sumber ilusrtasi: zonasultra.com

Oleh: M. Zulfikri*

Terik matahari dan suara bising kendaraan, tak sanggup membangunkan Fadli dari tidur lelapnya. Begadang semalaman, bersenda gurau dengan gawainya, bermain game online membuatnya sering bangun kesiangan. Padahal Fadli sedang menempuh semester akhir disalah satu universitas terbaik di Surabaya. Fadli seorang siswa yang cerdas di SMA nya, terbukti dari nilai raport yang di atas rata-rata dan mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya di Perguruan Tinggi.

Orang tua Fadli yang bekerja serabutan, merasa terbantu dengan beasiswa yang didapat oleh Fadli. Fadli tinggal bersama bapaknya. Sedangkan ibunya telah meninggal sejak Fadli kelas 2 SMA. Ada satu pesan dari ibu Fadli yang tak bisa ia lupakan. Yaitu agar Fadli menjadi orang yang sukses kelak.

Sembari menjadi mahasiswa, Fadli juga bekerja sebagai pegawai di minimarket untuk mencukupi kebutuhan hidup bersama bapaknya. Gaji yang diterima Fadli sebagai kasir, ia sisihkan sedikit untuk ditabung. Untuk membeli smartphone yang ia idamkan sejak SMA. Karena waktu SMA hanya ia yang tidak memiliki smartphone.

Beberapa bulan kemudian, tabungannya cukup untuk membeli smartphone yang ia impikan. Fadli sangat senang karena smarphone yang diimpikan telah ada di genggamannya. Smartphone canggih keluaran terbaru tahun ini dan tentu saja bisa digunakan untuk bermain game online. Ia langsung menginstal game online yang sedang marak dimainkan pada smartphone miliknya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Saking senang dan seringnya ia bermain game online, sampai makan sebagai kebutuhanpun Ia lupakan. Fadli semakin kecanduan dengan game online. Sering begadang dan bangun kesiangan karena game online. Sehingga, banyak tugas dari dosennya tidak diselesaikan dan jarang hadir di perkuliahan, membuat banyak mata kuliahnya yang tidak lulus dan harus mengulang di semester depan.

Seiring berjalannya waktu, Fadli tak kunjung berubah. Ia masih tetap kecanduan dengan game online, yang membuat kuliahnya lebih lama 1 tahun, karena harus menyelesaikan mata kuliah yang mengulang pada semester sebelumnya. Teman-teman Fadli yang seangkatan dengannya telah menyelesaikan kuliahnya dan meraih gelar sarjana. Dihari wisuda kampusnya, Fadli datang untuk mengucapkan selamat kepada teman temannya.

“Selamat ya Pik, udah diwisuda.” Ucap Fadli memberikan selamat kepada teman sekelasnya, Taufik.

“Terima kasih Fadli.” Jawab Taufik dengan senyum bahagia di wajahnya.

“Kamu kenapa belum wisuda?” Lanjut Taufik bertanya pada Fadli.

“mmm Fadli memikirkan alasan untuk menjawab Taufik.

“Lagi banyak masalah Pik di rumah,” Jawab Fadli.

Fadli segera mengkhiri obrolan dengan  teman sekelasnya itu. Ia sangat malu karena belum lulus. Meskipun, beberapa kali bapaknya sudah mengingatkan Fadli agar tidak sering bermain game dan fokus untuk kuliah saja.

“Pul, kuliahmu loh, dipikirin juga, jangan main game terus…” Nasihat bapak Fadli yang sangat jarang ditanggapi oleh Fadli.

“Iya, pak..” Jawab Fadli singkat.

Hanya kata “iya” yang keluar dari mulut Fadli ketika bapak menasihatinya. Meskipun telah menjawab iya, tak terlihat perubahan dalam hidup Fadli.

Ditahun ke-6 Fadli kuliah. Fadli semakin gila dengan main gamenya. Ia tak lagi memikirkan kuliah dan pekerjaannya. Ia dipecat dari tempat bekerjanya, membuat bapak Fadli harus bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan ia dan anaknya. Pernah suatu malam, disaat bapak Fadli sepulang dari bekerja, ia mendapati Fadli sedang asik dengan smartphonenya.

“Fadli, bapak mau ngomong sama kamu,” ucap bapak Fadli. Rasa lelah masih terlihat di wajahnya.

“Ngomong apa pak?” Jawab Fadli sambil menatap layar smartphonenya.

“Bapak ingin kamu itu bisa sarjana dan menjadi orang sukses seperti harapan ibumu. Cepat selesaikan kuliahmu. Biar bapak juga bisa melihat kamu diwisuda.” Ucap bapak Fadli penuh harap.

“Iya pak, gampang…” Kata Fadli singkat, dan masih tetap asik memainkan gamenya.

“huft…” bapak Fadli menghela napas panjang karena Fadli tak terlalu menghiraukan nasihatnya.

Beberapa bulan kemudian, Fadli menerima surat dari kampusnya. Surat yang berisi peringatan agar Fadli segera menyelesaikan tugas akhirnya, kalau ia tidak selesai mengerjakan tugas akhirnya dalam waktu setahun ini, ia akan dikeluarkan dari kampusnya atau drop out. Menanggapi surat itu, Fadli tak menghiraukannya.

Bapak Fadli juga mengetahui surat itu, ia sangat khawatir anaknya tidak bisa menyelesaikan tugas akhirnya dan dikeluarkan dari kampus. Mengingat Fadli tak ada perubahan. Nasehatnya juga tak pernah didengarkan Fadli.

Akibat tidak mendengarkan nasihat bapaknya Fadli mendapatkan apa yang ia tak pernah harapkan. Karena sudah diperingati kampus dan Fadli tak menghiraukannya. Akhirnya Fadli dikeluarkan dari kampusnya. Bapak Fadli sangat kecewa dengan anaknya. Sebab, yang ia harapkan pada Fadli tak seindah imajinasinya.

Fadli juga sangat menyesal. Tidak mendengarkan nasihat bapaknya. Ia hanya memikirkan kesenangan dirinya sendiri, tanpa memikirkan harapan orang tua yang diberikan padanya. Oleh karena itu ia sadar atas semua kesalahannya.

Keseringan bermain game tidak memberikan apa-apa baginya, game online membawa Fadli pada halusinasi yang tampak nyata baginya. Sehingga, ia melupakan harapan yang orang tua berikan padanya.

*Mahasiswa Unhasy Tebuireng Jombang.