Tebuireng.online— Polemik hilangnya nama KH. M. Hasyim Asy’ari dalam Kamus Sejarah Indonesia beberapa waktu lalu menyedot perhatian publik. Tebuireng secara langsung membuat pernyataan resmi, yang isinya meminta Kementerian Kebudayaan, Pendidikan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) melakukan perbaikan dan pembenaran atas kesalahan itu. Menjawab permintaan itu, Dirjen Kebudayaan Kemdikbudristek, Hilmar Farid datang ke Pesantren Tebuireng untuk mendiskusikan isu-isu tersebut.
Hilmar menyatakan permemintaan maaf atas kejadian tersebut dan berjanji akan melakukan perbaikan dan pembenaran atas kekurangan itu. Namun, ia menegaskan bahwa memang draf yang beradar tersebut memang masih belum selesai dan belum siap edar ke publik, sehingga banyak tokoh-tokoh selain KH. M. Hasyim Asy’ari yang juga belum dicantumkan di dalamnya.
“Kami meminta maaf atas khilaf masa lalu. Kebetulan dalam momen lebaran. Kami akan melakukan perbaikan atas kesalahan tersebut. Kami sekalian mengklarifikasi bahwa kami tidak ada maksud secara sengaja menghilangkan tokoh-tokoh sejarah, terutama Mbah Hasyim,” ungkap satu-satunya Dirjen dari kalangan non-pegawai kementerian itu di Dalem Kasepuhan Pesantren Tebuireng pada Selasa (25/05/2020).
Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin, menyambut baik kedatangan Hilmar dan stafnya ke pesantren yang didirikan oleh KH. M. Hasyim Asy’ari itu. Gus Kikin menegaskan bahwa KH. M. Hasyim Asy’ari bukan hanya sosok pendiri NU dan Tebuireng, tapi jauh lagi merupakan tokoh pemersatu umat Islam dan memiliki pengaruh yang besar untuk masa depan Indonesia. Maka ketika nama besar Kiai Hasyim tidak tercantum dalam kamus tersebut, menurut Gus Kikin, wajar jika banyak yang melontarkan respon.
Gus Kikin merasa senang dengan hadirnya Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid ke Pesantren Tebuireng, karena memang ada beberapa isu penting yang ingin dibahas, khususnya berkaitan dengan Museum Islam Indonesia Hasyim Asy’ari. “Saya sedang memikirkan museum, kemudian ada isu seperti ini (kamus sejarah), saya merasa ada satu kebetulan yang menjadikan alhamdulillah Pak Dirjen bisa datang ke Tebuireng,” terang Gus Kikin.
Respon juga disampaikan oleh Dewan Kehormatan NU Circle, Nyai Lili Chadidjah Wahid, terhadap polemik Kamus sejarah tersebut. Adik Gus Sholah tersebut menjelaskan alasan respon NU Circle terhadap kasus tersebut, karena merasa bahwa generasi bangsa ini semakin jauh dari sejarah. “Anak SD sekarang ini sudah tidak paham soal sejarah,” tegas mantan anggota DPR RI 2009-2014 itu.
Untuk itu, ia merasa perlu mengoreksi kamus tersebut sebagai bentuk menjaga sejarah Indonesia agar tidak menjauh dari cita-cita pendiri bangsa. Baginya sejarah merupakan pintu masuk membenahi kondisi sejarah Indonesia. Ia menganggap, membuat kamus saja tidak cukup, tapi juga PR besarnya dapat memperkenalkannya kepada generasi penerus bangsa.
Selain membahas soal penyempurnaan Kamus Sejarah Indonesia yang sempat menjadi polemik yang viral, kedatangan Hilmar Farid dan stafnya juga dalam rangka membahas kelanjutan dari Museum Islam Indonesia Hasyim Asy’ari di Kawasan Parkiran Makam Gus Dur. Setelah berdiskusi di Dalem Kasepuhan, ia dan rombongan meninjau gedung museum tersebut untuk mengetahui sejauh mana kondisinya dan apa yang harus dilakukan ke depan untuk mengembangkannya.
Pewarta: Abror