ilustrasi puisi: www.google.com

Oleh: Rara Zarary*

adalah menikmati perjalanan panjang, cara terbaik melupakan yang mati-matian pergi tanpa alasan. Meski aku selalu tahu, setelah pulang segenap luka tak pernah menjanjikan baik-baik saja dan berhenti berharap engkau datang, menyapa ikatan kita berdua. Namun, aku berulangkali melakukan, perjalanan panjang yang setelahnya menyisakan kelelahan dan pasrah pada keadaan; barangkali ini memang cara Tuhan, mencintai kita berdua agar tak lagi saling menyakitkan.

Hai,
Sudah pagi
Masih kah kau mendekap mimpi-mimpi
Atau berhasil melupakan aku sepenuh hati
Aku sedang dalam perjalanan panjang melupakan yang abadi

Selamat menyambut rembulan yang purnama
Semoga luka-luka di antara sembuh, kering dengan bijaksana
Usai itu, kau dan aku abadi menjadi sepasang yang tak jadi
Kita rayakan dengan kerelaan meski patah hati

Perjalanan kemarin
Bersama sepi yang mungil
Dan diri yang menggigil
Mengajari aku soal harga diri, kepada waktu; “aku menyadari bahwa tiada manusia yang bisa dipaksa baik-baik hatinya untuk kembali mencintai setelah patah berulangkali, kalau pun ada ia hanya lah sedang mengulangi kesalahan kesekian kali. Membunuh dirinya sendiri.”

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Selamat jalan, kamu
Sampailah dengan baik pada tujuanmu
Tinggalkan saja kenang agar berhenti tergenang
Sebab ingatan akan selalu mengembalikan kita pada fase menyadari dan menerima kenyataan

Semoga sembuh, luka
Doa terbaik selalu menjaga
Meski aku tahu
Beranjak dariku adalah cita-citamu yang sudah nyata

Selamat berbahagia
Dengan lembaran-lembaran kosong yang akan kau warnai sendiri
Melalui caramu
Yang bijak dan tanpa jejak

Gresik, Oktober 2019