
Aku Ingatkan Kembali
; dalam sebuah surat pengakuan “Kau tak seramah puisi”
Barangkali kau sudah lupa
Tentang tulisanmu pada puisi – puisi yang masih pagi dan baru kita mulai
Katamu, aku adalah bagian dari diksi atas puisi yang kau ciptakan di degub sunyi
; Seperti pertama kali aku mengenalmu
Pada puisi-puisimu yang mengilhami dan membuatku merasa lebih berarti
Dan aku, diksi, bait, juga puisi tak akan pernah hilang, lekang
Hingga puisiku juga mampu menyeberang, menyelam seperti engkau dan puisi yang hidup jutaan zaman
; dalam sebuah jawaban di atas kertas, kala itu
Barangkali kau sudah lupa
Aku hanya mengingatkanmu kembali
Melodrama Pecinta
Biarlah berilalang jiwa-raga tanpa puisi
Kau aku simpan dahulu
Menjadi penyemat paling maha jika tangisku meleleh lagi karena rindu
Sebab kau,
Satu-satunya obat pelepas sendu
Pertemuan
Semisal hujan yang datang pada kemarau panjang
Rindu menjadi paling maha untuk sebuah perjumpaan
Tak hanya pelukan,
Tatapan sepanjang waktu adalah ritual paling mustajab sebagai jawaban
Sesekali kau dan aku akan tertawa, menikmati kegelian rindu yang mengusik dada
Sebab katamu, rindu akan semakin berburu bahkan saat empat mata kita bertemu
*Penulis, Rara Zarary.