
Tebuireng.online– Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, memperingati Haul Gus Dur yang ke-15 dengan menghadirkan sejumlah masyayikh dan tokoh penting. Acara puncak Haul Gus Dur berlangsung pada malam Ahad 22 Desember 2024, dihadiri oleh Menteri Agama, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA, serta putri Gus Dur, Inayah Wulandari Wahid, yang menggantikan Zannuba Ariffah Chafsoh Wahid yang berhalangan hadir karena sakit. Selain itu, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA juga turut hadir memeriahkan acara ini.
Dalam kesempatan itu, KH. Abdul Hakim Mahfudz, Pengasuh Pesantren Tebuireng, mengungkapkan bahwa Gus Dur dikenal tidak hanya sebagai pemikir, tetapi juga sebagai tokoh dengan literasi yang luar biasa.
“Gus Dur ini dilihat dari literasi, bacaannya beliau, tulisannya beliau, bahkan penyampaian beliau juga mudah dipahami. Maka munculah ‘gitu aja kok repot’, karena bagi Gus Dur tidak ada yang susah,” ujarnya.
Lebih lanjut, KH. Abdul Hakim menekankan pentingnya meneruskan pesan-pesan kemanusiaan dan pluralisme yang diwariskan oleh Gus Dur. Menurutnya, pluralisme dan toleransi adalah kunci untuk mencegah perselisihan di Indonesia. “Semoga dengan pesan-pesan beliau, para masyayikh kita bisa bersatu dan menjadikan negara kita sebagai baldatun thoyyibatun warobbun ghofur,” tuturnya.
Baca Juga: Gus Dur Mewarisi Nilai-nilai dari KH. M. Hasyim Asy’ari
Acara haul ini juga dihadiri oleh Habib Umar Al-Muthohar, seorang ulama dari Kota Semarang, Jawa Tengah. Dalam tausiyahnya, Habib Umar menyampaikan bahwa Haul Gus Dur adalah bentuk penghormatan yang lebih dalam terhadap beliau, yang tidak hanya dilakukan saat beliau hidup, tetapi juga setelah wafat.
“Haul itu menunjukkan akhlaknya Islam. Kita menghormati orang itu bukan hanya ketika semasa hidupnya saja. Pas meninggalnya juga kita harus menghormati, memberikan akhlak yang baik dengan ikut menziarahi makamnya,” kata Habib Umar Al-Muthohar.
Habib Umar menambahkan, keberkahan dari ziarah ke makam para ulama, termasuk Gus Dur, akan mengalir kepada orang-orang yang datang. “Keberkahan itu turunnya seperti air yang mengalir. Ketika sumber air itu diangkat, maka air itu pun akan turun lebih deras lagi,” ujarnya.
Dalam tausiyahnya yang ringan dan penuh humor, Habib Umar menceritakan pengalaman masa lalu, termasuk kebiasaannya merokok. “Dulu saya merokok, ketika turun dari pesawat, yang dicari itu smoking area. Tapi sekarang, alhamdulillah, saya sudah tidak merokok lagi, kopi saja,” ujarnya, yang disambut tawa oleh hadirin.
Baca Juga: Tokoh Nasional hingga Ribuan Masyarakat Padati Lokasi Haul
Habib Umar juga menutup pidatonya dengan menyampaikan cerita dari Mbah Said Aqil. “Gus Dur ini cerita dari Mbah Said Aqil, ‘Kalo liat orang bisa datangkan uang ke kantong, niku insya allah wali’,” tuturnya, memberikan pesan tentang keistimewaan dan keberkahan yang dimiliki oleh mereka yang dekat dengan Allah.
Haul Gus Dur ke-15 ini menjadi momen penting bagi umat Islam, terutama di Tebuireng, untuk mengenang sosok yang telah meninggalkan warisan besar dalam bidang literasi, pluralisme, dan kemanusiaan.
Pewarta: Nabila Rahayu