ilustrasi: www.google.com

Oleh: Silmi Adawiya*

Manusia memang tak ada yang sempurna. Begitupun dengan pemimpin yang sedang bertugas dimana-mana. Jika ada yang salah dengan pemimpin kita, eloknya kita sampaikan dengan sopan. Bukan mencacinya dengan kasar. Atau bahkan menyebarkannya lewat sosial media agar diketahui banyak masa. Jika ada yang kurang dengan seorang pemimpin, maka tetep husnudzan, atau bisa kita sampaikan lewat orang terdekatnya atau dengan cara lain yang tidak menimbulkan kericuhan. Sebab mencaci pemimpin, apalagi sampai menghina pemimpin, tidak diajarkan dalam Islam. Sebagaimana Sabda Rasulullah:

مَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللَّهِ فِي الْأَرْضِ أَهَانَهُ اللَّهُ

Barangsiapa yang menghina sultan Allāh (penguasa/ pemimpin) di bumi, maka Allāh akan menghinakan orang tersebut.”

Hadis tersebut jelas melarang kita untuk menghina pemimpin, entah disebabkan karena kekurangannya atau ketidaksempurnaannya dalam menjalankan tugas. Justru Rasulullah mengajarkan kita untuk terus mendoakan pemimpin kita, sebab kebaikan sang pemimpin adalah kebaikan kita juga. Jerih payah perjuangan sang pemimpin adalah perjuangan untuk kita juga. Dalam hadis-Nya disebutkan:

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

لا تسبوا الأئمة ، وادعوا لهم بالصلاح ؛ فإن صلاحهم لكم صلاح

Jangan mencaci para pemimpin. Doakan mereka dengan kebaikan. Sebab kebaikan mereka adalah kebaikan bagi kalian.”

Jika hadis Rasulullah yang diatas diamalkan oleh setiap muslim, maka yang terjadi adalah terciptanya suatu bangsa yang baik tanpa berhias hujatan dan kabar hoaks. Rasulullah mengajarkan untuk terus mendoakan kebaikan kepada pemimpin kita. Kebaikan yang ia dapat pasti juga dirasakan oleh rakyatnya.

Mencela dan menghina pemimpin termasuk salah satu benih fitnah yang bisa berkembang menjadi sebuah awak kerusakan suatu bangsa. Bukankah terbunuhnya Khalifah Usman Ibn Affan karena adanya kaum muslimin yang mencela dan juga menghinakan sang khalifah tersebut? Begitulah realitanya, pemberontakan adalah sebab dari kerusakan, baik kerusakan dunia ataupun kerusakan agama seseorang.

Sebuah nasihat indah yang dituliskan Al Baihaqi dalam Al Jamii Li Syu’banil Iman menyebutkan bahwa tidaklah kita menghina pemimpin, justru nasihatilah mereka dengan baik. Memperbanyak doa untuk mereka agar bisa terus melakukan kebaikan dan kebenaran dalam beramal dan menjalankan hukum, sebab jika sang pemimpin itu baik, maka baik pula rakyatnya.

Jangan sampai mendoakan sebuah keburukan kepada pemimpin, yang begitu hanya akan menambah kerusakan keadaan orang Islam. Tetapi mintakanlah ampunan kepada Allah untuk sang pemimpin, semoga mereka meninggalkan perbuatan yang tidak baik, kemudian dihilangkan musibah dari kaum muslim.

*Alumni Pondok Pesantren Putri Walisongo Jombang.