download (3)Oleh: Ustadz Zaenal Karomi*

Pertanyaan:

Assalamualaiku Ustadz. Saya mau tanya, bolehkah makmum tidak membaca iftitah kalau imam sudah rakaat akhir, dalam kontek ini masbuq, berdasarkan iftitah adalah sunah, sedangkan fatihah wajib?  Mohoh lengkap dengan kitab rujukan.  Syukron katsiron!

Dede Dendi Bandung

Jawaban:

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Wa’alaikumsalam Mas Dendi yang dimuliakan Allah. Jika imam telah memulai bacaan dengan jahr (keras) atau sirr (pelan), maka menurut qaul mu’tamad (pendapat terpercaya) ulama Hanabilah dan Hanafiyah tidak boleh bagi orang yang mengikutinya untuk membaca tsana’ (kabiiron wal hamdu lillah dan seterusnya), yangmerupakan bagian dari iftitah, baik makmum sebagai masbuq maupun mudrik.

Maksudnya ketika menjumpai imam sudah memulai shalatnya, atau menjumpai imam setelah ia memulai bacaan, karena mendengar bacaan Al Qur’an dalam bacaan jahr merupakan fardlu, dan dalam bacaan sirr merupakan kesunahan untuk mengagungkan bacaan Al Qur’an, maka (mendengarkan bacaan imam) menjadi sunnah ghoiru maqshudah li dzatiha, sunnah yang tidak dapat dilakukan terlepas dari ibadah lain, atau tidak dapat berdiri sendiri. Keterangan ini ada dalam kitab Fiqhu al Islam wa Adillatuhu karya Dr. Wahbah Zuhaili juz 2 halaman 64.

قال المالكية : يكره دعاء الاستفتاح، بل يكبر المصلي ويقرأ، لما روى أنس قال: «كان النبي صلّى الله عليه وسلم وأبو بكر وعمر يفتتحون الصلاة بالحمد لله رب العالمين» . وقال الجمهور : يسن دعاء الاستفتاح بعد التحريمة في الركعة الأولى، وهو الراجح لدي

وإذا شرع الإمام في القراءة الجهرية أو غيرها، لم يكن للمقتدي عند الحنابلة والحنفية على المعتمد (2) أن يقرأ الثناء، سواء أكان مسبوقاً أم مدركاً، أي لاحقاً الإمام بعد الابتداء بصلاته، أو مدركاً الإمام بعد مااشتغل بالقراءة، لأن الاستماع للقرآن في الجهرية فرض، وفي السرية يسن تعظيماً للقراءة، فكان سنة غير مقصودة لذاتها، وعدم قراءة المؤتم في السرية لا لوجوب الإنصات، بل لأن قراءة الإمام له قراءة. ويستفتح المأموم ويستعيذ عند الحنابلة في الصلاة السرية، أو الجهرية في مواضع سكتات الإمام.

ويستحب التوجه عند الشافعية في افتتاح الفريضة والنافلة، للمنفرد والإمام والمأموم، حتى وإن شرع إمامه في الفاتحة أو أمَّن هو لتأمين إمامه قبل شروعه فيه، ولكن لايبدأ به إذا بدأ هو بالفاتحة أو بالتعوذ، فإنهم قالوا: لايستحب إلا بشروط خمسة: أولاً – أن يكون في غير صلاة الجنازة، فليس فيها توجه، وإنما يسن فيها التعوذ. ثانياً – ألا يخاف فوت وقت الأداء: وهو مايسع ركعة، فلو لم يبق من الوقت إلا مايسع ركعة لم يسن التوجه. ثالثاً – ألا يخاف المأموم فوت بعض الفاتحة، فإن خاف ذلك لم يسن، وإن بدأ به قرأ بقدره من الفاتحة. رابعاً – ألا يدرك الإمام في غير القيام، فلو أدركه في الاعتدال مثلاً لم يسن. وإن أدركه في التشهد، وسلَّم الإمام أو قام قبل أن يجلس معه، سن له الافتتاح به. خامساً- ألا يشرع في التعوذ أو القراءة ولو سهواً، فإن شرع لم يعد له

Tidak membacanya makmum dalam bacaan sirr itu bukan karena wajibnya mendengarkan bacaan, tapi karena bacaan imam juga menjadi bacaan baginya. Menurut ulama’ Hanabilah  ma’mum bisa membaca iftitah dan ta’wudz dalam shalat sirriyah, juga dalam shalat jahriyah di saat imam tidak membaca (dengan jahr).

Menurut ulama’ Syafi’iyah disunnahkan membaca tawajjuh (wajjahtu wajhiya seterusnya…) yang merupakan bagian dari iftitah, dalam permulaan shalat fardlu dan sunnah bagi orang yang shalat sendiri, menjadi imam atau makmum. Bahkan meskipun imamnya telah memulai bacaan al Fatihah atau dia membaca “amiin” sebelum ia memulai membaca tawajjuh, tetapi ia tidak bisa memulai dengan bacaan tawajjuh jika ia telah memulai terlebih dulu dengan al Fatihah atau ta’awudz.

Ulama’ Syafi’iyyah memberikan berpendapat, bahwa bacaan tawajjuh tidak disunnahkan kecuali dengan 5 syarat, sebagai berikut:

  1. Bukan dalam shalat jenazah, tidak ada tawajjuh di dalamnya, hanya disunnahkan ta’awudz saja.
  2. Tidak khawatir akan lewatnya waktu ada’ (lawan kata qada) yaitu waktu yang bisa digunakan untuk melakukan satu rakaat. Jadi jika waktu tidak memungkinkan kecuali hanya bisa digunakan untuk melaksanakan satu rakaat, maka tidak disunnahkan membaca tawajjuh.
  3. Makmum tidam khawatir akan terlewatnya sebagian dari al Fatihah. Jika khawatir akan hal tersebut, maka tidak disunnahkan membaca tawajjuh. Namun, jika makmum telah memulai bacaan tawajjuh, maka ia membaca al Fatihah sesaui dengan kemampuannya.
  4. Makmum menjumpai imam di luar berdirinya imam (selain berdiri). Maksudnya, andaikan makmum menjumpai imam dalam keadaam i’tidal, maka tidak disunnahkan membaca tawajjuh. Namun, jika ma’mum menjumpai imam saat imam tassyahud dan imam membaca salam atau ma’mum berdiri sebelum ia sempat duduk bersama imam, maka disunnahkan memulai dengan bacaan tawajjuh.
  5. Ia belum memulai dengan ta’awudz atau bacaan Al Qur’an, meskipun karena lupa. Jika telah memulainya maka bacaan tawajjuhnya tidak terhitung (sunnah).

Demikian jawaban kami atas pertanyaan Mas Dendi tentang boleh tidaknya makmum yang tidak membaca iftitah ketika imam sudah rakaat akhir, dalam kontek ini dia sebagai makmum masbuq. Semoga bermanfaat! Wallahu a’lam.


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng dan Penggiat Bahtsul Masail Tebuireng