(Ket. foto; Dr. H. Mif Rohim, Ketua Pusat Kajian Pemikiran Hasyim Asy’ari Tebuireng menyampaikan respon menanggapi RUU Penghapusan Kekerasan Seksual pada Kamis (2/5/19) di Gedung lt. 3 KH. M. Yusuf Hasyim)

Tebuireng.online- Pusat Kajian Pemikiran Hasyim Asy’ari Tebuireng mengadakan Seminar Nasional “Menanggapi RUU PKS” pada Kamis (02/05/19) di Gedung KH. M. Yusuf Hasyim lt. 3 Pesantren Tebuireng. Menurut Ketua Pusat Kajian Pemikiran Hasyim Asy’ari Tebuireng, Dr. H. Miftahur Rochim, M.A., judul ini sebenarnya jika dilihat dari background of historis bahwasanya Islam datang untuk merespon terhadap kekerasan perempuan.

Perempuan dalam Islam ini diposisikan sebagai orang yang sangat terhormat ”Ketika Islam muncul, kita tau bagaimana dilaksanakan the last of politic ending yang menjadi pertarungan politik antara Romawi dan Persia,” tutur beliau.

Lanjutnya, penting bagi manusia untuk bisa berakhlak dengan alam, kalau dalam istilah Nur Cholis Madjid “wa wadh’u al-mizan an laa tathghou fi al-mizan”,  “Jangan mentang-mentang punya kekuasaan. Mizan adalah ekosistem atau kosmologi Tuhan ini sudah dirancang Tuhan dengan keadilan,” imbuhnya.  

Kedua, Islam diadakan yang namanya the last of theology. Jadi Islam datang untuk menyempurnakan tata peraturan yang telah ada pada agama Yahudi dan Nasrani. Menurut Pak Mif, jika semuanya dikembalikan pada Islam, semuanya bisa selesai.

Islam sangat luar biasa, sebab bisa menaklukkan Romawi. Keberhasilan Islam menguasai peradaban dunia hampir 700 tahun, pada abad 13 kemudian muncullah percampuran konsep Islam dengan dunia barat.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dalam menanggapi RUU PKS hal ini tentu saja menjadi perdebatan, akan tetapi yang tidak bisa dipungkiri adalah bahwasanya RUU PKS haruslah mengacu pada sila pertama yaitu “Ketuhanan yang Maha Esa”. “Jadi, RUU ini harus mengacu pada Ketuhanan Yang Maha Esa,” pungkas beliau di akhir pemaparan.


Pewarta: Lu’luatul Mabruroh

Publihser: MSA