Salah satu penampilan santri Putri Pesantren Tebuireng dalam Pegelaran Seni Putri 7-18 pada Jumat (04/-5/2018). (Foto: Kopi ireng)

Tebuireng.online— Selain kemampuan akademik, santri Pesantren Tebuireng juga dituntut untuk menguasai kemampuan non akademik. Santri Tebuireng juga diwadahi untuk mengembangkan minat dan bakat, salah satunya dengan mengadakan Pagelaran Seni dengan panggung yang megah dan meriah.

“Santri tidak hanya punya kemampuan di bidan akademik, namun juga bidang non akademik salah satunya dalam bidang seni. oleh sebab itu Pagelaran Seni diadakan” tutur Kepala Pondok Putri Pesantren Tebuireng, KH. Fahmi Amrullah Hadziq saat menyampaikan sambutan dalam Pagelara Seni 7-18 Putri halaman Pondok Putri pada Jumat (04/05/2018).

Beliau juga menjelaskan bahwa meskipun di tahun ini dilakukan pemisahan antara putra putri, tetapi para santri mampu dan hasilnya luar biasa. “Walau dipisah kalian menunjukkan bahwa kalian mampu dan hasilnya luar biasa,” tambah adik KH. Ishomuddin Hadziq itu.

Setiap tahun, Pesantren Tebuireng mengadakan Pagelaran Seni yang menjadi wadah bagi santri Tebuireng untuk menampilkan kebolehan mereka dalam bidang seni. Penampilannya pun beragam mulai dari tarian, nyanyian, drama, pantomim, bela diri dan lain-lain. Kali ini, antara putra dan putri dipisah dan dibuatkan agenda di waktu yang berbeda.

’’Dan untuk pertama kalinya di tahun ini, penampilan pagelaran seni yang merupakan hasil kerjasama antara kedua belah pihak dilakukan pemisahan,’’ ucap Iswatun Hasanah, Wakil Ketua Panitia Pagelaran Seni 7-18 putri dalam sambutannya. Namun, lanjut Isna, panggilan akrabnya, hal itu tidak menghambat santri untuk berkarya menampilkan yang terbaik.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

‘’Tantangan tersebut tidak menyurutkan semangat kami, generasi 16-19 untuk terus berkarya dan berinovasi,’’ tambahnya. Menurutnya, tentu hal tersebut menimbulkan beberapa kendala bagi santri putri.

“Kendalanya di bidang akomodasi, dekdok, susah angkat-angkat barangnya, kita juga kurang paham soal lighting,” pungkas Isna saat diwawancarai. Selain itu, panitia juga mengeluh terkait waktu persiapan, yaitu hanya sebulan, mengingat tahun sebelumnya acara sudah dipersiapkan selama berbulan-bulan.

“Namun dengan keyakinan bahwa waktu yang sangat singkat itu cukup, tekad dan kesungguhan dari panitia, akhirnya kami mampu” pungkasnya.

Penampilan yang disuguhjan juga lebih beragam dari tahun sebelumnya, antara lain karate, NH Perkasya, dan pantomim. “Pantomim menjadi salah satu penampilan terbaru dari santri putri, karena tahun sebelumnya tidak pernah ada,” ucap Fivi Setya, salah satu pelatih pantomim.

Pukul 20.00 WIB acara dibuka  dengna pemotongan pita secara simbolis oleh Bu Nyai Aisyah Muhammad, Wakil Kepala Pondok Putri Tebuireng didampingi Ibu Nyai Ainul Fadillah. Pasukan pengibar bendera, elemen penempilan, dan semapore dipadukan untuk  memeriahkan Grand Opening ,ditambah dengan penerbanagn lampion yang merupakan kali pertama dalam sejarah pagelaran seni.

Pewarta:            Enda Sartika

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin