sumber gambar: KaliAkbar.com

Pada awal keberadaanya, masyarakat Makkah merupakan penganut agama tauhid yang dibawa oleh Nabi Ibrahim, As. Kemudian, kepercayaan ini dilanjutkan oleh istrinya, Hajar beserta putranya, yaitu Isma’il, AS.

Perjalanan hidup mereka sungguh memberi pelajaran berharga hingga meninggalkan bekas sejarah serta kebudayaan yang berupa bangunan Ka’bah, peristiwa qurban, serta makam Ibrahim, AS. Bahkan, proses perjalanan kehidupan keluarga ini dijalankan kembali oleh umat islam dalam satu rukun haji.

Setelah Nabi Ismail AS wafat, masyarakat Makkah mulai pindah menyembah selain Allah. Proses perpindahan kepercayaan itu berawal dari Amr bin Luhay yang merupakan seorang pemimpin Makkah dari kalangan Bani Khuza’ah.

Siapakah Amr bin Luhay?

Di Jazirah Arab, mayoritas bangsa Arab sudah semenjak lama mengikuti dakwah Ismail, yaitu tatkala ia menyeru kepada agama bapaknya Ibrahim, yang intinya menyembah kepada Allah, mengesakan Nya dan memeluk agamaNya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Setelah waktu bergulir sekian lama, hingga banyak di antara mereka yang melalaikan ajaran tauhid yang pernah disampaikan kepada mereka. Sekalipun begitu, masih ada sisa ajaran tauhid dan beberapa syiar dari agama Ibrahim, hingga muncul ‘Amr bin Luhay, pemimpin Makkah yang berasal dari kalangan bani Khuza’ah.

Dia tumbuh sebagai orang yang suka berbuat bijak, mengeluarkan shadaqah dan hormat terhadap urusan-urusan agama, sehingga semua orang mencintainya dan hampir-hampir mereka menganggapnya sebagai salah seorang ulama besar dan wali yang disegani.

Sang Pembawa Berhala

Kemudian, dia mengadakan perjalanan ke Syam. Disana dia melihat penduduk Syam yang menyembah berhala dan menganggap hal itu sebagai sesuatu yang baik serta benar. Sebab menurutnya, Syam adalah tempat lahirnya para nabi, rasul dan turunnya kitab-kitab suci.

Maka dia pulang sambil membawa berhala Hubal (Dewa Bulan) dan meletakannya di dalam Ka’bah. Setelah itu dia mengajak penduduk Mekkah untuk menyembah Hubal tersebut. Orang-orang Hijaz pun banyak yang mengikuti penduduk tanah suci.

Berhala mereka yang terdahulu adalah Manāt, yang ditempatkan di Musyallal di tepi Laut Merah di dekat Qudaid. Kemudian mereka membuat Latta di Tha’if dan ‘Uzzá di Wadi Nakhlah. Ketiga berhala itulah yang paling besar.

Pembantunya Berasal dari Jin

Dikisahkan bahwa ‘Amr bin Luhay mempunyai pembantu dari jenis jin. Jin ini memberitahukan kepadanya bahwa berhala-berhala kaum Nuh yaitu Wadd, Suwaa, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr terpendam di Jiddah. Maka dia datang kesana dan mengangkatnya, lalu membawanya ke Tihamah.

Setelah tiba musim haji, dia menyerahkan berhala-berhala itu kepada berbagai kabilah akhirnya berhala-berhala itu kembali ke tempat asalnya masing-masing, sehingga di setiap kabilah dan di setiap rumah hampir pasti ada berhalanya. Mereka juga memenuhi Ka’bah dengan berbagai macam berhala dan patung.

Tatkala Muhammad menaklukan Mekkah, disekitar Ka’bah ada tiga ratus enam puluh berhala. Ia menghancurkan berhala-berhala itu hingga runtuh semua, lalu memerintahkan agar berhala-berhala tersebut dikeluarkan dari masjid dan dibakar.

Ibnu Hisyam berkata bahwa salah seorang dari orang berilmu berkata kepadaku bahwa: ‘Amr bin Luhay pergi dari Makkah ke Syam untuk satu keperluan. Ketika tiba di Ma’arib, daerah di Balqa’. Ketika itu, Ma’arib didiami Al Amaliq – anak keturunan Imlaq (ada yang mengatakan Amliq) bin Lawudz Sam bin Nuh.

Di sana, Amr bin Luhai melihat mereka menyembah berhala. la berkata kepada mereka, “Berhala-berhala apa yang kalian sembah seperti yang aku lihat ini?” Mereka berkata kepada Amr bin Luhay, “Kami menyembah berhala-berhala ini guna meminta hujan kepadanya, kemudian ia memberi kami hujan. Kami meminta pertolongan kepadanya kemudian ia memberikan pertolongan kepada kami.”

Amr bin Luhai berkata kepada mereka, “Apakah kalian mau memberiku satu berhala untuk aku bawa ke jazirah Arab kemudian mereka menyembahnya?” Mereka memberi Amr bin Luhai satu berhala yang bernama Hubal. Amr bin Luhay tiba di Makkah dengan membawa berhala Hubal. Ia memasangnya, kemudian memerintahkan manusia menyembahnya dan mendewa-dewakannya

Singkatnya, Amr bin Luhay saat melakukan perjalanan ke Syam, dilihatnya orang-orang Syam menyembah berhala, Amr bin Luhay tertarik untuk memperkenalkan penyembahan berhala kepada penduduk Makkah maka dia pulang dengan membawa patung hubal. Berhala tersebut diletakkan di Ka’bah. Berhala Hubal menjadi pimpinan dari berhala lainnya seperti Uzza, Latta dan Minna.

Motif / langkah ‘Amr bin Luhay itu dilakukan guna memperkuat posisinya sebagai pembaru di kalangan masyarakat setelah dia menyadari bahwa ajaran Nabi Ibrahim as telah mulai memudar.

Tentu saja ada suara-suara yang menentang ‘Amr, terlebih yang sangat menentang perbuatan ‘Amr itu berasal dari suku Jurhum. suku Jurhum dalam menentang perbuatan ‘Amr, itu di lakukan melalui syair-syair yang dilantunkan sebagai kecaman terhadap ‘Amr (Quraish shihab, hal 86).

Menurut Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury (2003) dalam bukunya Sirah Nabawiyah, Bani Khuza’ah memerintah di Makkah selama 300 tahun dan kemudian digantikan Suku Quraisy yang dipimpin Qushay pada tahun 440 M. Kalau kita hitung mundur dari tahun 440 sebanyak 300, akan ketemu angka tahun 140 M. Artinya, Bani Khuza’ah memerintah di Makkah dari tahun 140 sampai dengan tahun 440 M.

Apa istimewanya tahun 140 M? Amr bin Luhay berkunjung ke Syam sudah bisa dipastikan terjadi setelah peristiwa penghancuran Bait Allah Yerusalem tahun 70 M oleh Jendral Romawi Titus Flavius dan pemberontakan Bar Kokhba tahun 132 sampai dengan tahun 135. Pasca pemberontakan Bar Kokhba, Kaisar Romawi Hadrian mengubah nama kota Yerusalem menjadi Aelia Capitolina dan menempatkan patung Yupiter di atas reruntuhan Bait Allah. Jadi ketika Amr bin Luhay tiba di Syam yang dia saksikan adalah agama pagan Romawi sedangkan kaum beriman Bani Israel sudah tidak ada lagi karena diusir oleh pemerintah Romawi.

Anggap saja Amr bin Luhay memperkenalkan penyembahan berhala kepada penduduk Makkah pada tahun 140 M sedangkan penghancuran berhala terjadi pada tahun 630 M pada saat Fathu Makkah yang dipimpin Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dengan diikuti 10.000 orang beriman, berarti hanya selama 490 tahun bangsa Arab menyembah berhala. Kalau dihitung dari zaman Ibrahim AS hingga tahun 140 M berarti selama 2.000 tahun bangsa Arab tidak menyembah berhala.

Kemudian, Amr pun mengajarkan kepada masyarakat Makkah cara menyembah berhala. Sehingga masyarakat menyakini bahwa berhala adalah perantara untuk mendekat-kan diri kepada tuhannya.

Sejak itulah mereka mulai membuat berhala-berhala sehinga mencapai 360 berhala yang diletakkan mengelilingi Ka’bah. Dan mulailah kepercayaan baru masuk ke masyarakat Makkah dan kota Makkah menjadi pusat penyembahan berhala.

Adapun penyebaran tradisi ini, yaitu ketika bangsa Arab melaksanakan haji, mereka melihat berhala-berhala di sekitar Ka’bah. Mereka bertanya alasan menyembah berhala. Para Pembesar menjawab bahwa berhala-berhala tersebut merupakan perantara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

Setelah itu, mereka kembali ke daerahnya dan meniru cara ibadah masyarakat Makkah. Mulalilah kepercayaan baru yang menyebar ke seluruh Jazirah Arab. Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadis dengan sanad dari Ibnu Abbas,yang artinya:

“Patung-patung yang ada pada zaman Nabi Nuh AS merupakan patung-patung yang disembah pula dikalangan bangsa Arab setelah itu. Adapun Wudd adalah berhala yang disembah oleh suku Kaib di Daumatul Jandal. Suwa adalah sesembahan Hudzail. Yaghuts sesembahan suku Murad, kemudian berpindah ke Bani Ghatifdi ayng terletak di lereng bukit yang terletak di Kota Saba.”

Adapun Ya’uq adalah sesembahan Suku Hamdan. Nasr sesembahn suku Himyar dan keluarga Dzi Kila’, padahal nama-nama itu adalah nama orang-orang saleh pada zaman Nabi Nuh a.s. setelah mereka wafat, setang membisikan kaum yang saleh supaya dibuat patung-patung mereka di tempat-tempat pertemuan dan menamainya sesuai dengan nama-nama mereka. Patung-patung itu tidak disembah sebelum orang-orang saleh itu mati dan ilmunya telah hilang. Dari situlah,penyembahan terhadap berhala-berhala mulai.

Masa itu disebut masa Jahiliyyah. Jahiliyyah bukan berarti mereka bodoh dari keilmuannya, namun mereka bodoh dari keimanan kepada Allah seperti yang dia-jarkan oleh Nabi Ibrahim AS. Mereka menyimpangkan ajaran-ajaran Nbai Ibrahim as.

Faktor Penyimpangan

Adapun faktor-faktor penyebab penyimpangan tersebut adalah:

  1. Adanya kebutuhan terhadap Tuhan yang selalu bersama mereka terutama saat mereka membutuhkan.
  2. Kecenderungan yang kuat mengagungkan leluhur yang telah berjasa terutama kepala kabilah nenek moyang mereka.
  3. Rasa takut yang kuat menghadapi kekuatan alam yang menimbulkan bencana mendorong mereka mencari kekuatan lain di luar Tuhan.

Di saat-saat agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw. akan datang,beberapa orang sudah berushaa untuk tidak menyembah berhala lagi dan berbalik menyebarkan ajaran tauhid yang dibawa Nabi Ibrahim as. Diantara mereka adalah Waraqah bin Naufa, Umayyah bin Shalt, Qus Saidah, Usman bin Khu-wairis, Abdullah bin Jahsyi, dan Zainal bin Umar. Mereka adalah kelompok yang menentang tradisi menyembah berhala. Namun Mereka meninggal sebelum datangnya Islam.

Kepercayaan Lain Selain Berhala?

Di samping kepercayaan terhadap berhala, masyarakat Makkah memiliki kepercayaan lain, yaitu:

  1. Menyembah Malaikat

Sebagian masyarakat Makkah dan bangsa Arab menyembah dan menuhankan malaikaat. Bahkan sebagian beranggapan bahwa malaikat adalah putri Tuhan.

  1. Menyembah jin, ruh atau hantu

Sebagaian masyarakat Arab menyembah jin, hantu dan ruh leluhur mereka. Masyarakat Makkah mengadakan sesajen berupa kurban binatang sebagai bahan sajian agar mereka terhindar dari bahaya dan bencana.

Disarikan dari berbagai sumber:

https://intinebelajar.blogspot.co.id/2016/07/kepercayaan-masyarakat-makkah-sebelum-islam-datang.html

http://banjarwangi.com/blog/2015/05/25/kepercayaan-masyarakat-makkah-sebelum-islam/

https://www.kiblat.net/2015/08/29/amr-bin-luhay-bapak-paganisme-bangsa-arab/

https://id.wikipedia.org/wiki/%27Amr_bin_Luhay


Penyusun : Ananda Prayogi (Siswa MA Salafiyah Syafi’iyah Tebuireng Jombang)