Ilustrasi memberi makanan kepada tetangga

Berbicara mengenai hubungan antar sesama terutama di masyarakat, maka tak akan pernah lepas dari tetangga. Tetangga ialah orang yang pertama kali mendengar dan tahu keadaan kita dalam dunia nyata. Maka sangatlah penting bagi kita berinteraksi dengan baik bersama mereka, jangan sampai adanya kita menimbulkan ketidaknyamanan kepada sesama apalagi terhadap tetangga.

Dari situ, dalam ajaran Islam hubungan baik bersama tetangga sangat dianjurkan untuk terus dijaga. Dalam sebuah hadisnya Nabi Saw, pernah bersabda:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا زَالَ يُوصِينِي جِبْرِيلُ بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ. رواه البخاري

“Dari Aisyah RA, dari Nabi SAW beliau bersabda, “Jibril terus mewasiatkanku perihal tetangga. Hingga aku menyangka bahwa tetangga akan menjadi ahli waris.” (Hadis riwayat Al-Bukhari)

ومَن كانَ يُؤْمِنُ باللَّهِ والْيَومِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جارَهُ، ومَن كانَ يُؤْمِنُ باللَّهِ والْيَومِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

 “Siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya, dan siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (H.R. Muslim).

Hadis di atas mengindikasikan begitu pentingnya menjaga hubungan baik bersama tetangga, bahkan dalam hadis yang lain Rasulullah Saw, menjadikan hubungan antar tetangga menjadi tolak ukur dari kesempurnaan iman seorang mukmin.

وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ قِيلَ وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِي لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بوَائِقَهُ. رواه البخاري

 “Demi Allah, tidak sempurna imannya, demi Allah tidak sempurna imannya, demi Allah tidak sempurna imannya.” Rasulullah saw. ditanya “Siapa yang tidak sempurna imannya wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Seseorang yang tetangganya tidak merasa aman atas kejahatannya.” (HR al-Bukhari).

Maka dari itu, sangatlah penting menjaga hubungan antar tetangga. Dengan beretika yang baik, saling menjaga, menghargai dan memenuhi hak-haknya.

Hak-hak Tetangga

Ada beberapa hak tetangga yang harus selalu kita jaga bersama, dalam hal ini Rasulullah Saw, bersabda:

أَتَدْرُونَ مَا حَقُّ الْجَارِ؟ إِنِ اسْتَعَانَكَ أَعَنْتَهُ، وَإِنِ اسْتَقْرَضَكَ أَقْرَضْتَهُ، وَإِنِ افْتَقَرَ عُدْتَ عَلَيْهِ، وَإِنْ مَرِضَ عُدْتَهُ، وَإِنْ مَاتَ شَهِدْتَ جَنَازَتَهُ، وَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ هَنَّأْتَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ مُصِيبَةٌ عَزَّيْتَهُ، وَلَا تَسْتَطِيلَ عَلَيْهِ بِالْبِنَاءِ، فَتَحْجُبَ عَنْهُ الرِّيحَ إِلَّا بِإِذْنِهِ، وَإِذَا شَرَيْتَ فَاكِهَةً فَاهْدِ لَهُ، فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَأَدْخِلْهَا سِرًّا، وَلَا يَخْرُجْ بِهَا وَلَدُكَ لِيَغِيظَ بِهَا وَلَدَهُ، وَلَا تُؤْذِهِ بِقِيثَارِ قَدْرِكَ إِلَّا أَنْ تَغْرِفَ لَهُ مِنْهَا  أَتَدْرُونَ مَا حَقُّ الْجَارِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا يَبْلُغُ حَقُّ الْجَارِ إِلَّا قَلِيلًا مِمَّنْ رَحِمَ اللهُ

 “Apakah kalian tahu hak tetangga? Jika tetanggamu meminta bantuan kepadamu, engkau harus menolongnya. Jika dia meminta pinjaman, engkau meminjaminya. Jika dia fakir, engkau memberinya. Jika dia sakit, engkau menjenguknya. Jika dia meninggal, engkau mengantar jenazahnya. Jika dia mendapat kebaikan, engkau menyampaikan selamat untuknya. Jika dia ditimpa kesulitan, engkau menghiburnya. Janganlah engkau meninggikan bangunanmu di atas bangunannya, hingga engkau menghalangi angin yang menghembus untuknya, kecuali atas izinnya. Jika engkau membeli buah, hadiahkanlah sebagian untuknya. Jika tidak melakukannya, maka simpanlah buah itu secara sembunyi-sembunyi. Janganlah anakmu membawa buah itu agar anaknya menjadi marah. Janganlah engkau menyakitinya dengan suara wajanmu kecuali engkau menciduk sebagian isi wajan itu untuknya. Apakah kalian tahu hak tetangga? Demi Dzat yang menggenggam jiwaku, tidaklah hak tetangga sampai kecuali sedikit dari orang yang dirahmati Allah,” (H.R. At-Thabarani)

Terakhir, ada sebuah kisah menarik dari Nabi Saw, dalam memuliakan tetangga. Pada suatu hari, Sayyidah Aisyah r.a menghidangkan makanan kesukaan Rasulullah yaitu paha domba. Rasulullah bertanya, ”Wahai Aisyah, apakah sudah engkau berikan kepada Abu Hurairah tetangga kita?”

Siti Aisyah menjawab, “Sudah, Ya Rasulullah.”

Kemudian Rasulullah bertanya lagi, “Bagaimana dengan Ummu Ayman?”

Siti Aisyah kembali menjawab, “Sudah, Ya Rasulallah.”

Kemudian Rasulullah bertanya lagi tentang tetangga-tetangganya yang lain, apakah sudah diberi masakan tersebut, sampai Siti Aisyah merasa penat menjawab pertanyaan-pertanyaan Rasulullah.

Siti Aisyah pun kemudian menjawab, “Sudah habis saya berikan, Ya Rasulullah, yang tinggal hanya apa yang ada di depan kita saat ini.”

Rasulullah tersenyum dan dengan lembut menjawab, “Engkau salah Aisyah, yang habis adalah apa yang kita makan ini dan yang kekal adalah apa yang kita sedekahkan.” (H.R. At-Tirmidzi)

Wallahua’lam


Ditulis oleh Faizal Amin, mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari