Oleh: Drs. KH. Fahmi Amrullah Hadzik*
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُهُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَي اللهِ. اِتَّقُوْ اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah, haqqa tuqatihi, yakni dengan sebenar-benar takwa dan tidaklah kita sekali-kali meninggalkan dunia ini kecuali dalam keadaan beragama Islam dan husnul khatimah.
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah
Pada suatu hari Syekh Fudail bin Iyyad memangku putranya yang masih kecil, kira-kira berusia 4 tahun, ketika itu terjadi dialog antara keduanya (si anak dan Syekh Fudail).
“Wahai ayah apakah engkau mencintaiku?”, tanya si anak.
Syekh menjawab, “Tentu saja anakku, aku sangat mencintaimu.”
Si anak bertanya lagi, “Wahai ayah, apakah ayah juga mencintai Allah?”
Syekh menjawab, “Tentu saja, aku juga mencintai Allah”.
“Berapa hati yang ayah miliki”, sangkal si anak. “Aku mempunyai satu hati”, Jawab Syekh Fudail.
“Wahai ayah bagaimana mungkin ayah mencintai dua hal dengan satu hati”, tanya si anak lagi.
Kemudian Syekh Fudail tersadar bahwa ucapan si anak tadi tidak muncul dari si anak tersebut, melainkan teguran dari Allah SWT.
Maka sejak saat itu Syekh Fudail, berusaha memaksimalkan mahababah-nya, cintanya kepada Allah SWT. karena diingatkan si anak tadi.
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah
Anak adalah anugerah yang Allah berikan kepada kita, anak merupakan sebuah perhiasan dunia. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an yang berbunyi:
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلا (٤٦
Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (Qs. Al-Kahfi: 46).
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah
Perhiasan adalah suatu yang sangat indah, sangat bernilai dan sangat berharga. Seseorang yang mempunyai perhiasan tentu dia akan menyimpan dan merawatnya dengan baik, karena dia yakin perhiasan itu sangat bernilai harganya.
Demikian pula ketika orang tua menyadari bahwa anak tersebut adalah perhiasan maka ia akan berusaha merawat dan mengasuhnya dengan baik, mendidiknya dengan benar. Karena orang tua yakin kelak anaknya yang akan mengurus dan mengantikan dirinya ketika ia sampai pada usia udzur. Apalagi jika ditambah anaknya mempunyai suatu prestasi, maka prestasi anak inilah yang akan menjadi penyenang hati orang tuanya. Sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT. yang berbunyi :
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Artinya: “Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (Qs: Al-furqon:74).
Seseorang anak yang mempunyai prestasi tentu akan membuat hati orang tuanya menjadi senang dan gembira. Tetapi, ingat prestasi bukan hanya diukur, apakah anak itu sudah pernah menjadi Juara atau tidak ? Baik itu juara olah raga, olimpiade atau mendapatkan nilai raport yang baik. Melainkan prestasi sesungguhnya adalah ketika anak kita jauh dari narkoba, minuman keras, pergaulan bebas, akhlaknya baik, bertaqwa kepada Allah dan berbakti terhadap kedua orang tuanya.
Tentunya prestasi ini bisa diraih dengan cara membiasakan, memberikan pendidikan yang baik, memberikan contoh-contoh yang baik. Jadi prestasi bukan hanya dilihat dari nilai raport yang baik. Peran keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan sekitarnya yang menentukan anak mempunyai prestasi yang baik.
Sebab jika kita tidak bisa mendidik anak kita dengan baik, menjadikan anak kita sebagai penyenang hati, menjadikan mereka seperti halnya perhiasan maka anak tersebut malah menjadi salah satu musuh kita.
Sebagaiamana difirmankan dalam Al Quran:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلادِكُمْ عَدُوّاً لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ.
Artinya: “Hai orang-orang mu’min, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Qs: At-tawabun:14)
Karena itu kita sudah sering mendengar berita anak yang justru menjadi musuh orang tuanya, orang tua yang justru stress karena perbuatan sang anak, bahkan meninggal tragis di tangan anak-anaknya yang durhaka. Hal ini terjadi dikarenakan faktor pendidikan, pergaulan dan lingkungan yang tidak baik.
Maka, jika hal ini telah terjadi hilanglah harapan anak yang menjadi hiasan, penyejuk hati dan penenang pandangan.
Selian itu jika tidak didik dengan baik, anak akan menjadi sumber fitnah, sebagaimana dalam Al-Qur’an yang berbunyi:
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Artinya: “sesungguhnya harta-hartamu dan anak-anakmu adalah fitnah dan di sisi Allah lah pahala yang besar.” (Qs: At-Tawabun: 15)
Anak akan menjadi fitnah jika ia melakukan hal-hal yang tidak baik, ibarat orang Jawa mengatakan: “Anak tholah bapak keparajah.” Orang tua akan kecipratan kejelekan yang dilakukan oleh anaknya.
Oleh karena itu maka senantiasa kita menekankan pendidikan terhadap anak-anak kita. Untuk orang tua atau ustadz marilah kita jadikan anak-anak kita (baik itu anak kandung maupun anak didik kita sebagai penyenang hati kita) penyejuk pandangan kita dan perhiasan kita.
Semoga kita bisa mendidik anak-anak kita menjadi anak yang taat kepada Allah dan berbakti kepada orang tua, amin ya rabbal alamin. Semoga bermanfaat khususnya terhadap diri saya sendiri dan umumnya terhadap para hadirin semua.
اِنَّ اَحْسَنَ الْكَلاَمِ كَلاَمُ اللهِ الْمَلِكِ الْمَنَّنِ وَمِنْ قَوْلِيْ يَهْتَدِى الْمُهْتَدُوْنَ, مَنْ عَمِلَ الْصَّالِحَاتِ فَلِنَفْسِهِ, فَمَنْ اَسَاءَ فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلاَّمٍ لِلْعَبِيْدِ, بَرَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْأنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ وَبِمَا فِيْهِ مِنَ الْاَيَةِ الْقُرْانِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلْ مِنِّي وَاِيَّاكُمْ اِنَّهُ سَمِيْعٌ الْعَالِم وَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَ الْغُفُوْرُ الْرَّحِيْمُ.
*Pengasuh Pondok Pesantren Putri Tebuireng
**Pentranskripsi: Muhammad Ali ridho