Sumber gambar: http://www.wajibbaca.com/2017/04/inilah-keistimewaan-3-amalan-di-bulan.html

Oleh: Fitrianti Mariam Hakim*

Bulan Sya’ban adalah bulan yang mulia. Ia terletak di antara bulan Rajab dan bulan Ramadan. Bulan ini dinamakan bulan Sya’ban karena disaat penamaan bulan ini, banyak orang-orang Arab yang sedang berpencar mencari air atau berpencar di dalam gua setelah bulan Rajab. Ibnu Hajar al-Asqalani mengatakan di dalam kitab karangannya Fathul Bari juz 4 hal. 213

وَسُمِّيَ شَعْبَانَ لِتَشَعُّبِهِمْ فِي طَلَبِ الْمِيَاهِ أَوْ فِي الْغَارَاتِ بَعْدَ أَنْ يَخْرُجَ شَهْرُ رَجَبٍ الْحَرَامِ وَهَذَا أَوْلَى مِنَ الَّذِي قَبْلَهُ وَقِيلَ فِيهِ غَيْرُ ذَلِكَ

“Dinamakan Sya’ban karena mereka berpencar-pencar mencari air atau di dalam gua-gua setelah bulan Rajab al-Haram (mulia). Sebab penanaman ini lebih baik dari yang sebelumnya. Dan disebutkan sebab lainnya dari yang telah disebutkan.”

Sebelum membahas lebih rinci mengenai keutamaan-keutamaan bulan Sya’ban, Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas al-Maliki  juga telah menjelaskan beberapa pandangan ulama terkait dengan penamaan bulan Sya’ban dalam buku karangannya Ma Dza fi Sya’ban hal. 5. Salah satunya adalah sebagai berikut:

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

وسمي شعبان لأنه يستعب منه خير كثير، وقيل معناه شاع بان، وقيل مشتق من الشعب (بكسير الشين) وهو طريق في الجبل فهو طريق الخير، وقيل من الشعب (بفتحها) وهو الجبر فيجبر الله فيه كسر القلوب، وقيل غير ذلك

“Bulan (kedelapan) hijriyah ini dinamai dengan sebutan ‘Sya‘ban’ karena banyak cabang-cabang kebaikan pada bulan mulai ini. Sebagian ulama mengatakan, ‘Sya‘ban’ berasal dari ‘Syâ‘a bân yang bermakna terpancarnya keutamaan. Menurut ulama lainnya, ‘Sya‘ban’ berasal dari kata ‘As-syi‘bu’ (dengan kasrah pada huruf syin), sebuah jalan di gunung, yang tidak lain adalah jalan kebaikan. Sementara sebagian ulama lagi mengatakan, ‘Sya‘ban’ berasal dari kata ‘As-sya‘bu’ (dengan fathah pada huruf syin), secara harfiah ‘menambal’ di mana Allah menambal (menghibur atau mengobati) patah hati (hamba-Nya) di bulan Sya’ban. Ada pula ulama yang memahami bulan ini dengan makna selain yang disebutkan sebelumnya.”

Selain itu, bulan Sya’ban juga kerap dikenal dengan bulan Allah,  bulan Shalawat, dan bulan Al Quran. Ia disebut bulan Allah karena memiliki sejumlah keistimewaan yang ada di dalamnya. Allah mengampuni dosa hambaNya dan melipatgandakan amal baik hambaNya. Oleh karenanya, umat Islam dianjurkan untuk memperbaiki amal dengan memperbanyak membaca shalawat, istighfar, tadarrus ­ Al Quran, dan amal kebaikan lainnya pada bulan ini. Sebagaimana yang telah tercantum dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah no. 1390:

عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ : ” إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

“Sesungguhnya Allah ada di malam pertengahan bulan Sya’ban kemudian mengampuni seluruh makhluknya kecuali orang musyrik dan orang yang bertengkar.”

Lalu amalan-amalan apa yang disyariatkan pada bulan ini?

Ada beberapa amalan yang dilakukan Rasulullah dan para ulama pada bulan ini:

  1. Memperbanyak puasa, karena Rasulllah SAW memperbanyak puasa pada bulan ini tidak seperti bulan-bulan lain selain bulan Ramadan, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis yang diriyawatkan oleh Imam Bukhori no. 1969:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ” يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يَصُومُ، فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ “

Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a bahwasanya dia berkata, “Dulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sampai kami mengatakan bahwa beliau tidak berbuka, dan berbuka sampai kami mengatakan bahwa beliau tidak berpuasa. Dan saya tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasa dalam sebulan kecuali di bulan Ramadan. Dan saya tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada bulan Sya’ban.”

Dijelaskan pula dalam kitab Fathul Bari juz 4 hal. 215 sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad no. 21753:

عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ مِنْ شَهْرٍ مِنَ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ. قَالَ : “ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ.”

Diriwayatkan dari Aisyah bahwasanya dia berkata kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah aku tidak pernah melihatmu berpuasa sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban. Rasulullah SAW menjawab: itu adalah bulan yang dilalaikan di antara bulan Rajab dan bulan Ramadan, dan ia adalah bulan diangkatnya amal-amal kepada Allah SWT dan aku ingin amalku diangkat dalam keadaan aku berpuasa.”

2. Membaca Al Quran. Mulai memperbanyak membaca Al Quran dari awal bulan Sya’ban , sehingga ketika menghadapi bulan Ramadan, seorang muslim akan bisa menambah lebih banyak lagi bacaan Al Quran.

3. Mengerjakan amalan-amalan shalih. Untuk menghadapi bulan Ramadan para ulama terdahulu membiasakan mengerjakan amalan-amalan shalih semenjak datangnya bulan Sya’ban , sehingga mereka sudah terlatih untuk menambahkan amalan-amalan mereka ketika di bulan Ramadhan. Abu Bakr Al-Balkhi rahimahullah pernah mengatakan:

سهر رجب شهر الزرع، وشهر شعبان شهر سقي الزرع،وشهر رمضان شهر حصادالزرع

“Bulan Rajab adalah bulan menanam, bulan Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman, dan bulan Sya’ban adalah bulan memanen tanaman.”

Selain amalan-amalan di atas, terdapat berbagai amalan lain yang sudah biasa dilakukan oleh mayarakat, seperti membaca surah yasiin 3 kali kemudian dilanjutkan dengan membaca doa dan berpuasa di pertengahan hari pada bulan Sya’ban. Adapun berbagai amalan ini, tidak ada pelarangan untuk melakukannya. Karena amalan-amalan tersebut adalah amalan yang baik. Kita sebagai umat Islam dianjurkan untuk menyambut bulan Ramadhan dengan memperbanyak amal kebaikan. Sebagaimana yang terdapat dalam kitab Fathul Bari juz 4 hal.214 bahwa berpuasa di bulan Sya’ban tidak lain untuk mengagungkan bulan Ramadan (li ta’dzimi Ramadan).

Dari keterangan di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa sudah sepantasnya kita menjauhi segala bentuk kesyirikan baik yang kecil maupun yang besar, perbuatan yang dilarang oleh Allah, dan menjauhi segala bentuk permusuhan dengan saudara kita. Oleh karena itu, mari senantiasa melakukan kebaikan dan menyambut bulan Ramadan dengan penuh kesenangan.


*Penulis adalah Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari dan sekarang tercatat sebagai santri di Pesantren Salafiyah Syafi’iyah al-Khoiriyah Seblak Jombang.