Oleh: Qana’atun Putri*
Seorang gadis kecil dan ringkih kini bisa bangkit karena kegigihannya. Suatu ketika tepat di hari kelulusannya, dia terombang-ambing pikirannya sampai tak bisa tidur semalam hanya untuk memikirkannya. Melihat teman-teman yang sudah mulai mendaftarkan diri di perguruan tinggi negeri, sedang ia hanya bisa duduk di pojokan dengan memandang langit penuh banyak pikiran.
Dia berpikir, akankah mungkin gadis desa seperti saya ini bisa melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, ya rasanya hanya sebatas hayalan saja. Gadis tersebut tidak ingin egois, di rumahnya masih ada adik yang masih membutuhkan sangat biaya dari orangtua. Dia mulai berpikir, “Saya ini sudah di pondokkan, di sekolahkan hingga tingkat SLTA, saya tidak ingin merepotkan dan menyusahkan kedua orangtua.”
Terdengar pelan dan lembut bisikan dari telinga sebelah kiri, ternyata salah satu temanku yang cukup dibilang mampu dari segi ekonomi, dia membisikan tepat ditelingaku, “Put, mending di negeri aja lebih murah daripada di swasta mahal,” tuturnya.
Aku mulai mencerna kata temanku tersebut, dan pada akhirnya aku mengambil usulannya. Dia mendaftar dibeberapa Universitas Negeri, namun karena tidak mendapat izin dari Bu Nyainya, tidak ada satupun yang diterima, dia mulai putus asa dan memutuskan untuk kembali ke tempat kelahirannya. Dia mulai merasakan kejenuhan hingga akhirnya dia mondok di pesantren salaf sampai satu tahun. Ibunya meminta untuk kembali ke pondok pesantren yang lama sambil kuliah di swasta.
Gadis itu mulai berpikir untuk masalah biaya ke depannya, akhirnya semenjak semester dua dia mulai mencari penghasilan sendiri dengan cara jual ayam bakar keliling per kamar. Alhamdulillah, dia bisa membiayai kuliahnya dengan jerih payahnya. Dia merasa semua itu belum cukup untuk biaya hidup, akhirnya dia mencari inovasi dengan cara terjun ke dunia literasi, dengan begitu kebutuhan terpenuhi.
Dia berhasil menjual buku yang ditulis sebanyak 20 ekslempar, bahkan sekarang dia jadi guru di sekolah dasar. Hasil dari penjualan buku itu dia gunakan untuk membayar semester. Dia juga mendapatkan beasiswa dari hasil tulisannya itu. Akhirnya dia berpikir bahwa dengan kesendiriannya di tanah rantau, dia lebih memiliki kesempatan untuk mandiri dan belajar untuk hidup lebih dewasa.
*Mahasiswa Unhasy Tebuireng Jombang.