
Peradaban Islam dan dunia mencatat, bahwa banyak Ulama terdahulu yang diakui produktivitasnya, artinya banyak memberikan sumbangsih karya yang sangat penting dan memiliki manfaat berkepanjangan. Para Ulama dulu sangat produktif dalam berkarya, padahal banyak keterbatasan baik dari alat, waktu dan tempat. Hal ini menjadi cermin bagi kita generasi saat ini, bagaimana kita sebagai generasi muda yang sudah didukung dengan kecanggihan teknologi, mempermudah berkarya, tetapi mengapa tidak seproduktif Ulama zaman dulu?
Mungkinkah kita terlalu dimanjakan oleh teknologi yang serba canggih ini sehingga melunturkan jiwa semangat dalam berkarya? Ulama dulu sangat mencintai ilmu dan sangat berhati-hati dalam menyampaikan ilmunya, tak hanya itu tirakat Ulama dulu juga bukan main-main. Tak hanya Ulama Arab (luar Indonesia), banyak sekali tokoh-tokoh Ulama Nusantara yang produktif dalam berkarya.
Salah satu contoh Ulama di Indonesia yakni Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi. Beliau lahir di Sumatera Barat pada 1860. Beliau tercatat sejarah sebagai orang non-Arab pertama yang dipercaya menjadi imam besar di Masjidil Haram, Mekkah. Dari pemikirannya, lahir ratusan karya. Beberapa judul yang sering dijadikan rujukan oleh Ulama dunia ialah Ad Da’il Masmu ala Man Yuwarritsul Ikhwah wa Auladil Akhwan Maa Wujudil Ushul wal Furu, Raudhatul Hussab, serta Hasyiyah an Nafahat ala Syarhil Waraqat lil Mahalli Al Jawahirun Naqiyyah fil Amalil Jaibiyyah.
Baca Juga: Biografi Imam Suyuthi: Ulama Produktif dengan 600 Karya
Ada juga Ulama dari Sumatera Barat, yakni Syekh Sulaiman ar-Rasuli al-Minangkabawi. Karya Syekh Sulaiman banyak menjadi sumber inspirasi bagi Ulama di Asia Tenggara dan Jazirah Arab. Beberapa judul yang dikenal antara lain Al-Jawahirul Kalamiyyah, Tsamaratul Ihsan fi Wiladah Sayyidil Insan, Al-Qaulul Bayan fi Tafsiril Quran, Risalah al-Aqwal al-Wasithah fi Dzikri Warrabithah, Dawaul Qulub fi Qishshah Yusuf wa Ya’qub, serta Dhiyaus Siraj fil Isra’ Walmi’raj.
Contoh Ulama Nusantara lainnya juga yakni Syekh Nawawi al-Bantani, Lahir di Tanara, Serang, Banten. Syekh Nawawi berhasil menulis ratusan judul kitab yang menjadi rujukan Ulama-Ulama di Jazirah Arab dan Asia Tenggara. Di Indonesia, karya-karya itu menjadi kurikulum wajib di pesantren dan madrasah. Seperti kitab al-Tafsir al-Munir li al-Mualim al-Tanzil al-Mufassiran wujuh mahasin al-Ta’wil musamma Murah Labid li Kasyafi Ma’na Qur’an Majid, Kasyifah al-Saja syarah Safinah al-Naja, Sullam al-Munajah, Nihayah al-Zain, atau Nashaih al-‘Ibad.
Begitu pula dengan Ulama yang sangat luar biasa yakni Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari. Semua orang pasti mengetahui beliau. Kiai Hasyim merupakan pendiri organisasi keislaman terbesar di Indonesia, yaitu Nahdlatul Ulama (NU). Jasa beliau juga sangat luar biasa, tak hanya produktif dalam menghasilkan karya, namun juga aktif bermasyarakat.
Adapun beberapa buku karya Beliau yakni : Mukaddimah al-Qanun al-Asasy Li Jam’iyyah Nahdlatul Ulama, Adab al-‘Alim wa al-Muta’alim, Risalah fi Ta’kid al-Akhdz bi Madzhab, Al-Tibyan fi al-Nahy ‘an Muqatha’ah, Arba’in Hadisan Tata’allaq bi Mabadi Jamiyah Nahdlatul Ulama, Al-Nur al-Mubin fi Mahabbah Sayyid al-Mursalin, At-Tanbihat al-Wajibat Liman Yashna’ al-Maulid bi al-Munkarat, Risalah Ahli Sunnah wal Jamaah Hadis al-Mauta, Mawaidz, Ziyadat Ta’liqat A’la Mandzummah as-Syekh ‘Abdullah bin Yasin al-Fasuruani, Dhau’ul Misbah fi Bayan Ahkam al-Nikah, Ad-Darrah al Muntasyiroh fi Masail Tis’a ‘Asyarah, Al-Risalah fi al-‘Aqaid, Al-Risalah fi at-Tasawwuf, Ar-Risalah at-Tawhidiyah, Ar-Risalah al-Jama’ah, Al-Qala’id fi Bayan ma Yajib min al-Aqa’id, Tamyiz al-Haqq min al-Bathil, Al-Jasus fi Ahkam al-Nuqus, Hasyiyah ‘Ala fath ar-Rahman bi Syarh Risalah al-Wali Ruslan li syaikh al-islam Zakariya al-Anshari dan lainnya.
Baca Juga: https://tebuireng.online/inilah-21-karya-hadratussyaikh-kh-hasyim-asyari/
Jika di tangan mereka, Allah memuliakan Islam sebab sumbangsih mereka untuk agama sangatlah besar dan penuh keikhlasan. Sebaliknya kita hari ini seringkali hanya menginginkan hasil yang instan. Dalam urusan ibadah pun sering kita ber malas-malasan, begitu pula dengan urusan dunia, yang kerjaannya dikit-dikit suka mengeluh, mager (malas gerak) dan lain-lain. Dengan sikap yang seperti ini, maka tidak heran jika Islam di tangan kita saat ini terasa lambat untuk bangkit dan bersinar seperti di zaman mereka. Bagaimana menurutmu? Benar apa tidak?
Kita harus menyadari bahwa karya seorang yang alim bukan tentang teknologi canggih, tapi tentang ilham dan hidayah yang Allah berikan kepada siapapun yang Dia kehendaki, begitu juga sebuah karya tak lahir dengan proses singkat, melainkan dengan ujian dan tantangan. Kita sebagai generasi penerus bangsa, selayaknya meneladani jejak para Ulama dulu. Perlu adanya perbaikan dan pelurusan niat agar terlahir karya yang dapat bermanfaat bagi semua orang.
Baca Juga: Syekh Ihsan Jampes, Ulama Nusantara yang Mendunia
Penulis: Amalia Dwi Rahmah, Pegiat Literasi.