Sumber: bombastis.com

Oleh : Ust. Mustaqim Askan

اَلْحَمْدُ لِلهِ . نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ، وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، لَاحَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ لَامَثِيْلَ لَهُ وَلَاضِدَّ وَلَانِدَّ لَهُ، وَ اَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا وَقُرَّةَ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُهُ،  فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْ بِنَفْسِيْ أَوَّلًا ثُمَّ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَي اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ،  أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ،  وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ

Sidang Jumah yang Berbahagia

Mari kita senantiasa meningkatkan takwa, dan senantiasa pula muhasabah terhadap diri kita masing-masing. Agar kita bisa mengetahui sejauh mana kebaikan yang kita lakukan dan perbuatan apa yang kiranya perlu kita sempurnakan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Hadirin Sidang Jumah yang Berbahagia

Dulu, di Jepang ada tradisi yang aneh; yaitu membuang orang tua ke hutan. Mereka yang dibuang adalah orang tua yang tidak berdaya sehingga bisa memberatkan anak cucunya. Pada suatu hari ada seorang pemuda yang berniat membuang ibunya ke hutan. Karena si ibu sudah tua, lumpuh, dan agak pikun pikirannya. Pemuda itu nampak bergegas menyusuri hutan sambil menggendong ibunya.

Namun si ibu merasa dirinya akan dibuang, yang tadinya nampak tidak berdaya, akhirnya si ibu tetap berusaha menggapai setiap ranting pohon yang bisa digapainya. Lalu mematahkan ranting itu, dan ditaburkan pada sepanjang jalan yang mereka lalui.

Sesampai di hutan yang begitu lebat, pemuda itu kemudia menurunkan ibunya. Sambil menyampaikan kata-kata perpisahan serta berusaha menahan sedih. Karena dia (pemuda itu) tidak menyangka ‘mengapa dia tega melakukan perbuatan ini terhadap ibu kandungnya sendiri’. Justru, si ibu yang tadi tampak lemah, sekarang menjadi tegar.

Bahkan dalam senyum si ibu, beliau berkata; “Hai anakku, sebetulnya ibu sangat menyayangimu, nak. Sejak kamu kecil sampai dewasa. Ibu merawatmu dengan segenap cinta kasihku bahkan sampai hari ini, rasa sayangku tidak berkurang sedikit pun. Tadi, nak, ibu sudah memberi tanda pada sepanjang jalan yang kita lalui bersama, dengan ranting-ranting pohon. Karena ibu takut jika perjalanan pulangmu nanti akan tersesat. Maka ikutilah tanda itu agar kamu selamat sampai di rumah nanti.”

Hadirin Sekalian yang Berbahagia

Setelah mendengar kata-kata tersebut, maka pemuda tersebut menangis dengan sangat keras. Menangis dengan histeris. Kemudian langsung menggendong ibunya lagi untuk membawanya pulang ke rumah. Pemuda itu akhirnya sadar dan merawat sang ibu dengan penuh cinta kasih hingga akhir hayatnya.

Orang tua bukan barang rongsokan yang bisa dibuang dan diabaikan begitu saja, setelah kelihatan tidak berdaya. Karena pada saat engkau sukses, atau dalam keadaan susah, hanya orang tua lah yang mengerti kita. Dan batin orang tua akan merasa menderita jika kita mengalami kesusahan. Orang tua kita tidak pernah meninggalkan kita, bagaimana pun keadaan kita. Sekali pun kita pernah menyakiti kepada mereka, namun bapak ibu tetap mengasihi dan menyayangi kepada kita semua.

Hadirin Sekalian yang Berbahagia

Mari kita renungkan, apa yang telah kita perbuat untuk orang tua, pasti tidak akan sebanding dengan pengorbanan ayah dan ibu kita.

Hadirin Sidang Jumah yang Berbahagia

Dulu ada seorang pengusaha sukses, lalu ditanya tentang rahasia kesuksesannya. Maka pengusaha itu menjawab singkat, intinya; “Jadikan orang tuamu sebagai raja, maka rezekimu akan seperti raja”. Ternyata pengusaha itu memang senantiasa menghormati, memuliakan, dan memprioritaskan kepada orang tuanya. Selanjutnya dikatakan, “Jangan perlakukan orang tuamu bagaikan pembantu. Seperti halnya, orang tua diminta untuk merawat anak kita. Sementara kita sibuk bekerja. Jika ini yang terjadi, maka rezeki orang itu adalah rezeki pembantu. Karena ia memperlakukan orang tuanya seperti pembantu”. Walaupun suami kerja, istri kerja, rezekinya tetap kurang. Bahkan setiap bulan mengalami kekurangan.

Hadirin Sekalian yang Berbahagia

Menurut sebuah lembaga survei, yang mengambil sampel 700 keluarga di Jepang. Membuktikan, bahwa anak-anak yang sukses adalah mereka yang memperlakukan dan melayani orang tuanya sebagaimana melayani kaisar. Sedangkan anak-anak yang sengsara hidupnya, adalah mereka yang sibuk dengan urusan dunia dan kurang bahkan tidak memperdulikan urusan orang tuanya.

Mari kita terus berusaha agar bisa memperlakukan orang tua seperti raja atau kaisar. Buktikan dan jangan hanya di angan-angan.

Maka beruntunglah bagi kita yang masih memiliki orang tua. Belum terlambat untuk berbakti kepadanya. Kalau uang masih bisa dicari, pengalaman mungkin masih bisa dicari, tapi kesempatan untuk mengasihi dan berbakti kepada orang tua tidak akan terulang kembali. Maka kerjakanlah yang terbaik dan jadilah orang yang terbaik pula. Semoga bermanfaat.

إِنَّ أَحْسَنَ الْكَلَامِ  كَلَامُ اللهِ الْمَلِكُ العلام وَبِالْقَوْلِ يَهْتَدُ الْمُرْتَضُوْنَ . مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسآءَ فَعَلَيْهَا وَمَارَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيْدِ .أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ