Oleh: Luluatul Mabruroh*
Sebagai manusia, dalam kehidupan sehari-hari tidak akan pernah terluput dari salah dan dosa. Lebih-lebih godaan dan lalu lintas kebaikan dan keburukan kadang kala sangat tipis sehingga manusia tidak dapat menyadari mana yang benar dan mana yang salah.
Dalam buku Dr. ‘Aidh Al-Qarni yang berjudul “Kepada Mereka Yang Melampaui Batas” menyebutkan beberapa hal yang dapat membantu untuk mengembalikan seorang hamba kepada jalan yang diridhai Tuhannya.
Merasa Terasing dan Pendek Angan-angan
Salah satu penyebab yang dapat membantu untuk menjaga dan mencegah diri dari kembali berbuat maksiat adalah merasa terasing dengan mengingat bahwa semua manusia akan pergi meninggalkan dunia ini.
Allah SWT berfirman :
أولم نعمركم ما يتذكر فيه من تذكر وجاءكم النذيرز الآية
Artinya: dan apakah kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berpikir dan (apakah tidak datang kepada kamu pemberi peringatan?) (QS. Fathir 35: 37).
Merasa terasing dan pendek angan-angan merupakan peringatan kepada seorang hamba bahwa waktu yang dimilikinya di dunia sangat sedikit dan tidaklah banyak, jika tidak bersegera untuk bertaubat, maka akan meninggalkan momentum terbaik saat nyawa masih ada untuk kembali kepada Tuhannya.
Mengingat Kematian dan Sekaratnya
Allah SWT telah berfirman kepada Nabi Muhammad SAW :
إنك ميت وإنهم ميتونز
“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)”. (QS. Az-Zumar 39 : 30).
Sesungguhnya Rasulullah sendiri pernah mengalami sakratul maut, sehingga membasahi lap yang digunakannya untuk mengompres kepalanya seraya bersabda: “Tiada Tuhan yang berhak disembah, selain Allah. Sesungguhnya kematian itu mempunyai sekarat. Ya Allah tolonglah aku dalam menghadapi sakaratul maut ini.”
Allah Berfirman: “Sesungguhnya kematian yang kalian lari darinya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kalian, kemudian kalian akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata” (QS. Al-Jumu’ah 62 : 8)
Memprediksikan Turunnya Hukuman Allah
Lahirnya kesadaran bahwa setiap kemaksiatan akan memiliki balasan. Hukuman yang akan diberikan oleh Allah setara dengan tingkat kemaksiatan yang dilakukan oleh seorang hamba.
Seseorangakan berpikir dua kali untuk berbuat maksiat manakala kesadaran akan Allah yang akan ditimpakan kepadanya usai ia melakukan kemaksiatan sebagaimana firman Allah SWT:
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram. Rizkinya datang kepadanya dengan berlimpah ruah dari segenap tempat, tetapi penduduknya mengingkari nikmat-nikmat Allah. Oleh karena itu Allah menimpakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan apa yang selalu mereka perbuat” (QS. An-Nahl 16 : 112).
Mengingat Nikmat-nikmat Allah dan Tanda-tanda Kekuasaan Allah
Seorang penulis berkata “Jika nikmat Allah hanyalah apa yang sanggup kita syukuri, niscaya banyak nikmat yang tiada lagi bisa kita nikmati.” Jelas saja, dari pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa nikmat Allah tak terhitung jumlahnya yang berupa kenikmatan iman, islam, kesehatan, nafas dan kebahagiaan.
Dengan demikian hati nurani seorang hamba akan terketuk untuk memberikan rasa terimakasih dengan meninggalkan perkara yang dibenci dan tidak disukai oleh sang Pemberi nikmat. Mendengar kisah orang-orang yang bertaubat Kisah hamba-hamba yang bertaubat tentu saja akan menggugah seorang hamba dan menginspirasi banyak orang untuk mengambil langkah yang sama sepertinya.
Diceritakan bahwa seorang wanita telah melakukan zina dan bertaubat. Ia datang kepada Rasulullah SAW lalu beliau merajamnya. Maka lelaki dari kalangan sahabat memberikan komentarnya: “Seandainya saja dia menyembunyikan perbuatannya.”
Setelah mendengarnya kemudian Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya dia telah bertaubat, yang seandainya taubatnya itu dibagi-bagikan kepada 70 orang di antara penduduk Madinah, tentulah dapat memuat mereka semua. Adakah engkau menemukan sesuatu baginya yang lebih utama daripada mengorbankan dirinya kepada Allah” (HR. Muslim)
Mengenal Keluasan Rahmat Allah
Allah SWT telah berfirman :
ورحمتي وسعت كل شئ
“Dan rahmat ku meliputi segala sesuatu” (QS. Al-A’raf 7: 156)
Seorang lelaki berasal dari Bani tamim shalat bersama Rasulullah SAW. seusai membaca tahiyyat di penghujungnya dia mengucapkan doa berikut: “Ya Allah rahmatilah aku dan Muhammad. Janganlah Engkau rahmati seorangpun bersama kami.” Setelah salam, rasulullah bertanya: “Siapakah tadi yang mengatkan ini dan ini?” lelaki tersebut menjawab : “saya wahai Rasulullah, dan saya tidak bermaksud kecuali hanya kebaikan belaka.” Rasulullah dalam tegurannya besabda: ”Sesungguhnya engkau telah membatasi yang luas. Sesungguhnya rahmat Allah itu memuat segala sesuatu” (HR. Bukhari No. 5873)
#Disarikan dari kitab “Kepada Mereka Yang Melampaui batas” karya DR. Aidh bin ‘Abdullah al-Qarni.
*Santri Pondok Pesantren Putri Walisongo Cukir Jombang.