Logo PAHAT (Paguyuban Mahasiswa Alumni Tebuireng) di Bandung.

Tebuireng.online— Salah satu yang khas dari Santri Tebuireng adalah semangat berorganisasi yang bisa dilihat dari ragam organisasi yang bermunculan di pesantren seperti Organisasi Daerah (ORDA), Organisasi Santri Pondok Putri (OSPI), Kumpulan Dai Tebuireng (KUDAIRENG), Kumpulan Banjari & Hadrah Tebuireng (KUBAHIRENG) Kumpulan Photography Tebuieng (KOPI IRENG), dan lain-lain.

Tidak hanya itu, bahkan alumni Tebuireng yang sudah berstatus mahasiswa pun mendirikan Organisasi Daerah Mahasiswa yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia, salah satunya adalah Paguyuban Mahasiswa Alumni Tebuireng (PAHAT) yang menaungi mahasiswa alumni Tebuireng di daerah Bandung dan sekitarnya.

Adapun salah satu program yang diadakan oleh organisasi-organisasi mahasiswa alumni Tebuireng adalah memberikan sosialisai kepada santri Tebuireng yang ingin melanjutkan kuliah ke beberapa daerah yang rutin diagendakan setiap tahun menjelang UN kelas 3 tingkat SLTA. 

Berawal dari inisiatif beberapa alumni Tebuireng, pada 17 Desember 2013 PAHAT resmi berdiri dengan 11 anggota. Keberadaan organisasi mahasiswa alumni Tebuireng seperti  Himasakti yang berdomisili di Yogyakarta & Hikmat yang menaungi daerah Jabodetabek melatarbelakangi pendirian PAHAT.

Sesuai dengan visinya, PAHAT dibentuk untuk membangun kekeluargaan dan kebersamaan diantara anggota. “Kami ingin menerapkan bahwa PAHAT adalah rumah. Jika kalian rindu dengan suasana di Tebuireng, seperti tahlilan, datanglah ke PAHAT,” ujar Susanto Haryo Prakoso, salah satu pendiri PAHAT yang akrab dipanggil Kang Santo.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Minimal, di PAHAT teman-teman bisa belajar organisasi dari kulitnya (dasarnya),” lanjutnya.

Tinggal di masjid selama 3 bulan pertama kuliah dan tidak adanya kepastian untuk bisa melakukan daftar ulang, menjadi pengalaman tersendiri bagi Kang Santo. “Waktu itu saya pergi ke Bandung tanpa tahu saya tinggal di mana, saya bisa daftar ulang atau nggak, dengan adanya PAHAT, alumni Tebuireng yang melanjutkan di Bandung akan dibantu terlebih lagi yang belum pernah singgah di Bandung,” ungkapnya mengenang prosesnya menjadi mahasiswa baru di Bandung.

“Saya ngga kebayang gimana nanti adik-adik saya yang dari Jombang, datang ke Bandung, tempat yang asing, dingin, kereta sampai sekitaran jam 11 malam – 2 pagi. Saya nggak mau itu semua terjadi pada teman-teman nanti,” ungkap Kang Santo yang menjadi alumnus Unpad tahun 2018. Hal itu juga menjadi salah satu faktor didirikannya PAHAT.

“Pahat juga berawal dari kata “Tahap” yang dibalik, semoga menjadi inspirasi bagi teman-teman yang lanjut di Bandung untuk menuai tahapan yang lebih baik,” pungkasnya.

Pewarta: Enda Sartika

Publisher: RZ