Tebuireng.online– Dr. Mohammad Mahpur, Dosen Psikologi UIN Malang ungkap latar belakang yang menjadikan pesantren mencapai level ramah santri. Ia menegaskan bahwa dinamika kelompok dalam pesantren ramah santri sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan santri.
“Dinamika kelompok dalam pendekatan psikologi sosial merujuk pada interaksi dan proses yang terjadi di dalam kelompok, yang memengaruhi perilaku individu dan keseluruhan kelompok. Ini mencakup bagaimana individu dan berkomunikasi, bekerja sama, mengambil keputusan, membentuk norma serta nilai,” ungkapnya saat menyampaikan materi pelatihan dan pendampingan di Balai Diklat Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Ahad (1/9/2024).
Pada acara pelatihan dan pemdampingan pesantren ramah santri, yang diikuti 32 pembina dan pengurus pondok itu, Mahpur memberi training peserta untuk bisa menciptakan lingkungan pesantren yang ramah santri agar santri merasa nyaman dan aman di dalam pensantren.
“Interaksi antara santri berlangsung dalam suasana yang harmonis dan penuh perhatian, memfasilitasi pembentukan kelompok-kelompok kecil di mana mereka dapat saling mendukung dan bekerja sama,” ucapnya memberi tips menciptakan lingkungan nyaman.
Menurutnya, dinamika kelompok yang positif memungkinkan santri untuk belajar bekerja sama, berbagi tanggung jawab, dan menyelesaikan konflik secara konstruktif.
Baca Juga: Cara Pembina Pondok Kuasai Konsep Pesantren Well Being
Dalam pelatihannya, Dr. Mohammad Mahpur membangun suasana dengan mengajak para peserta untuk mengenali preferensi diri mereka sendiri dan para peserta didorong untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi kelompok, kegiatan bersama, dan program-program pengembangan diri yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan sosial dan emosional mereka.
Hematnya, dengan bimbingan dari pembina yang memahami kebutuhan individu dan dinamika kelompok, maka pesantren akan berhasil menciptakan suasana yang mendukung pertumbuhan pribadi, meningkatkan rasa solidaritas, dan memperkuat ikatan antara santri, yang pada akhirnya berkontribusi pada pengalaman pendidikan yang lebih menyeluruh dan bermanfaat.
“Tugas pembina dan pengurus mampu membuka kesadaran dalam memahami potensi individu dalam berkomunikasi dan bekerja sama di kelompok adalah langkah tepat untuk menciptakan lingkungan pesantren yang ramah santri,” pesannya.
Dr. Mahpur mengajak para peserta mengenali preferensi personal, doing for group dynamic, mengelola pencapaian tujuan kelompok, untuk membuka kesadaran dalam memahami potensi individu dalam berkomunikasi dan bekerjasama di kelompok. Lalu melatih teknik pengambilan keputusan kelompok, dan memandu pembentukan norma atau nilai kelompok.
“Lingkungan yang menyadari potensi individu ini tidak hanya meningkatkan dinamika kelompok, tetapi juga membangun rasa saling menghargai dan mendukung, yang pada gilirannya memperkuat ikatan antar santri,” tegasnya.
Ia melanjutkan, bahwa dengan demikian, pesantren dapat berkembang menjadi tempat yang tidak hanya mendidik secara akademis dan spiritual, tetapi juga memupuk keterampilan interpersonal yang penting bagi pertumbuhan pribadi santri.
Pewarta: Ayu