sumber gambar: www.google.com

Oleh: Dimas Setyawan Saputra*

Kelahiran

Jumat tanggal 13 Syawwal 194H di Bukartis. Sejarah mencatat dengan tinta emas dalam perdabaan Islam. Telah lahir seorang bayi laki-laki selepas salat Jumat yang oleh ayahnya diberi nama Muhammad. Bayi ini kelak dikenal oleh dunia Islam sebagai orang nomor wahid dalam displin keilmuan Hadist. Terlahir dengan nama Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughiroh bin Baedizbah Al-Jufri bin Abu Abdillah atau biasa kita kenal Imam Bukhari.

Masa Kanak-kanak

Semasa kecil Imam Bukhari telah ditinggal oleh sang ayah untuk selamanya, maka ibundanya lah yang merawat dan mendidiknya. Masa-masa kecil Bukhari di lalui dengan rasa pilu. Ketika beliau dan sekeluarga ditimpa cobaan oleh Allah, berupa  meniggalnya sang ayah, Bukhari kecil pula kehilangan pengelihatannya. Dalam menghadapi situasi tersebut sang ibu tidak pernah mengenal kata menyerah bermunajat kepada Allah, agar pengelihatan sang putra dikembalikan. Sehingga pada suatu malam sang ibu bermimpi bertemu dengan nabi Ibrahim. Dalam mimpi tersebut nabi Ibrahim berkata: “wahai ibu sesungguhnya Allah telah mengembalikan penglihatan putramu, karena tabahnya engkau serta munajatmu yang tak putus kepada Allah.” Setelah mendegar ikhwal mimpi tersebut Sang ibu pun segera terjaga dari tidur dan mendapati sang putra telah dikembalikan penglihatan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Imam Buhkari terlahir dari seorang ulama  terkenal bernama Ismail. Ismail sendiri ialah seorang ulama yang sangat alim dalam ilmu hadist. Maka tak ayal setelah sang ayah wafat, Imam Bukhari mewariskan kecintaan ilmu hadist sepeninggalan ayahnya. Kitab-kitab hadist sang ayah dilahap habis olehnya. Dalam usia yang relatif muda tersebut dan berkat asuhan pendidikan sang ibu, Imam Bukhari telah hafal kitab karya ibnu Mubarak dan Waqi’ bin Al-Jarrah dan beliau pun telah memahami isi kedua kandungan kitab tersebut.

Rihlah Ilmu Hadist

Menginjak umur 16 tahun Imam Bukhari melaksanakan ibadah haji bersama sang ibunda dan saudaranya bernama Ahmad. Setelah selesai menunaikan ibadah haji, ibu dan saudaranya kembali ke kampung halaman, sedangkan Imam Bukhari memutuskan untuk menetap di Mekkah guna mempelajari ilmu hadist kepada ulama-ulama tersohor di kota tersebut. Antara lain guru-guru beliau ialah Al-Imam Abu Al-Walid Ahmad bin Al-Azraqy, Abdullah bin Zaid, Ismail bin Salim As-Shoiqh, Abu Bakar bin Abdullah bin Zubair, dan Al-Alamah Al-Humaidy.

Pada tahun 212H setelah merasa cukup mempelajari ilmu di kota Mekkah, Imam Bukhari melanjutkan rihlahnya ke kota Madinah, di kota tersebut  Imam Bukhari berguru kepada beberapa ulama, antara lain Ibrahim Al-Mundzir, Mutharrif bin Abdullah, Ibrahim bin Hamzah, dan Abu Tsabit Muhammad. Selama rihlah di kota tersebut Imam Bukhari tidak hanya belajar.  Tetapi beliau juga telah merampungkan 2 kitab yakni, kitab Qadlaya Al-Sahabah wa Al-Tabi’in dan kitab Al-Tarikh Al-Kabir. Kedua kitab tersebut ditulis oleh Imam Bukhari di makam Rasulullah pada malam belasan bulan Qamariyah, dan saat menulis kitab tersebut umur beliau baru genap 18 tahun.

Setelah di rasa cukup, Imam Bukhari melanjutkan rihlah menuju kota Basharah. Di antara para syakih yang berhasil ditemui adalah Abu Ashim An-Nabil, Shawfan bin Isa, Badil bin Tsabit Al-Mahbar, Harami bin Imarah, Affan bin Muslim, Muhammad bin Sinan dan beberapa ulama lainnya yang setara dengan mereka dan satu thabaqah (tingkatan) dengan mereka. Rihlah berikutnya adalah ke Kufah. Di antara guru-guru Imam Bukhari yang termashyur di kota Kufah adalah Abdullah bin Musa, Abu Nua’im bin Ya’kub, Ismail bin Aban, Hasan bin Ar-Rabi’, Khalid bin Al-Mujalid dan Said bin Hafsh.

Syam adalah kota yang dituju oleh Bukhari dalam melanjutkan rihlahnya. Di kota ini Imam Bukhari banyak menimba ilmu hadist kepada para syaikh yang atara lain: Yusuf Al-Faryabi, Abu Ishaq bin Ibrahim, Adam bin Ilyas, Abul Yaman Al-Hakam bin Nafi’ dan Hayawah bin Syuraih. Setelah Syam menjadi kota singgah studi rihlahnya. Lantas imam bukhari melanjutkan perjalanannya ke Mesir. Di sana, beliau berguru kepada ulama terkemuka Utsaman bin Ash-Sha’igh, Said bin Abi Maryam, Abdullah bin Shaleh dan Ahmad bin Syuaib. Selain daerah-daerah di atas, Imam Bukhari pun berkelana ke Jazirah Arab, Khurasan dan daerah-daerah sekitarnya seperti Maroko, Balakh dan Harah.

Zuhud dan Kewaraannya

Sebagai seorang ulama hadist terkemuka, sudah sepastinya Imam Bukhari memeiliki sifat zuhud danwara. Dari Muhammad bin Abi Hatim, ia berkata, “Aku telah mendengar Sulaiman bin Mujahid berkata, selama enam puluh tahun, aku belum pernah melihat orang yang lebih wira’i dan lebih zuhud di dunia melebihi Muhammad bin Ismail.”

Dikisahkan oleh Ghunjar dalam kitab Tarikhnya  berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Umar Al-Muqri memberikan kabar kepadaku, dia berkata “Abu Said Bakar bin Muna telah memberikan kabar kepadaku, ia berkata, “barang dagangan Imam Bukhari yang dibawa oleh Abu Hafsh telah tiba. Pada sore harinya, para pedangang berkumpul hendak membeli barang dagangan tersebut. Mereka bersedia memberikan laba besar lima puluh ribu dirham kepada Imam Bukhari, akan tetapi Imam Bukhari berkata, “Kalian pergilah. Karna malam telah tiba.”

Keesokkan harinya, pedangang yang lain datang lagi hendak membeli barang daganan tersebut dan bersedia memberi laba sepuluh ribu dirham. Tapi, lagi-lagi Imam Bukhari menolaknya karena suatu sebab, dia berkata, “sesungguhnya semalam aku telah berniat hendak menjual barang daganan ini kepada penawar pertama. “Akhirnya, barang itu pun diberikan kepada pedagang yang pertama menawarnya. Imam Bukhari berkata, “Aku tidak suka membatalkan niatku.”

Ibadahnya

Al-khatib Al-Baghdadi dalam kitab karya tarikh Baghdad, dia berkata, “Dari Muhammad bin Abi Hatom Al-waraq, ia berkata. “Imam Bukhari pernah salat tiga belas rakaat dengan witir satu rakaat di waktu sahur. Pada sedang salat tersebut Imam Bukhari tidak membangunkanku yang sedang tertidur didekatnya. Oleh karena itu, aku berkata padanya, “Bagaimana kamu melaksanakan ini dan tidak membangunkanku!” Imam Bukhari menjawab. “Sesungguhnya kamu masih muda dan aku tidak suka merusak tidurmu.”

Dalam riwayat lain, Imam Bukhari berkumpul bersama para sahabatnya untuk menunaikan salat. Dalam salat itu, dia membaca sebanyak dua puluh ayat setiap rakaatnya hinga khatam. Sedangkan di waktu sahur, dia membaca separuh atau sepertiga Al-Quran dan meghatamkannya di setiap tiga malam sekali. Begitu pula ketika dia siang harinya, dia menghaktamkan Al-Quran di waktu berbuka puasa. Beliau berkata “bahwa seseorang yang menghatmkan Al-Quran doanya akan dikabulkan.”

Karya-karya Imam Bukhari

Berikut ini beberpa karya Imam Bukhari yang dapat kami himpun antara lain:

  1. Al-Jami’ Ash-Shaih
  2. At-Tarikh Al-Kabir
  3. At-Tarikh Al-Ausath
  4. At-Tarikh Ash-Shagir
  5. Khalqu Af’al Al-ibad
  6. Adh Dhu’afa Ash-Shagir
  7. Al-Adab Al-Mufrad
  8. Juz’u Rafu’u Al-Yadain
  9. Jus’u Al-Qira’ah Khlfa Al-Imam
  10. Kitab Al-Kuma

Dan masih banyak kitab imam bukhari yang belum tercetak, maupun hilang.

Fitnah yang Menimpanya dan Wafatnya

Suatu ketika diriwayatkan oleh Abu Bakar bin Munir bin Khulaid bin Askar beliau berkata, “Khalid Bin Ahmad Adz-Dzahuli, seorang amir di daerah Bukhar menemui utusan untuk bertemu Imam Bukhari, utusan tersebut menyampaikan pesan  sang amir, yang berisi agar Imam Bukhari bersedia Membawa kitab karya Al-jami’ At-Tarikh dan yang lain kepadanya, supaya Imam Bukhari bersedia membacakan untuknya. Menyikapi perintah tersebut Imam Bukhari berkata. “Aku tidak akan menghinakan ilmu dan aku tidak akan membawakannya kesemua pintu manusia. Katakan kepadanya (Khalid) bila dia merasa ilmu itu, maka datanglah sendiri ke masjidku atau ke rumahku.

Dengan penolakan Imam Bukhari sang amir (Khalid) merasa tersinggung, sehingga dia menggunakan Harits bin Abi Al-Warraqa untuk menjelek-jelekkan mazhab Imam Bukhari. Sehingga sang Imam terpaksa keluar meninggalkan kampung halamannya. Belum genap sebulan sang  Imam meninggalkan kampung halamanya, Allah menujukkan murkanya kepada orang-orang yang memusuhi Imam Bukhari.  Khalid bin Ahmad sendiri tertimpa musibah berupa lengser dari jabatannya, dan terhina masuk penjara. Sedangkan Harits bin Al-Warraqa’ mendapatkan bencana yang tak terkira dan yang lain anaknya ditimpa bencana.

Setelah meningalkan kampung halamannya, Imam Bukhari menuju sebuah perkampungan di daerah Samarqand yang bernama Bahkratank. Di tempat tersebut terdapat beberapa kerabat Imam Bukhari yang berdomisili sehingga sang Imam tinggal bersama meraka.

Ghali bin Jibril berkata, sesungguhnya Imam Bukhari telah tinggal di sini. Tetapi tidak lama kemudian beliau menderita sakit. Ketika utusan dari Samarqand mengujungi Imam Bukhari, mereka mengharapkan sang Imam untuk bersedia keluar bersama mereka, dan beliau pun menyanggupinya. Baru saja berjalan sekitar dua puluh langkah menuju kendaraan, Imam Bukhari berkata kepadaku, “tolong tandu aku, aku sudah tidak kuat lagi.

Akhirnya kami mengangkatnya. Sebelum Imam Bukhari berbaring dalam kondisi tidur miring, Imam Bukhari berdoa terlebih dahulu. Dalam tidurnya itu, Imam Bukhari banyak mengeluarkan banyak keringat. Dia telah meninggalkan wasiat kepada kami dengan berkata, “Bila aku meninggal tolong beri akau kafan tiga lapis tanpa baju dan tanpa sorban.” Setelah menyampaikan wasiat tersebut Imam Bukhari mengembuskan nafas terakhirnya.

Abdul Wahid bin Ahmad Ath-Thawarwisi berkata, “Dalam tidur aku melihat Rasulullah berdiri menunggu seseorang bersama rombongannya.” Kemudian aku berkata, “ya Rasul, apa yang membuat anda menunggu di sini?’” beliau menjawab, “Aku sedang menunggu Muhammad bin Ismail Al-Bukhari.” selang beberapa hari, aku mendapatkan kabar bahwa Imam Bukhari meninggal dunia. Kemudian aku perhatikan mimpiku, ternyata waktu Imam Bukhari wafat itu adalah waktu aku menjumpai Rasul dalam mimpiku.

Al Hasan bin Al Husain Al Bazzaz berkata, “Imam Bukhari meninggal pada malam Sabtu saat malam Idul Fitri di waktu salat Isya’. Kemudian jasadnya dikuburkan hari itu juga setelah salat Dzuhur. Imam Bukhari wafat pada tahun 256 hijriah dalam usia 62 tahun kurang tiga belas hari.

Seorang penyair berkata:

Imam Bukhari seorang hafizdh dan ahli hadist

Dia kumpulkan ash-shahih setelah dicermati

Tahun kelahiran ditambah usia kebenaran tertulis

Padanya sanjungan, tapi toh semua kembali kepada dzat yang maha suci

 

*Sumber Tulisan:  Kitab Mim A’lam As-Salaf, karya  Syekh Ahmad Farid.

**Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.