
Oleh: Qurrotul Adawiyah*
Sebuah Catatan Kepergian
Menggapai karya
kau panutan
“Tiap era layak berkreasi.”
advokasi darimu
kala senja itu
masih bersama
kini, buyar, senyap
tak lagi ada
lantaran kau bertolak
sampai hati kau
menembus nyawa
yang tak khilaf ini
sementara itu
kau berikrar suci
akan melantan masa depan
melintasi ciptaan puisi
namun, ceria terlukis
akibat kau angkat kaki
aku semakin menggores sajak
buat memperlihatkan, sebenarnya
aku ceria berkarya tanpamu
Tengah Malam
Hujan deras, kilat, petir
lalu terdengar teriak kaget
kaca jendela kamar mengendap
halaman berserakan ranting, daun
hingga aliran air kotor keruh bergemuruh
menghanyutkan berbagai macam kotoran
menuju laut yang jauh
sertai dingin dan angin yang bertarung
cipta takut yang kesekian
Januari yang Lusuh
Januari yang lusuh datang padaku
waktu terlalu banyak terbuang
dan begitu saja berlalu
merangkai kata sukar menyatu
sulit menebak ada apa dengan Januari tahun ini?
hingga mengkosongkan pikiran dengan kesekian
menimbun malas angan cipta sajak tak kunjung temui
apa yang hendak disampaikan dan ada apa masih saja
tetap tak bisa tersampaikan
bingung bukan?
*Santri Tebuireng Jombang.