sumber ilustrasi: kompasiana.com

Oleh: Ma’muri Santoso*

Nahdlatul Ulama (NU) mendapatkan kesempatan kesekian kalinya untuk memberikan sumbangsih di forum Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Forum yang diprakarsai International Religious Freedom or Beliefe Alliance (Aliansi Internasional untuk Kemerdekaan Beragama dan Berkepercayaan) ini dinilai sangat strategis untuk membahas persoalan-persoalan yang muncul di belahan dunia, terlebih yang menyangkut masalah agama. Forum ini menjadi wadah untuk bertemu dan bermusyawarah diantara tokoh-tokoh agama Ibrahimiyah (Islam, Nasrani, dan Yahudi) di dunia.

NU melalui Katib Aam-nya KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) yang menjadi salah satu pembicara di forum tersebut diharapkan dapat turut memberikan kontribusi dengan menyuarakan Hak Asasi Manusia (HAM) maupun mengampanyekan penerapan konsep Islam rahmatan lil ‘alamin di tanah air ini seperti model pemahaman Islam yang moderat dan toleran sebagai sumbangsih dalam upaya mewujudkan perdamaian dunia.

Agama memang sering dianggap menjadi faktor pendorong munculnya konflik sosial. Padahal konflik yang sering terjadi sebenarnya tidak selalu murni disebabkan oleh faktor agama melainkan lebih disebabkan faktor-faktor lain di luar agama seperti persoalan politik, ekonomi, maupun sosial.

Agama dan kepercayaan merupakan masalah yang bersifat transenden karena menyangkut urusan keyakinan serta merupakan hal yang bersifat sensitif. Oleh karena itu siapapun mesti berhati-hati dan selalu mengutamakan sikap menghormati dan menghargai di tengah-tengah fakta kemajemukan warga bangsa di dunia.  

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dalam konteks ini NU selalu konsisten menawarkan ukhuwah basyariyah (persaudaraan atas dasar kemanusiaan) untuk menjadi pijakan dalam membangun persaudaraan dan perdamaian di dunia tanpa pernah membeda-bedakan seseorang berdasarkan agama, suku, etnis, keyakinan, budaya, dan sebagainya.

Secara historis, agama hadir justru untuk memanusiakan manusia, mengembalikan posisi manusia pada derajat yang mulia, membebaskan manusia dari kebodohan maupun perilaku-perilaku umat manusia yang negatif seperti menindas sesamanya. Dengan kata lain, setiap agama dengan para nabinya diutus untuk mengangkat derajat manusia dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri.

Dalam konteks kekinian, setiap pemeluk agama semestinya dapat selalu mengedepankan titik temu (kalimatun sawa) dalam agama untuk terus merajut perdamaian di muka bumi ini. Titik temu tersebut ialah unsur-unsur kesamaan bahwa setiap agama mengajarkan kasih sayang, tolong menolong, peduli terhadap sesama, perintah untuk selalu mengajak pada perdamaian serta menghindari setiap tindakan yang dapat merugikan bagi sesama.

Dengan terciptanya perdamaian antar umat beragama maka tugas-tugas besar kemanusiaan seperti upaya menciptakan peradaban yang maju dapat dengan mudah diwujudkan. Tugas-tugas besar kemanusiaan tersebut meliputi upaya mencapai kemajuan dalam ilmu pengetahuan, sains, teknologi, maupun bidang-bidang lainnya demi terwujudnya kemaslahatan umat manusia.

Nilai-nilai luhur setiap agama pada hakikatnya melarang konflik maupun sikap yang mengarah pada perpecahan. Konflik yang berkepanjangan, apalagi mengarah pada peperangan sebenarnya sangat merugikan umat manusia. Konflik hanya akan menyisakan kesengsaraan, terhambatnya peran mulia kekhalifahan manusia untuk memakmurkan bumi serta terhentinya upaya manusia dalam memajukan peradaban di muka bumi ini.

Musuh bersama umat beragama akhir-akhir ini ialah pandemi Covid-19, kemiskinan, ketidakadilan, korupsi, terorisme, maupun cara-cara beragama yang tidak ramah terhadap kemanusiaan. Persoalan Covid-19 telah menjadi perhatian serius bagi bangsa-bangsa di dunia. Hampir semua negara masih berjibaku melawan penyebaran Covid-19. Solidaritas sesama anak bangsa mutlak diperlukan untuk kemudian dapat memunculkan solidaritas secara global. Solidaritas global dirasa penting guna mendorong warga bangsa di dunia dapat keluar dari persoalan pandemi secara bersama-sama.            

Setiap pemeluk agama dapat ambil bagian dalam rangka menghadirkan peran nilai-nilai luhur agama sebagai solusi dalam menjawab setiap persoalan yang dihadapi umat manusia, lebih-lebih dalam konteks hidup berbangsa dan bernegara. Saatnya setiap pemeluk agama hadir dengan nuansa pemahaman keagamaan yang ramah dan mencintai nilai-nilai luhur kemanusiaan sebagai sumbangsih dalam upaya  mewujudkan perdamaian dunia.

*Ma’muri Santoso, Dai Instruktur Nasional Jatman PBNU, alumnus PP. Al Aqobah dan PP. Tebuireng Jombang.