kalungnya. Beliau menggiling roti hingga bengkak tangannya. Dia memasak dan membuat perapian di bawah periuk, dan tak terhitung sudah berapa kali merasakan panasnya. Di saat suaminya keluar, ia sendiri yang mengambil air dari sumur hingga sesak dadanya.

Meskipun memerlukan waktu yang lama dalam melakukan pekerjaan semua itu dan dibutuhkan pula kesabaran serta kekuatan. Namun, tidak ada rintihan yang keluar dari lisannya, ia tidak manja malah menerimanya dengan tabah dan ikhlas. Lalu bagaimana dengan wanita saat ini? Yang hidupnya dikuasai kemalasan dan banyak tidur! Tidakkah kita melihat beliau Sayyidah Fatimah, pemimpin wanita alam semesta. Bagaimana ia mengurus perkara rumah tangga sendiri dengan niat yang tulus tanpa keluhan.

Bahkan pula dikatakan bahwa keterbatasan serta kesederhanaan hidup Sayyidah Fatimah az-Zahra tidak menjadikan penghalang bagi dirinya untuk berkorban dan beramal di jalan Allah untuk kemaslahatan umat Islam. Itulah sebabnya mengapa beliau termasuk di antara empat perempuan yang akan menjadi pemimpin para wanita di surga kelak di samping Sayyidah Khadijah ibundanya tercinta, Asiyah istri Fir’aun, dan Maryam ibu Nabi Isa, sebagaimana sabda Nabi dalam sebuah hadits riwayat Ahmad dan Hakim.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sifat Belas Kasih dan Kedermawanan Fatimah terhadap Umat

Terekam dalam al-Quran bahwa Fatimah dan suaminya disebut sangat dermawan dan murah hati meskipun hidup dalam kesederhanaan. Ia bersama Sayyid ‘Ali bin Abi Thalib bersedekah dengan makanan mereka, ketika mereka berbuka dan sahur sehingga mereka menyambung puasa (tidak makan kecuali air putih). Keduanya  bersungguh-sungguh dalam beramal sholeh dan sangat mengambil perhatian dalam ketaatan di setiap kesempatan. (QS. al-Insan [76]: 7-9)

Selanjutnya, kedermawanan dan belas kasihnya kepada orang miskin sedemikian rupa. Beliau tak pernah membiarkan seorang pengemis pun melangkahkan kaki dari pintu rumahnya tanpa memperoleh apa saja yang bisa mereka dapatkan, meskipun sang tuan rumah sendiri masih lapar. Ia bekerja, berpakaian, makan dan hidup sangat sederhana. Sayyidah Fatimah sebagaimana diajarkan ayahandanya memiliki sifat peduli dan sangat murah hati; tidak seorang pun yang datang ke rumahnya pernah pergi dengan tangan kosong. 

Dapat dilihat dari peristiwa kedatangan Salman al-Farisi membawa seorang dari Bani Salim atas perintah Rasulullah Saw untuk meminta jamuan makanan yang tengah lapar di depan pintu rumahnya.

Meskipun sudah tiga hari di rumahnya tak ada makanan, namun Fatimah tak mengatakan hal itu. “Saya tidak dapat menolak seorang tamu yang lapar tanpa memberinya makan sampai kenyang.” Kata Fatimah seraya mempersilahkan mereka masuk.

Fatimah lalu melepas kain kerudung dan memberikannya kepada Salman agar dibawa ke seorang Yahudi bernama Shamoon untuk ditukar dengan jagung. Tentu saja Salman dan tamunya merasa sangat terharu. Bahkan, Shamoon sendiri, ketika mendengar cerita Salman merasa sangat terkesan dan memeluk Islam. Kata Shamoon, ia pernah mendengar dari Taurat bahwa akan lahir sebuah keluarga yang amat berbudi luhur.

Salman kemudian kembali dengan membawa jagung dan memberikannya kepada Fatimah, kemudian dengan tangannya sendiri, putri Rasulullah itu menggiling dan membakarnya menjadi roti. Salman menyarankan agar Fatimah menyisihkan beberapa roti untuk anak-anaknya yang kelaparan. Di saat seperti yang orang lain pasti melakukannya, namun tidak dengan Sayyidah Fatimah. Beliau malah menjawab bahwa dirinya tidak berhak untuk berbuat demikian, karena kain kerudung yang telah ia berikan itu untuk kepentingan Allah.

Baca Juga: Rahasia Keteladanan Sayyidatina Fatimah Az-Zahra


Ditulis oleh Rasyida Rifa’ati Husna