Oleh: Rizka Nur Maulidiyah*

Sayyidah Aisyah R.A merupakan salah satu rujukan (perawi) utama dalam hadis dan sunnah. Para ahli hadis meriwayatkan tidak kurang dari 1/4 bagian dari hukum syariat, adab, dan kehidupan pribadi Rasulullah saw berasal dari Sayyidah Aisyah. Beliau juga banyak sekali mengetahui sebab turun (sabab al-nuzul) sebuah ayat.

Sering terlintas di benak banyak orang bahwa sirah (riwayat hidup) sayyidah Aisyah hanya sebatas tentang keromantisan dengan baginda Nabi, namun sedikit sekali para melenial mengkaji bagaimana berkembangnya ilmu terhadap sirah Sayyidah Aisyah.

Diriwayatkan bahwa Hisyam bin urwah berkata “Wahai ibunda kami, saya sama sekali tidak heran dengan dalamnya pemahaman agama yang engkau miliki. Hal itu karena engkau adalah istri Rasulullah dan putri Abu Bakar ash-Shiddiq. Saya juga tidak heran dengan ketinggihan ilmu engkau dalam bidang syair dan seluk-beluk masyarakat Arab karena engkau adalah putri Abu Bakar yang merupakan salah satu orang yang tinggi ilmunya.

Namun yang saya herankan adalah ketinggian engkau dalam hal kedokteran. Bagaimana hal itu bisa terjadi dan dari mana engkau memperolehnya? Sayyidah Aisyah pun menjawab, “Wahai Abu Arabah! Di akhir hayatnya, Rasulullah menderita sakit. Pada saat itu pada tabib-tabib dari berbagai kabilah Arab datang dan mengemukakan berbagai diagnosis dan obat dari penyakit beliau tersebut. Dari situlah saya belajar”.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Hanya dengan melihat perkembangan, meneliti beliau, Sayyidah Aisyah diberikan keistemewaan dalam ilmu, lalu para wanita milenial sekarang? Apakah masih menyepelekan sebuah bidang ilmu dan menganggap rendah ilmu yang lain, ketika mendapat satu ilmu.

Tidak ada salahnya kita mengapai berbagai keilmuan yang pada dasarnya hal itu bermanfaat bagi diri kita, buka ingin membandingkan dengan keistimewaan Sayyidah Aisyah, namun itu adalah sebuah contoh untuk tidak minder dalam mengapai berbagai macam keilmuan.

Di antara kata-kata yang pernah di ucapkan Sayyidah Aisyah di hadapan kaum perempuan adalah “Sesungguhnya alat pemintal benang yang berada di tangan kaum perempuan lebih baik dari pada tombak yang berada di tangan laki-laki yang tengah berjihad di jalan Allah SWT”.


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari