Seminar entrepreneurship yang digelar di Unhasy berjalan lancar dan sukses, pada Ahad (30/7).

Tebuireng.online Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah dan H.M. Mas’ud Adnan, CEO Harian Bangsa hadiri seminar nasional entrepreneurship dan bedah buku “Kiai Miliarder Tapi Dermawan”. Acara yang diselenggarakan oleh BEM Unhasy ini berlangsung pada Ahad (30/7/2023) di aula gedung A Unhasy, Jombang.

H.M. Mas’ud Adnan, penulis buku berjudul “Kiai Miliader Tapi Dermawan,” itu menyampaikan bahwa Kiai Asep merupakan sosok yang luar biasa, beliau tidak terbiasa mengkonsumsi makanan pasar yang tidak jelas suci najisnya.

“Pernah suatu hari saya menemani beliau ke suatu restoran dan ternyata restoran tersebut milik orang Cina, setelah beliau mengetahui kalau restoran itu milik orang Cina, beliau memilih keluar dari restoran tersebut  sebab menurut beliau untuk kesucian dan kehalalan makanan di restoran itu  tidak diketahui secara jelas,” ceritanya.

Terlepas dari hal itu, beliau juga menyampaikan bahwa sosok Kiai Asep sewaktu remaja pernah mengalami patah hati yang cukup lama, yang mana beliau pernah meminang tiga gadis dan semuanya mengembalikan lamarannya.

“Orang tua tiga gadis itu menolak karena tak ingin anaknya menikah dengan lelaki miskin. Padahal Kiai Asep putra kiai besar dan pendiri NU tapi beliau menyembunyikan indentitasnya,” lanjut H.M. Mas’ud.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dari hal itu beliau menyatakan bahwa menjadi orang yang miskin itu menyakitkan. Sehingga dari pengalaman pahit tersebut membuat Kiai Asep mendapatkan banyak hikmah umtuk menjadi sosok yang mapan. Yang awalnya untuk memiliki tanah 2 hektar masih harus mengangsur selama dua tahun. Tapi  sekarang beliau punya tanah sekitar 100 hektar serta  menjadi sosok Kiai Miliader yang setiap bulannya mendapatkan penghasilan enam miliar dan menjadi guru besar di UINSA.

“Tak hanya itu beliau juga tidak mau menerima bantuan termasuk dari pemerintah. Pak Jokowi dan Bu Khofifah pernah menawari saya bantuan untuk pondok saya, tapi saya secara halus menolak. Dan saya jawab, terima kasih. Saya lebih baik mandiri Pak Presiden,” begitu ceritanya.

Pada kesempatan itu, turut hadir Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz yang juga berkesempatan mengisi seminar membahas tentang enterpreneurship.

Menurut Gus Kikin, enterpreneur maupun wirausaha sebenarnaya hampir sama. Perbedaannya entrepreneur itu dari Perancis yang kemudian diartikan orang yang berenovasi, sebelumnya sesuatu tidak ada yang kemudian menjadi ada dan dikelola akhirnya menjadi sebuah value menghasilkan  keuntungan. Sedangkan wirausaha sudah ada dan dikelola menjadi sebuah keuntungan, akan tetapi karena intrepreneur terdapat kata inovasi jadi lebih di atas. Dan hal itu harus kita pelajari bukan karena kita tinggalnya di pesantren bisanya hanya mengaji saja.

Pewarta: Adawiyah