Sumber gambar: https://www.jagatngopi.com/mengapa-imam-al-ghazali-bersinar/

Oleh: KH. Fawaid Abdullah*

Al Ghazali dan Tasawwuf

Al Ghazali yang bernama lengkap Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Ibn Muhammad Al Ghazali Al Thusy, lahir pada masa ke-5 Hijriyah (450H). Beliau ini lebih dikenal sebagai seorang Ahli Tasawwuf. Bagi Al Ghazali, jalan Sufi adalah jalan akhir dari kehidupannya setelah beliau banyak belajar disiplin ilmu, seperti Filsafat, Ilmu Fiqh, Ilmu Hakekat, Ilmu Ma’rifat, Ilmu Kalam dll.

Begitu sangat apresiatifnya Imam Al Ghazali kepada Tasawwuf, karya-karya beliau di bidang Tasawwuf bertebaran banyak, dan yang banyak kita ketahui kitab seperti Ihya Ulumuddin adalah karya terbesar beliau dalam beberapa disiplin ilmu diramu dalam satu kitab Ihya Ulumuddin.

Jalan tasawwuf bagi Al Ghazali  adalah jalan kekuatan hati, sebagaimana yang dilakukan oleh Abi Thalib Al Makki Rahimahullah dan Al Harist Al Muhasibi. Ilmu Tasawwuf bagi Al Ghazali adalah sebaik-baiknya dan seagung-agungnya ilmu, jalan yang bersih menuju mujahadatun nafsi.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Jalan Sufi adalah jalan yang ditempuh menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala secara khusus, bagi Al Ghazali jalan ini adalah sebaik-baiknya jalan atau Thariqah menuju Allah, sebenar-benar dan sebaik-baiknya jalan. Akhlak para pelaku Sufi “tasawwuf” adalah sebersih-bersihnya akhlak.

Maka, syarat menuju jalan Sufi “tasawwuf” ini, seseorang itu harus secara totalitas bersih hatinya secara keseluruhan kepada apa saja selain Allah. Tenggelamnya hati secara totalitas dengan berdzikir kepada Allah, dan akhir dari jalan Sufi itu fana’ secara totalitas fillah, di dalam dan bersama Allah. [Lebih jelasnya, silakan dibuka dan dibaca kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al Ghazali, Juz 1].

Al Ghazali dan Ilmu Adab

Dalam Kitab Bidayah Al Hidayah karya Imam Al Ghazali dikatakan, bahwa: “Berapa banyak manusia itu yang merusak dirinya sendiri, menjual akhiratnya dengan urusan-urusan dunianya. Pada akhirnya, hanya berada dalam kerugian yang nyata, seperti halnya penjual pedang yang dipergunakan hanya untuk membegal  dan merampok.”

Ilmu adab bagi Al Ghazali  sebagai ilmu yang mengajarkan tentang segala sesuatu. Bahkan sebelum seseorang itu belajar ilmu lainnya, maka seharusnya terlebih dahulu belajar ilmu Adab. Bukti bahwa Imam Al Ghazali begitu sangat apresiatif terhadap urusan-urusan adabiyah dalam beragama, beliau menulis khusus tentang ini dalam karyanya, kitab Bidayah Al Hidayah ini. Secara singkat dalam bagian-bagian selanjutnya, saya akan coba tulis satu persatu tentang adab yang ditulis oleh Imam Al Ghazali ini.

Bahaya dari orang yang berilmu tetapi jauh dari hidayah Allah secara tegas disampaikan oleh Al Ghazali dengan Hadist dari Baginda Nabi SAW yang berbunyi:

“Man Izdada ‘ilman wa Lam Yazdad Hudan Lam Yazdad Minallahi iLLa Bu’dan“, Barangsiapa yang bertambah ilmunya, tapi tidak bertambah hidayahnya, maka tidak akan bertambah seseorang itu kecuali (hanya) semakin jauh dari Allah.

Korelasi dengan masalah adabnya di mana ?

Di sini lah urgensi ilmu adab itu, ilmu totokromo, ilmu tingkah laku “prilaku”, banyak orang yang berbondong-bondong mengejar ilmu, tetapi dia lupa dia mengesampingkan dan tidak mendahulukan ilmu sopan santun, ilmu adabiyah. Baik adab terhadap sesama manusianya, maupun adab dalam hubungannya dengan Allah “Hablun min Allah”.

Semakin pintar seseorang, semakin banyak ilmunya, semakin bejibun gelar dan titelnya, semakin hebat dan masyhur jabatannya; tetapi pada saat yang bersamaan dia tidak mengedepankan adabiyahnya, unggah-ungguhnya, kesantunannya, ketawadlu’annya maka sejatinya ia tidak semakin berharga di hadapan sesama manusianya, apalagi dihadapan Allah. Tentu akan semakin jauh lah ia dari hidayah Allah.


*Santri Tebuireng 1989-1999, Ketua Umum IKAPETE Jawa Timur 2006-2009, saat ini sebagai Pengasuh Pesantren Roudlotut Tholibin Kombangan Bangkalan Madura.


*Disarikan dari Kitab Ihya’ Ulumiddin dan Bidayah al Bidayah karya Imam Abu Hamid Muhammad al Ghazali.