Tebuireng.online—Selain membahas soal Kamus Sejarah Indonesia, Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek), Himar Farid juga membahas soal kelanjutan pengembangan Museum Islam Indonesia Hasyim Asy’ari (MINHA). Hilmar berjanji akan melakukan langkah konkrit bersama dengan Pemkab Jombang dan Pesantren Tebuireng untuk mengembangkan museum yang strategis tersebut.
“(Museum) diselesaikan saya kira harus tahun ini. Dalam penyajiannya bisa melibatkan profesional, selain nanti ada dari pihak pondok yang akan terlibat,” terangnya dengan tegas di hadapan beberapa Keluarga Besar KH. M. Hasyim Asy’ari di Dalem Kasepuhan Tebuireng pada Selasa (25/05/2020).
Hilmar yang didampingi beberapa jajaran direksinya, merasa perlu untuk membantu Tebuireng dan Pemkab Jombang dalam mengembangkan museum. Ia nanti akan melakukan beberapa langkah konkrit, antara lain, mengadakan pelatihan untuk utusan Tebuireng yang akan dijadikan petugas museum dan meminta Badan Layanan Umum (BLU) Museum Nasional untuk membantu mengelola museum selama 2-3 tahun ke depan, sebelum nanti akan dilepas menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Jombang.
Menjawab hal tersebut, Bupati Jombang, Mundjidah Wahab merasa sangat senang, karena menunggu momen untuk mendiskusikan langkah konkrit penyelesaian MINHA. Ia mengaku Pemkab Jombang tidak mampu melakukan pengelolaan secara mandiri tanpa kehadiran pusat, mengingat biaya perawatan, pengembangan, dan operasionalnya yang cukup besar. “Inilah yang kami harapkan, mendiskusikan langkah teknis, bukan hanya tukar menukar ide, seperti yang telah berjalan,” tegas putri KH. Wahab Chasbullah itu.
Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin juga berharap museum dapat segera diselesaikan. Cicit KH. M. Hasyim Asy’ari itu selama ini merasa khawatir jika tidak segera diselesaikan dan dibuka, akan mengakibatkan bangunan rusak. Museum ini, juga ketika sudah diisi dengan lebih lengkap, akan sangat besar manfaatnya untuk mengedukasi masyarakat tentang sejarah Islam Indonesia.
“Bangsa harus melihat sejarah, maka perlu bagaimana nanti museum itu mengembangkannya. Mari kita diskusikan. Kalau kata Bung Karno, Jasmerah (Jangan sekali-kali lupakan sejarah),” jelas Gus Kikin.
Penanggung Jawab MINHA dari Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Halim Mahfudz atau Gus Iim menegaskan perlunya segera menentukan langkah-langkah konkrit menyelesaikan MINHA. “Kalau bisa dalam waktu lima bulan ke depan bisa melakukan beberapa langkah kongkrit, membangun SDM, perbaikan fisik. Loket tiket belum ada, toko sovenir juga belum ada. Lalu juga harus menyerap aspirasi publik,” jelasnya.
Usulan Gus Iim tersebut disambut baik oleh Hilmar Farid. Pihaknya bersama Tebuireng dan Pemkab Jombang akan melakukan langkah-langkah konkrit selama lima bulan ke depan. “Harapannya nanti momen 10 November Hari Pahlawan, bisa terselesaikan dan dibuka kembali,” jelasnya. Selama lima bulan itu juga, beberapa utusan Tebuireng dan Pemkab Jombang juga akan mendapatkan pelatihan dari Museum Nasional tentang materi pengelolaan museum.
Setelah berdiskusi di Dalem Kasepuhan, ia dan rombongan meninjau gedung museum tersebut untuk mengetahui sejauh mana kondisinya dan apa yang harus dilakukan ke depan untuk mengembangkannya. Gedung yang berlantai empat itu, rencannaya akan direnovasi dan dilengkapi mulai bulan depan.
Pewarta: Aros