harlah-ke-10-maha
Bedah Buku Arkeologi tasawuf dalam rangka memperingati Harlah ke-10 Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, Jum’at (26/11/16)

tebuireng.online-Tasawuf dan Tarekat adalah dua hal yang berdampingan. Di dalam dunia Barat, banyak para ilmuwan yang begitu intensif dalam mendalami ilmu tasawuf. Berbeda halnya dengan orang Indonesia jarang sekali  Ilmuan yang mendalami ilmu tersebut.

Ilmuwan Barat begitu antusiasnya dalam mempelajari ilmu tasawuf. Namun sayang, ada beberapa kekeliruan yang dipahaminya. Salah satunya adalah bahwa mereka menyamakan tasawuf dengan mistisme. Pada dasarnya, tasawuf bukanlah mistisme. Hal ini dikarenakan tasawuf adalah sufistik, berbeda dengan mistik yang sifatnya adalah supranatural.

Oleh karena itu, Dr. Abdul Kadir Riyadi Ph.D menulis buku tentang tasawuf yang berjudul Arkeologi Tasawuf. Buku ini hadir akan kegelisahannya tentang tasawuf sendiri. Menurutnya, tasawuf adalah ilmu yang berharga namun belum juga digali. ilmu tasawuf adalah ilmu yang mewah, namun tak disadari kemewahannya. Padahal Tasawuf adalah ilmu yang mewah seperti yang dituturkan Gus Sholah dalam acara bedah buku Arkeologi Tasawuf, Jum’at (25/11/2016).

“Di Indonesia, yang semarak adalah tarekat bukan tasawufnya. Tasawuf adalah ilmu pengetahuannya, sedangkan tarekat adalah amaliyahnya. Banyak orang yang berdzikir namun tidak berfikir, banyak orang yang ber-tadabbur namun tidak ber-tafakkur. Padahal, tasawuf sendiri adalah substansi dari tarekat itu.”, ungkap dosen pakar tasawuf dan maqashid syari’ah Universitas Islam Negeri Sunan Ampel tersebut.

Adapun buku Arkeologi Tasawuf, ditulis untuk mengkaitkan ide seorang sufi dengan sufi yang lain. Menurutnya, para ulama sufi adalah satu rumpun. Sebut saja, Al Muhasibi dan Al Ghazali. Bagi al Muhasibi tasawuf adalah ilmu pengetahuan yang terdiri dari kumpulan-kumpulan teori. Berbeda dengan Al Ghazali yang membatasi tasawuf pada amaliyah saja.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Pewarta: Nur Ifana

Editor: Aldo

Publisher: M. Ali Ridho