Peserta pengajian rutin Al Hasanah IWABRI (Ikatan Wanita Bank Rakyat Indonesia) bersama Drs KH Fahmi Amrullah, di Serambi Masjid Pesantren Tebuireng Jombang, Selasa (15/08/17). (Foto: Masnun)

Tebuireng.online- Untuk memahami lebih baik tentang kerukunan beragama dan berbangsa, pengurus pengajian rutin Al Hasanah IWABRI (Ikatan Wanita Bank Rakyat Indonesia) menghelat pengajian rutin bersama Drs KH Fahmi Amrullah (Gus Fahmi) dengan tema ‘Membangun toleransi dan kerukunan beragama dalam masyarakat Indonesia yang majemuk’, di serambi Masjid Pesantren Tebuireng Jombang, Selasa (15/08/17).

Dalam sebuah mauidlah hasanah, Pengasuh Pondok Putri Pesantren Tebuireng itu mengungkapkan beberapa hal tentang penciptaan manusia sebagai mahluk sosial, “Manusia diciptakan oleh Tuhan itu menjadi mahluk sosial yang mereka tidak bisa hidup sendiri,” ungkap beliau pada para hadirin yang juga dilanjutkan dengan beberapa keterangan lain.

Selain soal kodrat manusia sebagai mahluk sosial, Gus Fahmi juga banyak menjelaskan tentang suatu hal yang telah membuat banyak masyarakat salah paham dan mudah mengkafir-kafirkan orang. Dalam sebuah materi pengajian, beliau menyampaikan agar masyarakat jangan mudah mengkafir-kafirkan orang lain.

“Bukan kemudian ketika kita menggunakan barang produksi orang kafir, kemudian kita disebut sebagai kafir juga. Ya, kalau begitu, maaf, kita kafir semua. Coba lihat kendaraan yang kita pakai dan coba cek handphone yang kita pegang, kebanyakan semua itu adalah produksi kafir. Bukan kemudian karena kita pakai produk kafir, kita jadi kafir juga,” saat menjelaskan beberapa contoh tersebut, Gus Fahmi juga menjelaskan beberapa hal yang harusnya lebih dipahami dari Al Quran.

Beliau menjelaskan bahwa Islam yang Allah turunkan melalui Nabi Muhammad SAW, itu adalah Islam rahmatan lil alamin, ‘wahai Muhammad tidak aku utus engkau kecuali hanya untuk menjalin rahmat pada seluruh alam’. Jadi bukan hanya kepada orang Islam saja, tapi untuk semua manusia.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Selain penjelasan tersebut, Gus Fahmi juga meminta pada hadirin untuk lebih memahami bagaimana menghormati perbedaan. Menurutnya, perlu kiranya mengedepankan sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan yang ada, agar Indonesia tetap damai.

Beliau menceritakan bagaimana Mbah Hasyim dan Gus Dur itu mengajarkan kasih sayang sebenarnya pada masyarakat, “Urusan dosa itu bukan urusan manusia, tapi urusan kemanusian itu urusan kita, hak kita itu urusan kasih sayang, siapa tahu persahabatan kita inilah yang akan mengantarkan kita ke surga,” terang Gus Fahmi pada peserta pengajian.

Beliau juga menceritakan saat Gus Dur wafat, tidak hanya muslim yang mengantarkan jenazahnya, melainkan juga banyak kalangan lain yang mengantar, bahkan peziarah-peziarah itu yang datang sering nonmuslim. Menurutnya, hal tersebut terjadi karena Gus Dur selalu menerapkan kasih sayang, dan yang dihargai oleh manusia itu adalah kasih sayangnya.

“Perbedaan itu sunnatullah, kalau kita tidak menghargai perbedaan, berarti kita tidak menghargai dan tidak mentaati Allah,” tegasnya pada hadirin.

Pada bagian akhir, Gus Fahmi menjelaskan lebih detail tentang bagaimana Islam  itu mengajari kita untuk saling menerima dan menghargai perbedaan. Perbedaan apapun, karena perbedaan tersebut sudah menjadi ketentuan Allah. Seperti perbedaan jenis kelamain, agama, dan suku.

“Semoga dengan syukur kita pada Allah, Allah tambahkan nikmatNya pada kita semua. Sekali lagi, kita itu harus bertoleransi, toleransi tidak hanya pada urusan seagama, tapi bagaimana toleransi itu mampu membuat kita menghargai perbedaan yang lainnya.” Pungkasnya.


Pewarta : Nun/Raa

Editor : Munawara MS

Publisher : Rara Zarary