Oleh: Silmi Adawiya*
Bulan Dzulhijjah dikenal dengan bulan haji. Bulan yang dimuliakan oleh Allah dan ini merupakan ajang perlombaan untuk memperbanyak amal kebaikan. Bulan Dzulhijjah juga merupakan salah satu bulan haram, bulan dimana Allah melipatgandakan amal sholih dan melakukan dosa yang dilakukan di lebih banyak pula. Pesan indah dari Allah tersurat dalam QS At-Taubah yang berbunyi:
فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
“Maka janganlah kalian menganiaya diri kalian dalam bulan (haram) yang empat itu.”
Di dalam bulan Dzulhijjah ada hari-hari yang dipilih oleh Allah sebagai hari-hari terbaik sepanjang tahun. Allah memanggil dalam Al Quran:
والفجر وليال عشر
“Demi fajar, dan malam yang sepuluh.” (Qs. Al Fajr: 1-2)
Para tamu dapat membaca 10 malam yang direkomendasikan dalam ayat tersebut. Namun, yang paling sulit adalah pendapat yang diajukan yang diajukan adalah 10 hari pertama dalam bulan Dzulhijah. Dalam konteks ayat tersebut, yang membantah dengan ‘al-fajr’ adalah fajar pada hari raya Idul Adha. Pendapat ini berdasarkan hadis Nabi dari Jabir radhiyallahu’anhu:
إن العشر عشر الأضحى ، والوتر يوم عرفة ، والشفع يوم النحر
“Sesungguhnya yang dibahas dengan 10 itu adalah 10 bulan Al Adha (bulan Dzulhijjah –pen), dan yang disetujui dengan” ganjil “adalah hari Arafah, dan yang didukung dengan” genap “adalah hari raya Idul Adha”. (HR. Ahmad)
Sepuluh hari pertama dalam bulan Dzulhijjah merupakan waktu-waktu terbaik untuk beramal sholih. Jika seseorang melakukan amalan yang mafdhul (kurang utama) di hari-hari ini, maka bisa jadi lebih utama dari seseorang yang melakukan amalan yang utama di samping beberapa hari awal bulan Dzulhijah. Karena amalan dalam hari-hari ini adalah amalan yang paling dicintai Allah. Rasululah bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ. يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قالوا يا رسول الله ولا الجهاد فى سبيل الله قال ولا الجهاد فى سبيل الله إلا رجل خرج بنفسه وماله فلم يرجع من ذلك بشىء
“Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah lebih dari amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak boleh jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak ada jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali.”
Amalan yang bisa dilakukan dalam sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah adalah shalat, membaca Al Quran, sedekah, puasa, atau amal sholih lainnya. Diantara amalan yang sangat disukai adalah puasa. Dari Hunaidah bin Kholid, dari diundang, beberapa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
عن بعض أزواج النبى -صلى الله عليه وسلم- قالت كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يصوم تسع ذى الحجة ويوم عاشوراء وثلاثة أيام من كل شهر أول اثنين من الشهر والخميس .
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari’ Asyura ‘(10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya
Dalam kitab “Latho-if Al Ma’arif ” mengembalikan sahabat yang mengamalkan puasa selama sembilan hari pada awal Dzulhijjah adalah Ibnu ‘Umar. Ulama lain seperti Al Hasan Al Bashri, Ibnu Sirin dan Qotadah juga menyebutkan keutamaan berpuasa pada hari-hari tersebut. Inilah yang menjadi opini mayoritas ulama. Aisyah yang mengutip bahwa Nabi tidak berpuasa penuh, hanya dapat berpuasa di sebagian hari dan berbuka di sebagian hari (misalnya pada hari Tarwiyah dan Arafah).
* Penulis adalah Mahasiswi Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Alumni Unhasy Tebuireng dan Pondok Pesantren Putri Walisongo Jombang.