Tebuireng.online- Dalam rangkaian Halal Bil Halal dan Temu Alumni Nasional XIV, bapak Moh. Adi Sucipto turut memberikan materi terkait ekonomi dalam sesi dialog alumni, Sabtu (29/06). Beliau yang saat ini menggeluti bisnis di bidang kopra membagi pengalamannya dalam dialog alumni tersebut.

“Konsep dalam pemikiran saya, orang berilmu itu tidak punya arti sama sekali, sebelum ilmu itu dipupuk dengan keimanan,” ucap beliau mengawali kisahnya. “Sepintar apapun ilmu ekonominya kalau tidak mampu bergerak di bidang ekonomi kemungkinan bisa jadi milioner saja, tetapi tidak mampu bergerak di ekonomi berbasis kemasyarakatan,” imbuhnya.

Karena hal itu, pada intinyauntuk memperkaya diri sendiri. Beliau memulai konsepnya dari sana. Beliau mengakui dirinya tidak bisa apa-apa. Namun dari situ banyak hikmah yang diambil. “Kalau memang saya tidak bisa apa-apa. Insyallah Allah yang bisa apa-apakan saya,” tutur pengusaha ini.

Lelaki berambut gondrong tersebut memiliki misi “Aku Percaya pada janji-Mu Ya Allah”. Bahwasanya Allah sudah berjanji di dalam al-Quran, berbagai macam ayat, dan ayat itu selalu digandengkan dengan ayat iman dan takwa. Ataupun orang yang berilmu dan beriman.

“Itu akan diberikan barokah. Ila al-sama’ wa al-ard,” katanya. Indonesia adalah negeri pecahan surga. Jadi tidak masuk akal apabila orang Indonesia kebingungan cari makan. Karena Allah telah memberikan rizki.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Dan ini termasuk menjadi semangat santri,” lanjutnya. Menurutnya, santri sebenarnya adalah generasi yang unggul. Karena pendidikan di pesantren tempatnya dididik dengan akhlak al-karimah. Rasulullah dengan konsep jujurnya, oleh sebab itu dipercaya oleh Siti Khadijah. Santri diharapkan punya modal kejujuran.

Pada mulanya beliau menekuni usaha di bidang pertanian. Beliau membelinya dari petani, Namun dalam konsep majunya zaman, beliau mengalami kemunduran karena tidak bisa mengimbangi pemain-pemain, pembeli gabah yang di lapangan notabenenya timbangan yang tidak benar.

Singkat cerita, beliau membeli kebun-kebun kelapa, di beberapa kelompok yang sudah memproduksi kopra putih, lalu di kelola, dijual ke perusahaan-perusahaan. Sampai pernah terkena tipu hingga uang 1 milyar yang dikumpulkannya ludes. Namun beliau tetap yakin kepada Allah Swt. “Tidak mungkin tercipta 3, sebelum ada 0,” katanya.

Setelah menemukan patner yang amanah, kopra mengalami degradasi. “Dulu sempat harga 14, bahkan 20. Saat ini di angka 7. Miris, padahal negara kita sangat kaya. Untungnya masih banyak di masyarakat yang mampu menghendaki ekonomi masyarakat dengan cara mendirikan ukm-ukm,” pungkasnya.

Beliau berharap Ikapete bisa membentuk koperasi untuk menguatkan alumni bukan hanya silaturahmi tetapi juga pinsip-prinsip ekonomi. “Jadilah santri-santri yang kaya. Selama ini pemahaman santri, Nabi itu miskin. Padahal Nabi itu kaya, hal tersebut dibuktikan bahwa Nabi tidak membutuhkan apa-apa. Karena yang meng-apa-apakan Allah,” ucapnya diiringi tepuk tangan para alumni.


Pewarta: Umdah

Publihser: MSA