
Kita sebagai umat Islam wajib selalu bersyukur kepada Allah Subhanahu wata’ala, karena melimpahnya nikmat yang telah diberikan oleh Allah Subahanahu wata’ala kepada kita semua. Terutama nikmat Islam dan iman, nikmat sehat jasmani dan ruhani, nikmat diciptakannya alam semesta dan seisinya untuk kelangsungan kehidupan manusia, serta nikmat yang paling besar dan agung adalah diturunkannya kitab suci Al-Qur’an sebagai pedoman hidup kita semua.
Supaya kita lebih dekat dan akrab dengan kitab suci Al-Qur’an, di samping kita berupaya dan berusaha untuk memperbanyak membaca kitab suci Al-Qur’an, mempelajari isi kandungannya, maka kita pun diperintahkan terus berusaha untuk mengetahui hakikat fungsi diturunkannya kitab suci Al-Qur’an. Di mana dengan kemurahan dan limpahan rahmat/kasih sayang Allah Subahanahu wata’ala, melalui firman-Nya Allah Subhanahu wata’ala menjelaskan empat fungsi diturunkannya kitab suci Al-Qur’an pada surah Yunus/10 ayat 57;
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدۡ جَآءَتۡكُم مَّوۡعِظَةٞ مِّن رَّبِّكُمۡ وَشِفَآءٞ لِّمَا فِي ٱلصُّدُورِ وَهُدٗى وَرَحۡمَةٞ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Q. S. Yunus/10: 57).
Dari ayat di atas, diketahui empat fungsi diturunkannya kitab suci Al-Qur’an, yaitu:
- Pelajaran yang sangat istimewa
Fungsi pertama diturunkannya kitab suci Al-Qur’an adalah sebagai pelajaran yang sangat istimewa. Dalam rangka mengambil pelajaran dari kitab suci Al-Qur’an. maka paling tidak ada tiga kewajiban umat Islam terhadap kitab suci Al-Qur’an: (1) Wajib berusaha agar mampu membaca Al-Qur’an secara baik dan benar, sesuai dengan salah satu periwayatan bacaan Al-Qur’an, dalam hal ini adalah bacaan Al-Qur’an riwayat Hafsh ‘an ‘Ashim thariq Syathibiyah; (2) Wajib berupaya dan berusaha mempelajari isi kandungan kitab suci Al-Qur’an, agar mampu memahami pesan-pesan yang disampaikan kitab suci Al-Qur’an; (3) Wajib berusaha dan berupaya untuk mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam rangka memahami tiga kewajiban tersebut, maka berikan luang waktu setiap harinya untuk memperbanyak membaca kitab suci Al-Qur’an, khususnya mengikuti pola shalat lima waktu. Di mana berusaha membiasakan diri secara istiqamah, setelah melaksanakan shalat lima waktu, berdzikir dan doa, dilanjutkan dengan membaca Al-Qur’an terlebih dahulu sebelum mengerjakan aktivitas atau pekerjaannya, walaupun hanya beberapa halaman. Kemudian dalam upaya memahami isi kandungan Al-Qur’an, berusaha membiasakan diri secara istiqamah, sebelum istirahat tidur malam, luangkan waktu sekitar 15 menitan untuk membaca satu dua ayat Al-Qur’an berikut terjemahannya, kemudian disalin ke dalam buku besar, sebagai bentuk belajar secara otodidak atau mandiri. Bilamana ada kesulitan pemahaman terhadap bacaan Al-Qur’an yang dibacanya, maka tanyakan langsung kepada para ulama yang menguasai bidang tafsir Al-Qur’an.
Baca Juga: Hakikat Etika Membaca Al-Qur’an
Nah, tahapan ketiga kewajiban mengamalkan isi kandungan kitab suci Al-Qur’an, sebuah upaya mencocokkan pribadi melebur ke dalam kitab suci Al-Qur’an. Sebagai contoh ketika membaca dan menyalin surah Al-Fatihah/2 ayat 6 dan 7, yaitu permohonan agar diberikan tambahan petunjuk pada ayat 6, yang dijelaskan pada ayat 7, jalannya orang-orang yang telah diberi nikmat, kemudian ditemukan bahwa orang-orang yang telah diberi nikmat itu ada empat golongan manusia. Hal ini dijelaskan pada firman Allah Subhanahu wata’ala surah An-Nisa’/4 ayat 69,
وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُوْلَٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّۧنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّٰلِحِينَۚ وَحَسُنَ أُوْلَٰٓئِكَ رَفِيقٗا
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (Q. S. An-Nisa’/4: 69).
Pada ayat di atas, terdapat empat golongan manusia, yaitu: (1) Para Nabi dan Rasul; (2) Para Shiddiqin (Orang yang jujur hatinya, ucapan dan perbuatannya); (3) Syuhada’ (Menyaksikan kebenaran Al-Qur’an, kebenaran Nabi Muhammad SAW – sehingga terus berjuang sampai datang ajalnya memperoleh mati syahid); (4) Shalihin – orang-orang yang shaleh – orang yang banyak melakukan kebaikan-kebaikan, hanya sedikit melakukan kesalahan).
Dari penjelasan ayat di atas, begitu sangat jelas empat golongan manusia, sehingga berusaha mencocokkan pribadinya ke dalam empat golongan tersebut. Hanya saja golongan pertama sudah tertutup dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para Nabi dan Rasul. Berarti masih ada harapan masuk ke dalam golongan berikutnya sesuai dengan kemampuan masing-masing, paling tidak kita berusaha menjadi orang yang shaleh.
- Penyembuh segala macam penyakit ruhaniyah
Fungsi kedua diturunkannya kitab suci Al-Qur’an adalah sebagai penyembuh segala macam penyakit ruhaniyah manusia. Penyakit ruhaniyah manusia begitu sangat banyak dan beragam yang disandang oleh orang-orang munafik, di antaranya adalah: “mengaku beriman kepada Allah – padahal mereka tidak beriman, menipu Allah dan orang yang beriman, membuat kerusakan di muka bumi, menganggap orang lain bodoh, memperolok orang beriman, menukar hidayah (petunjuk) dengan dhalalah (kesesatan), menyuruh kepada yang mungkar, mencegah dari yang baik, bakhil/kikir, sombong, hasad/iri hati/dengki, dendam, namimah/mengadu domba, ghibah, bakhil, pamer/riya, kurang bersyukur, pemarah, khianat, mengingkari janji dan lain-lainnya.
Baca Juga: Peranan Wahyu Pertama dan Terakhir dalam Kehidupan Umat Islam
Penyakit-penyakit ruhaniyah tersebut, lambat laun akan sirna ketika kita banyak membaca kitab suci Al-Qur’an, yaitu Al-Qur’annya dibaca dengan bacaan yang baik dan benar, yang disertai pemahaman dan renungan terhadap isi kandunganya. Contohnya Al-Qur’an memberikan perumpamaan yang sangat luar biasa, pada surah Al-Baqarah/2 ayat 19,
أَوۡ كَصَيِّبٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ فِيهِ ظُلُمَٰتٞ وَرَعۡدٞ وَبَرۡقٞ يَجۡعَلُونَ أَصَٰبِعَهُمۡ فِيٓ ءَاذَانِهِم مِّنَ ٱلصَّوَٰعِقِ حَذَرَ ٱلۡمَوۡتِۚ وَٱللَّهُ مُحِيطُۢ بِٱلۡكَٰفِرِينَ
Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. (Q. S. Al-Baqarah/2: 19).
Ayat ini memberikan penjelasan dengan menggunakan amtsalul Qur’an (perumpamaan dalam Al-Qur’an) bahwa orang-orang munafik itu ragu terhadap Al-Qur’an, tidak mau mendengarkan nasehat-nasehat Al-Qur’an, mereka menutup rapat telinga mereka ketika diberikan pelajaran atau nasehat kebajikan.
Ibarat hujan lebat yang disertai gelap gulita, guruh dan kilat, mereka menutup telinga dengan anak jarinya karena mendengar suara petir, sebab takut mati. Orang munafik tidak mau diberikan nasehat, tidak mau dikritik, padahal jalan hidup mereka dalam kegelapan yang berlapis-lapis, karena tidak mau mengambil pelajaran dari kehadiran kitab suci Al-Qur’an.
Sementara bagi orang-orang yang beriman, perumpamaan hujan lebat dari sisi alamiyahnya – turun hujan yang lebat membawa banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Tanah menjadi subur, menghasilkan tanaman dan buah-buahan yang lebih banyak, polusi udara menjadi bersih kembali. Dengan banyak membaca Al-Qur’an, hati para pembacanya semakin tenang, tentram, nyaman, bahagia, dan penyakit-penyakit ruhaniyahnya akan hilang/sirna, sehingga muncul sifat-sifat yang baik menghiasi dirinya dalam menata kehidupannya.
- Petunjuk menuju jalan yang benar
Fungsi ketiga diturunkannya kitab suci Al-Qur’an adalah sebagai petunjuk menuju jalan yang benar, menuju jalan yang diridhai Allah Subhanahu wata’ala. Hal ini sebagai dijelaskan pada firman Allah Subhanahu wata’ala surah Al-Maidah/5 ayat 15 – 16,
يَٰٓأَهۡلَ ٱلۡكِتَٰبِ قَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمۡ كَثِيرٗا مِّمَّا كُنتُمۡ تُخۡفُونَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَيَعۡفُواْ عَن كَثِيرٖۚ قَدۡ جَآءَكُم مِّنَ ٱللَّهِ نُورٞ وَكِتَٰبٞ مُّبِينٞ يَهۡدِي بِهِ ٱللَّهُ مَنِ ٱتَّبَعَ رِضۡوَٰنَهُۥ سُبُلَ ٱلسَّلَٰمِ وَيُخۡرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ بِإِذۡنِهِۦ وَيَهۡدِيهِمۡ إِلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٖ
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (Q. S. Al-Maidah/5: 15 – 16).
Baca Juga: Standarisasi Bacaan Al-Qur’an yang Baik dan Benar
- Rahmat bagi orang-orang yang beriman
Fungsi keempat diturunkannya Al-Qur’an adalah menjadi rahmat bagi orang beriman, dengan rajin membaca Al-Qur’an, maka muncullah sifat kasih sayang. Mampu menyayangi dirinya, keluarganya, saudaranya, sahabat-sahabatnya, dan menyayangi sesama manusia, bahkan mampu menyayangi alam sekitranya.
Penulis: Dr. H. Otong Surasman, MA., Dosen Pascasarjana PTIQ Jakarta.