Sumber foto: NU online

Oleh: Yayan Musthofa*

Salah satu tradisi bagus yang diajarkan oleh para kiai dan guru-guru pesantren adalah menghadiahkan doa kepada Kanjeng Rasul SAW, para ulama salafussaleh, orang yang mewakafkan lembaga pendidikan, dan khususnya pengarang kitab yang akan mereka ajarkan sebelum memulai mengkaji kitab tertentu itu. Alasannya simpel. Untuk meraih keberkahan ilmu, kata adratussyaikh KH. M. Hasyim Asyari.

Pasalnya, memang keberkahan ilmu atau ilmu yang bermanfaat itulah yang dicari. Ilmu yang mentransformasikan manusia untuk berproses menjadi lebih baik tidak hanya sekadar dalam wacana, melainkan juga dalam tindakan, keadaan spiritual, dan spirit memperujuangkan kebenarannya. Kalau tidak demikian, ilmu yang bersifat pengetahuan saja apabila semakin bertambah dan tidak mendapatkan keberkahan, malah akan menjauhkan pribadi yang bersangkutan dari Allah SWT.

Dalilnya sudah sering kita dengarkan. Man izdāda ‘ilman walam yazdad hudan lam yazdad minallāhi illā bu’dan. Barangsiapa yang bertambah ilmu tapi tidak bertambah hidayah, maka ia hanya semakin menjauh dari Allah. Saya sendiri tidak tahu, apakah memang menghadiahkan doa itu menjadi salah satu faktor pembeda antara murid para kiai dan selainnya. Tapi dalam Adabul ‘Ālim wal Muta’llim karya adratussyaikh menyebutkan bahwa menghadiahkan doa sebelum mulai mengajar adalah anjuran untuk menggapai keberkahan ilmu.

Ini seperti konsep dermawan. Apabila seseorang suka memberi, maka orang yang diberi secara perlahan akan senang pada si dermawan. Pemberian bukan hanya materiil belaka seperti kado buah-buahan, jam tangan, buku, bunga, dan seterusnya yang mempunyai bentuk fisik. Pemberian (sedekah) juga bisa berbentuk non-fisik seperti membaca tasbih, zikir, dan mendoakan orang lain secara diam-diam. Itu tips dari Nabi Muhammad saw kepada para sahabat yang miskin dan iri kepada para sahabat yang kaya dan mudah mengeluarkan sedekah.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Nah, sedekah yang memungkinkan untuk dilakukan setiap kali memulai belajar adalah menghadiahkan doa. Bahkan justru sedekah yang bersifat immaterial ini yang mempunyai potensi positif lebih besar ketimbang material. Karena selain mendekatkan dirinya sendiri kepada Allah, juga mendekatkan orang-orang yang didoakan kepadaNya, pun juga menjalankan perintah berdoa. Di sini ada proses take and give. Pengarang kitab memberikan ilmu yang dititipkan Allah kepada pengkajinya dan mendapatkan hadiah doa. Begitu juga para pengkaji kitab mendapatkan ilmu dari pengarang kitab dan memberikan hadiah doa kepadanya.

Proses take and give di sini yang menjadikan hubungan antara pengarang dan pengkaji kitab menjadi lebih akrab dalam dimensi relasi batiniah. Saling berbagi kasih atau rahmat. Tentunya rahmat Allah di sini menjadi lebih besar. Sehingga ilmu yang didapatkan bisa mentransformasikan pengkaji kitab menjadi lebih baik dari segi pengetahuan, tindakan, kondisi spiritual, maupun spirit perjuangannya. Bukan berhenti pada bertambahnya wacana dan memperlebar jarak hubungan dengan Sang Pencipta. Wallahu A’lam Bisshawāb!


*Penulis adalah alumni Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang