Oleh: Muhammad Usman*
Era 1970-an merupakan masa pertengahan era orde baru dalam pembangunan. Namun carut marut peta perpolitikan dan kejamnya era orde baru bagi kalangan pesantren yang selalu ditekan dalam kancah perpolitikan nasional. Pengawasan demi pengawasan oleh antek – antek orde baru di sekitar pesantren menjadi salah satu strategi untuk membungkam kaum pesantren setelah terjadinya Gestapo. Dengan memecah belah adanya tiga Partai Nasional tersebutlah menjadi salah satu inspirasi warna dalam logo KPK Pertelon Cukir.
Hal ini disampaikan oleh pemegang warung Komunitas Pecinta Kopi (KPK) Partelon Cukir generasi ke-2. Menarik bagi pecinta kopi yang haus akan ilmu yang tak semua ada di lembaga pendidikan formal maupun non-formal. Dibalik secangkir kopi bagi santri adalah teman sejati untuk menjadi santri sejati.
Di sebelah Pondok Pesantren Tebuireng, terdapat tempat bersua bagi seluruh kalangan dan dari seluruh latar belakang. Warung KPK pertelon Cukir banyak masyarakat menyebutnya. Tempat ini merupakan saksi bisu para tokoh agama dan tokoh nasional untuk dapat bersua secara santai.
Konon dahulu, KH. Idris Kamal, KH. Adlan Aly, dan banyak tokoh agama lain yang suka menikmati kopi dengan berdiskusi tentang agama dan perpolitikan di warung yang sederhana ini. Sebagai tabarukan ilmu para kyai sepuh menjadi peninggalan dan adat di warung yang amat istimewa ini.
Hingga saat ini para asatid dan guru, di sekitar Pondok Pesantren Tebuireng, banyak yang menikmati kopi dan berdiskusi di warung yang amat sederhana ini. Sehingga para penikmat kopi yang ikut mendengarkan sebuah diskusi akan menambah ilmu baru.
Namun yang lebih menarik adalah pendiri dan peletak batu pertama Warung KPK Pertelon Cukir ini tak lain adalah seorang santri dan Putra dari teman Akrab KH. Hasyim Asyari. Abah Yaqin adalah pendiri Warung KPK pertelon Cukir yang konon beliau adalah santri dari salah satu pondok tertua di Jawa Timur.
Misi dari pendirian Warung KPK Pertelon Cukir adalah “Menyediakan Kopi Bagi Orang Yang Belum Ngopi”. Sehingga jangan heran, jika di warung amat sederhana dan amat murah harga kopinya ini. Sehingga seringkali uang yang anda bayarkan tak laku karena banyak para tokoh dan dermawan yang suka bersedekah di warung ini. Sebagai tabarukan ilmu dari para kyai sepuh yang pernah ke warung ini.
Namung keistimewaan dari warung kecil ini, bukan hanya sebagai pecinta dan penikmat kopi saja. Para pelanggan di warung ini sangat menjunjung tinggi persaudaraan. Tak heran jika setiap tahun selalu mengadakan acara haul Gus Dur, dan kegiatan agama lain di luar warung yang di sponsori oleh para sesepuh Warung KPK Pertelon Cukir, guna menjaga tradisi ke-NU-an.
Dengan gemerlapnya cafe-cafe, dengan mewahnya warung-warung kopi, sekarang ini, namun keistimewaan adalah hal yang termahal bagi pecinta kopi di warung KPK Pertelon Cukir.
Jangan pernah tanya jualan rokok di warung ini, karena penjual rokok ada sendiri. Jangan tanya wifi atau hostpot di warung ini, karena bagi pecinta kopi dapat bersua dan berdiskusi adalah ciri khas dari warung yang unik ini.
SELAMAT MENIKMATI KEUNIKAN WARUNG INI, SELAMAT MENIKMATI KEUNIKAN PARA PELANGGAN YANG UNIK-UNIK SE UNIK PENJAGANYA.
*anak pemilik KPK