Sumber gambar: muslim.or.id

Oleh: Fathur Rohman*

Bersyukur dalam bahasa Indonesia sering diartikan berterimakasih, namun lain halnya bila dipahami dalam bahasa Arab. Kata bersyukur dalam bahasa Arab berasal dari kata شكر, yang bisa bermakna “bertambah” sebagaimana ucapan orang Arab yang berbunyi اشتكرت السماء yang artinya adalah hujan turun semakin deras.

Demikian juga Al Quran menyebutkannya:

لئن شكرتم لأزيدنكم ولئن كفرتم إن عذابي لشديد

Artinya: Sungguh jika engkau bersyukur, maka sungguh aku akan menambah (nikmatku) padamu, dan sungguh jika engkau kufur, maka sungguh adzabku sagat pedih. (QS. Ibrahim:7)

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Pada ayat di atas lafadh syukur diiringi dengan lafadh yang artinya bertambah ( لأزيدنكم). Hal ini menandakan bahwa Al Quran pun juga memaknai syukur dengan pengertian “bertambah”. Sehingga dari sini pengertian syukur menurut bahasa adalah “bertambah”.

Sedangkan menurut istilah adalah mencurahkan segenap kemampuan diri untuk senantiasa menjalankan ketaatan kepada Allah SWT. dengan cara menjalankan perintahnya, menjauhi larangannya dan meninggalkan maksiat. Pengertian secara istilah ini berdasarkan rumus bersyukur menggunakan metode tiga titik syin.

Bersyukur dengan metode tiga titik syin maksudnya adalah menyukuri nikmat Allah yang dianungerahkan kepada kita dengan memahami tiga titik yang ada pada huruf syin yang merupakan huruf pertama dalam lafadh syukur dalam bahasa Arab.

Kita meyakini bahwa tidak ada yang Allah ciptakan itu sia-sia, termasuk keberadaan tiga titik yang ada pada huruf syin (ش) pada lafadh syukur dalam bahasa Arab yaitu شكر.

Adapun diantara makna tiga titik syin sebagai pedoman untuk menjalankan syukur yang benar adalah sebagai berikut:

Titik syin yang petama adalah hati (قلب), maksudnya setiap orang yang mendapatkan kenikmatan dari mana saja, apakah ia diberi oleh seseorang atau karena usahanya sediri, maka dalam hatinya ia harus meyakini bahwa apa yang ia dapat itu semuanya berasal dari Allah dan orang yang memberi atau dirinya sendiri hanyalah sebagai wasilah atau jalan yang Allah pilih untuk menyampaikan nikmat-Nya pada dirinya. Ketika orang menjalankan titik syin yang pertama ini, maka ia telah meningkatkan nilai keimanannya bahwa semua kenikmatan itu anugerah dari Allah Swt, sehingga ia tidak sombong dan semena-mena menggunakan kenikmatan tersebut.

Ini artinya bukan dilarang berterimakasih kepada manusia yang memberinya atau menjadi wasilah sampainya nikmat Allah padanya, karena berterimakasih kepada manusia itu dianjurkan juga sebagaimana sabda nabi:

من لم يشكر الناس لايشكر الله

Artinya: siapa yang tidak berterimakasih pada manusia, maka ia tidak berterimakasih pada Allah.

Titik syin yang kedua adalah lisan ( لسان ). Maksudnya adalah setelah bersyukur dalam hatinya dengan meyakini segala kenikmatan berasal dari Allah SWT. dilanjutkan dengan beryukur menggunakan mulutnya dengan cara memuji Allah SWT. Seperti mengucapkan alhamdulillah atas segala nikmat yang Allah berikan, atau yang lainnya, serta menceritakan kenikmatan tersebut, sebagaimana firman Allah:

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ ﴿١١

“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.” (Q.S.93:11)

Anjuran menceritakan nikmat ini, bukan kepada orang-orang yang hasut, melainkan kepada orang-orang yang sholih. Karena bila diceritakan kepada orang-orang yang hasut, kita akan dituduh pamer atau riya’, serta menyombongi mereka, tetapi bila diceritakan kepada orang-orang yang sholih, mereka akan membantu kita menyadari bahwa nikmat yang kita dapatkan itu sebenarnya adalah pemberian dan titipan Allah SWT sehingga kita lebih hati-hati dalam menyukurinya.

Titik syin yang ketiga adalah anggota badan (جوارح), maksudnya adalah menyukuri dengan tindakan atau menggunakan semua anggota badan yang kita miliki. Syukur dalam hal ini adalah menggunakan nikmat Allah SWT yang dianugrahkan kepada kita bukan untuk hal hal yang Allah benci, haramkan, atau jalan maksiat kepada Allah SWT. Sebagai contoh ketika kita mendapatkan nikmat dari Allah SWT. berupa sepeda motor baru, entah itu pemberian orang tua atau membeli sendiri, maka kita syukuri sepeda motor itu dengan menggunakannya di jalan Allah atau hal hal yang tidak dibenci oleh Allah seperti kita gunakan untuk pergi ke sekolah, mengaji, mengantar orang tua, dan lain lain. Bukan kita gunakan untuk hal-hal yang Allah benci atau larang seperti kita gunakan untuk pacaran, balapan liar yang di dalamnya ada unsur maisir, membonceng cewek yang bukan mahromnya atau sebaliknya, dan lain sebagainya.

Inilah cara menyukuri nikmat Allah dengan menggunakan rumus metode tiga titik syin yang dapat dijadikan pedoman untuk menyukuri semua nikmat Allah SWT.

Menyukuri nikmat Allah secara benar sangat penting, karena itu dapat melanggengkan nikmat tersebut agar senantiasa Allah curahkan kepada kita. Itulah kenapa para ulama menyebut bersyukur adalah qaidunniam (قيد النعم) yang artinya bersyukur adalah pengikat nikmat-nikmat Allah agar senantiasa Allah berikan kepada kita semua. Sebaliknya bila disyukuri dengan cara yang tidak benar bisa masuk kategori kufur dan ancaman kufur menurut ayat di atas adalah adzab.

Semoga Allah senantiasa menjadikan kita termasuk golongan orang-orang yang pandai menyukuri nikmat nikmat-Nya. Amin.


*Penulis adalah dosen Unhasy Tebuireng Jombang.