Mahasantri Mahad Aly Hasyim Asy’ari foto bersama usai acara Yudisium di Masjid Pondok Putra Pesantren Tebuireng, Ahad (10/9/2023). (foto: ist)

Tebuireng.online– Sebanyak 63 mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng mengikuti Yudisium. Yudisium diselenggarakan di Masjid Pondok Putra Pesantren Tebuireng. Masjid dipilih sebagai tempat Yudisium karena dianggap lebih sakral. Masjid juga dipilih sebagai bentuk tabarukkan dengan tempat Kiai Hasyim mengajar Shahih Bukhari dan Shahih Muslim setiap Bulan Ramadhan. Di Masjid Tebuireng juga, Kiai Hasyim dan para penerusnya memberikan sanad hadis.

Yudisium Ma’had Aly kali ini berisi pemberian ijazah sanad hadis kutub sittah (Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Tirmidzi, Sunan Nasa’i, dan Sunan Ibnu Majah) oleh KH. Drs. Muthohharun Afif dengan sanad yang melalui Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari.

Yudisium dan wisuda ini juga spesial karena tahun ini merupakan tahun pertama kebijakan baru persyaratan yudisium dan wisuda MAHA. Yakni, mahasantri yang dapat mengikuti keduanya hanya mahasantri yang telah menyelesaikan hafalan 6 juz, Hafalan 240 hadis, mengumpulkan hardcover skripsi, mengunggahnya ke repository, dan mengumpulkan artikel jurnal.

Sejumlah 13 dari 63 mahasantri angkatan yudisium ke-9 mendapat predikat mumtaz/cumlaude. 12 darinya itu perempuan, dan hanya seorang laki-laki. KH. Abdul Hakim Mahfudz yang turut menjadi tamu undangan menyampaikan beberapa pesan.

“Dalam satu kisah, Bu Nyai Khairiyah tinggal di Makkah selama 18 tahun. Dan di sana beliau izin mendirikan madrasah putri. Dengan perjuangan, perdebatan terhadap pemerintah, akhirnya berdirilah madrasah putri pertama di Saudi Arabia. Memang secara kedalaman keilmuan, putri-putri Kiai Hasyim lah yang menonjol,” cerita beliau di depan mahasantri.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Saya kira, lanjut Gus Kikin, Yudisium ini sangat istimewa karena diadakan di masjid. Sebab di sini lah dulu tempat majelis-majelis keilmuan. Jangan lupa bahwa setelah wisuda nanti ada pengabdian. Pengabdian tersebut tidak terbatas oleh kelembagaan. Karena masa pengabdian yang paling lama adalah di masyarakat. Di situlah pengabdian yang sebenarnya.

Kemudian, beliau juga menegaskan bahwa kecerdasan mungkin bisa digantikan oleh AI, tetapi pengalaman ilmu yang berbentuk adab, sikap, itu hanya bisa dilakukan oleh pesantren. Beliau berharap Ma’had Aly menjadi center of exellent (pusat kajian) keislaman. Pesantren Tebuireng juga sudah meminta beberapa jajaran pemerintah agar terus mendorong Ma’had Aly sebagai pusat kajian keislaman.

“Saya mengingatkan bahwa hanya ilmu-ilmu keislaman yang dapat menyelamatkan umat manusia. Para sarjana barat juga sudah mulai pesimis agama-agama non-Islam mampu berkembang di kehidupan masa depan. Mereka mengakui Islam mampu menjadi pencerah umat. Sehingga harapannya kepada semua wisudawan agar tetap menjaga persatuan, secara kelembagaan kita menyediakan IKAPETE. Dan yang paling penting persatuan kita sebagai umat Islam,” pungkas Gus Kikin.

Pewarta: Yuniar Indra