Buku “Kita yang Pernah” (Rara Zarary/Fikri Adera).
  • Judul Buku: Kita yang Pernah
  • Penulis: Rara Zarary & Fikri Adera
  • Penerbit: AE Publishing
  • Tebal: xii + 128 halaman.
  • ISBN: 9786237927563
  • Peresensi: Dimas Saputra*

“Derita yang datang padamu, ia utusan Tuhan. Sambutlah ia sebagai tamu kehormatan. Ia membawa hikmah untuk pertumbuhanmu.”

Kutipan Rumi ditujukan untuk pelipur lara bagi jiwa-jiwa yang rentan dengan segala kesusahan yang melanda. Kegetiran hidup bagi jiwa yang patah. Dan Semangat jiwa bagi seorang hamba yang bisa mensyukuri meskipun hanya dengan bersikap sabar dan pasrah.

Dalam perjalanan setiap manusia. Manusia selalu terikat dengan demensi waktu. Seorang arif pernah berkata, “seiring berjalannya waktu. Waktu mengajarkan banyak hal pada manusia.” Yah, waktulah yang membentuk segala karakter seorang manusia. Karakter itu terbentuk dengan bergumul dengan waktu. Waktu juga, yang sering kali berbicara tanpa kata, tapi mengandung penuh dengan makna.

Kita semua bersepakat. Setiap manusia memilki masa lalu yang berbeda-beda. Masa lalu itu boleh baik, boleh juga buruk. Masa lalu hanyalah satu dari sekian bagian hidup manusia. Banyak manusia yang memiliki masa lalu buruk, tapi mendapatkan masa depan yang lebih baik. Seperti ungkapan yang populer di telinga kita, “semua orang berhak punya masa depan yang lebih baik”.

Begitupula sebaliknya. Tak menjamin kebaikan di masa lalu seseroang menjadikan ia baik di masa yang akan datang. Semua tergantung seorang yang menjalani waktu. Waktu yang membetuk luka dan duka. Waktu yang membentuk kegembiraan dan kebahagiaan. Dan waktu juga yang membentuk karakter dan jati diri manusia.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Buku “Kita yang Pernah”, merangkum banyak peristiwa sekitar dalam kehidupan manusia. Kehidupan yang terbatas oleh waktu. Ia merangkum dengan rinci mengenai kehidupan yang paling sederhana, sampai kehidupan yang paling tak sederhana.

Buku ini menyadarkan kita, tentang makna kehidupan. Bagaimana cara mengihklaskan, bagaiaman cara tersenyum dengan penuh kerelaan, dan bagaiaman cara hidup dalam dunia yang sering kali tak berpihak pada kita.

“Ada satu hal dalam sebuah perjalanan yang begitu sulit untuk dilakukan, ialah merelakan. Seperti suatu hal yang telah disepakati sejak awal, namun pada akhirnya dipaksa untuk melepaskan dan merelakan.” (halaman. 111)

Dalam buku ini, kita akan terlempar oleh nostalgia. Masa-masa saling mencintai, walau pada akhirnya tak saling memilki. Masa dimana kita harus tetap kuat walau kadang hidup begitu kejam. Dan masa dimana kita harus mengikhlsakan segala kegagalan yang pernah kita lakukan.

“Kita yang Pernah” melewati banyak hal, tentang perjalanan, pemberhentian, pengharapan, dilalui dalam kehidupan. Semua persoalan hidup dijalani dengan penuh pembelajaran bukan penyesalan berkepanjagan dan keputusasaan. Hidup keras mengajari orang-orang lebih tegas, perjalanan terjal menjadikan pendaki sampai ketinggian.

*Mahasantri Mahad Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.