
Oleh: Nur Indah Naailatur Rohman*
Di sana, ibu kota kita Jakarta
Air menggenang tenang, sedang masyarakat resah dan gelisah
Genangan air cokelat menguasai cerita ibu kota, derita rakyat dan duka semesta
Tiada yang abadi memang, harta benda lenyap seketika
Kita belum lah mengerti akibat apa
Sebab hujan yang tak reda, hutan yang tak lagi ada, atau telah menjadi kehendak pesan semesta.
Jakarta yang megah dengan bangunan kokoh nan mewah, kini terlukis lain.
Tenda-tenda didirikan, tua muda menjadi penghuni entah sampai kapan.
Seperti sudah bisa,
Warga setiap kali musim hujan harus berhati hati, waspada.
Banjir serupa tradisi yang kerapkali datang setiap musim hujan datang lagi.
Oh Tuhan, Lindungi lah ibu kota
Selamatkan kami semua
Bila ini salah, semoga Kau beri kesempatan kami memperbaiki semua.
Ibu Kota kita, Jakarta
Sedang bersedih dan berduka.
*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng.