Assalamu’alaikum

Ustadz mohon izin bertanya. Apakah ada wudhu saat masih haid dan apa hukumnya? Mohon penjelasannya dan referensi ustadz

Wassalamu’alaikum

Aisyah, Jakarta

Jawaban:

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Wa’alaikumsalam waramatullahi wabarakatuh

Terima kasih atas pertanyaannya, semoga kita selalu dalam lindungan Allah Swt. Islam memberikan aturan fikih dalam bersuci bagi laki-laki maupun wanita. Menghilangkan hadats kecil dan besar hukumnya wajib. Dalam kasus di atas, bagi wanita haid, bagaimana hukum berwudhu baginya? Berikut penjelasaannya.

Hukum wudhu wanita haid

Apabila si wanita berwudlu berniat untuk menghilangkan hadats atau untuk ibadah, maka haram. Karena hal ini akan menimbulkan pertentangan (tanaqud) antara fungsi wudhu sebagai penghilang hadats kecil, sedangkan si wanita dalam keadaan hadats besar haid.

وَمِمَّا يَحْرُمُ عَلَيْهَا الطَّهَارَةُ عَنْ الْحَدَثِ بِقَصْدِ التَّعَبُّدِ مَعَ عِلْمِهَا بِالْحُرْمَةِ لِتَلَاعُبِهَا، فَإِنْ كَانَ الْمَقْصُودُ مِنْهَا النَّظَافَةَ كَأَغْسَالِ الْحَجِّ لَمْ يَمْتَنِعْ    (الرملي، شمس الدين ,نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج ,1/330 )

Perkara yang diharamkan untuk bersuci dari hadats dengan tujuan ibadah padahal (ia) tahu keharamannya sebab berniat mempermainkan hukum bersuci. Jika tujuannya untuk membersihkan diri seperti mandi haji, maka tidak dilarang.

هَذَا الَّذِي ذَكَرْنَاهُ مِنْ أَنَّهُ لَا تَصِحُّ طَهَارَةُ حَائِضٍ هُوَ فِي طَهَارَةٍ لِرَفْعِ حَدَثٍ سَوَاءٌ كَانَتْ وُضُوءًا أَوْ غُسْلًا وَأَمَّا الطَّهَارَةُ الْمَسْنُونَةُ لِلنَّظَافَةِ كَالْغُسْلِ لِلْإِحْرَامِ وَالْوُقُوفِ وَرَمْيِ الجمرة فمسنونة لِلْحَائِضِ بِلَا خِلَافٍ صَرَّحَ بِذَلِكَ أَصْحَابُنَا وَصَرَّحَ بِهِ الْمُصَنِّفُ أَيْضًا فِي أَوَّلِ بَابِ الْإِحْرَامِ (النووي، المجموع شرح المهذب، ٣٤٩/٢ )

Keterangan ini telah kami sebutkan bahwasanya tidak sah bersucinya orang sedang haid berniat untuk menghilangkan hadas baik dengan wudhu atau mandi. Adapun bersuci yang disunnahkan untuk membersihkan diri seperti mandi ihram, wukuf, lempar jumrah, maka sunnah baginya.

Dari keterangan ini bahwa ada hal yang membedakan antara wudhu dengan niat bersuci dari hadats, dan wudhu untuk menyejukkan diri, atau kebersihkan badan saja. Karena konteks niat yang berbeda orientasi maka timbul hukum yang berbeda.

يغتسل تنظفاً، أو يتوضأ، والغسل أفضل؛ لأنه أتم نظافة، ولأنه عليه الصلاة والسلام اغتسل لإحرامه، وهو للنظافة لا للطهارة، ولذا تفعله المرأة الحائض والنفساء (وهبة الزحيلي، الفقه الإسلامي وأدلته للزحيلي، ٢١٨٨/٣ )

Mandi untuk kebersihan diri, wudhu, mandi lebih utama karena lebih sempurna dalam bersihnya. Karena Nabi shallahu ‘alaihi shalatu wassalam mandi untuk ihram, guna membersihkan diri bukan untuk bersuci. Karena itu, wanita yang haid dan nifas melakukan mandi (membersihkan diri) ini.

Maka dapat disimpulkan bahwa bagi wanita haid atau nifas boleh membersihkan diri dengan mandi ataupun wudhu. Tapi yang menjadi catatan ialah mandi dan wudhu tersebut bukan dalam rangka menghilangkan hadats, tetapi hanya untuk membersihkan diri saja. Apabila berniat menghilangkan hadats besar, maka lebih baik dilakukan ketika darah haid atau nifas sudah berhenti.

Wallahu a’lam


*Dijawab oleh alumni Ma’had Aly Hasyim Asy’ari