Oleh: Luluatul Mabruroh*
Jika dalam sejarah dunia dikenal seorang penjelajah Ibnu Battuta, maka jangan sampai tertinggal dari pengetahuan seorang geographer muslim dunia setara Ibnu Batuta yang tak begitu dikenal namanya, dia adalah Abu Abdullah Muhammad bin Muhammad bin Abdullah bin Idris ash-Sharif atau yang selanjutnya disebut Al-Idrisi. Lahir di Ceuta, Spanyol, pada tahun 493 H (1100 M). Karena silsilahnya yang agung, ia juga dikenal dengan nama Asy-Syarif al-Idrisi. John Block Friedman juga menyebutkan bahwa al-Idrisi termasuk salah satu keturunan Nabi Muhammad SAW.
Al-Idrisi menjadi dosen ilmu geografi di Eropa selama tiga abad. Ia telah membuat bola dunia dikala mayoritas geographer muslim telah berhasil membuat ukuran permukaan bumi secara akurat. Beberapa peta dunia telah dibuat namun tidak sesempurna karya Al-Idrisi. Seperti geographer lainnya, Al-Idrisi juga melakukan penjelajahan ke berbagai belahan dunia, termasuk ke Asia dan Afrika untuk mengumpulkan data geografi. Beliau selalu berusaha mengumpulkan bahan dan referensi sebanyak mungkin dan mengombinasikannya menjadi penemuan baru. Ia menyajikan data dengan sangat kompherensif yang menyebabkan kalangan militer fan navigator laut Eropa tertarik kepada kajian-kajiannya bahkn membuat Raja Roger II terpincut dan meminta Al-Idrisi untuk membuatkannya peta Kristen yang akurat.
Saat itu para geographer dan cartographer barat masih menggunakan pendekatan simbolis dan fantasi. Alih-alih menggunakan metode ilmiah seperti yang dilakukan ilmuan Muslim, ilmuan barat masih percaya pada hal-hal mistis dalam pembuatan peta. Al-Idrisi menyetujui permintaan dari Raja Roger dengan syarat Al-Idrisi diperbolehkan untuk memasukkan data wiliyah Sicilia yang dulunya adalah wilayah kekuasaan kaum Muslimin. Selanjutnya mereka mendirikan Akademi Geografi.
Sebagai bentuk penghormatan terhadap Raja Roger II, Al-Idrisi melengkapi bola dunia karyanya dengan kitab Al-Rujari (Roger’s Book). Buku ini digambarkan sebagai bentuk deskripsi paling teliti dan cermat di dunia pada abad pertengahan. Sangat disayangkan bahwa selanjutnya orang Eropa menggunakan peta Al-Idrisi sebagai pedoman untuk melakukan penjajahan ke berbagai negara, Al-Idrisi dikenal sangat jenius dalam mengukur garis bujur dan garis lintang beberapa negara.
Sementara itu, buku karya Al-Idrisi yang berjudul Nuzhat al-Mushtaq fi Ikhtiraq al-Afat dijadikan sebagai sebuah ensiklopedia. Setelah menyelesaikan buku tersebut, Al-Idrisi membuat sebuah kompilasi ensiklopedia yang lebih kompherensif berjudul Rawd Unnas wa Nuzht al-Nafs. beliau wafat di Sicilia pada 1160.
Tulisan ini, disarikan dari berbagai sumber.
*Penyusun adalah Mahasiswa Unhasy Tebuireng Jombang.