ilustrasi hijrah nabi ke thaif

Sepuluh tahun berjalan, Nabi Muhammad tak kunjung menemui masyarakat Arab yang benar-benar setia untuk masuk dan memperjuangkan agama Islam. Kondisi ini terus berlanjut, hingga dua sosok orang yang beliau cintai, Siti Khadijah dan Abu Thalib meninggal dunia. Dari sini, ada satu inisiatif yang datang dari benak beliau.

Inisiatif Nabi

Beliau berinisiatif untuk merangkul kerabat-kerabat beliau yang ada di luar kota Mekah. Inisiatif ini beliau pikirkan selama beberapa hari. Akhirnya, beliau menemukan jawaban yang selama ini beliau cari. Kota Thaif menjadi satu daerah yang akhirnya menjadi tujuan utama beliau untuk berhijrah.

Salah satu alasan mendasar kenapa beliau memilih kota Thaif sebagai tujuan hijrah adalah karena daerah tersebut, adalah daerah di mana ibu dari buyut beliau, Hasyim tinggal. Nama ibu dari buyut Nabi tersebut adalah Atikah binti Murrah as-Sulamiyah. Beliau adalah salah seorang perempuan keturunan bangsawan dari Kabilah Tsaqif.

Dari informasi tersebut, bisa dipahami bahwa di kota Thaif, terdapat banyak paman Nabi Muhammad. Terlebih, mereka adalah pembesar kabilah di sana. Ini sangat menguntungkan bagi Nabi, sehingga harapan besar beliau untuk menemukan tempat yang sangat nyaman untuk berdakwah bisa terealisasikan.

Setelah beberapa saat, Nabi memanggil sahabat Zaid bin Harisah. Tujuan beliau memanggil sahabat Zaid adalah dalam rangka menjadikan beliau sebagai teman di saat berhijrah. Terlebih, hubungan di antara Nabi dan Zaid sat itu sangatlah dekat. Sahabat Zaid sempat menjadi anak angkat Nabi, yang di kemudian hari status anak angkat tersebut dihapus oleh Allah Swt.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Perjalanan Dimulai

Akhirnya, perjalanan hijrah tersebut dimulai. Tepat di bulan Syawal, kedua orang mulia tersebut pergi ke arah daerah Thaif. Segala bentuk rintangan, hambatan selama berada di perjalanan, mereka lewati dengan hati yang iklas dan berani.

Tidak membutuhkan waktu yang sangat lama, akhirnya mereka tiba di daerah Thaif. Sesampainya di daerah tersebut, Nabi langsung menghadap kepada tiga pembesar Kabilah Tsaqib pada saat itu. Mereka adalah Yalil, Masud dan Hubaib. Sesuai dengan penjelasan di atas, ketiganya masih kerabat dekat dengan Nabi Muhammad.

Untuk pandangan pertama bersama mereka, Nabi dan sahabat Zaid diterima dengan baik dan hangat. Namun, kondisi tersebut ternyata tidak berlangsung lama. Tidak lama setelah beliau menetap di sana, akhirnya beliau mengutarakan tujuan utama beliau datang ke Thaif. Tentunya kita sudah tahu apa tujuan utama beliau datang ke Thaif.

Penolakan Pembesar Kabilah Thaif

Dakwah yang menjadi tujuan utama Nabi datang ke Thaif ditolak secara mentah-mentahan oleh para pembesar kabilah tersebut. Dengan beberapa argumen serta penolakan yang ada, akhirnya Nabi memilih mundur dan pergi dari sana.

Tidak disangka-sangka sekaligus sangat mengherankan adalah, para pembesar kabilah tersebut menyuruh budak-budak untuk melempari Nabi Muhammad dan sahabat Zaid yang memilih mundur dari daerah tersebut. Situasi berdarah pun akhirnya tidak terelakkan. Sahabat Zaid mengalami pendarahan di sekitar kepala. Sedang Nabi menerima sedikit luka-luka di sekitar kaki.

Pelarian tersebut akhirnya berujung di kebun kurma milik Utbah dan Syaibah, penduduk asli daerah tersebut. Saat itulah kemudian malaikat Jibril mendatangi Nabi dan sahabat Zaid. Kedatangan malaikat Jibril hendak menawarkan kepada beliau, apakah beliau berkenan ketika penduduk Thaif ditimpakkan dua gunung batu yang begitu besar sebagai balasan atas apa yang sudah mereka lakukan kepada Nabi dan sahabat Zaid.

Di situlah kemudian Nabi berkata kepada malaikat Jibril, “Tidak wahai Jibril. Saya hanya ingin memohon semoga Allah Swt kelak mengeluarkan dari tulang rusuk mereka keturunan yang menyembah Allah semata, dan tidak menyekutukan mereka.”

Ketika berada di kebun kurma milik Utbah dan Syaibah, sebenarnya hati Nabi tidak terlalu nyaman. Beliau khawatir ketika keduanya tidak menyukai kedatangan Nabi dan Zaid. Di situlah kemudian Nabi berdoa kepada Allah Swt supaya diberi kesalamatan. Akhirnya doa beliau dijawab oleh Allah Swt.

Allah Swt menggerakan hati kedua pemilik kebun kurma tersebut, bahkan keduanya menyuruh salah satu budaknya bernama Addas untuk membawakan kurma kepada Nabi dan sahabat Zaid. Menerima kurma tersebut, Nabipun memakannya. Namun, sebelum beliau memasukkan kurma tersebut ke dalam mulut, terlebih dahulu beliau membaca basmalah.

Mendegar bacaan basmalah tersebut, Addas sontak berkata, “Perkataan ini belum pernah diucapkan oleh penduduk negeri ini.”

Setelah itu, Nabi berkata, “Dari mana engkau berasal? Apa agamamu?”

Addas pun menjawab, “Agamaku adalah Nasrani dan aku berasal dari Ninawa.”

Nabipun melanjutkan pertanyaan kepada Addas, “Apakah itu daerah yang sama dengan daerah seorang lelaki salih bernama Yunus bin Matta?”

Ketika mendengar keterangan tersebut, akhirnya Addas semakin terkejut dengan status Nabi Muhammad. Akhirnya, Addas mencium Nabi Muhammad. Setelah itu, Nabi dan Zaid berinisiatif untuk kembali ke kota Mekah.

Kembali ke Kota Mekah

Akhirnya, perjalanan menuju kota Mekahpun dimulai. Ketika keduanya hampir sampai ke daerah Mekah, Zaid sempat bertanya kepada Nabi, “Bagaimana engkau kembali ke kota Mekah, padahal mereka telah mengeluarkanmu?”

Nabipun menjawab, “Wahai Zaid! Sesungguhnya Allah Swt adalah Zat yang menciptakan kelapangan dan jalan keluar atas keadaan yang telah engkau hadapi. Sesungguhnya Allah Swt adalah zat yang telah menolong agama dan memperlihatkan Nabi-Nya.”

Akhirnya melalui beberapa usaha dan rintangan yang ada, Nabi Muhammad dan sahabat Zaid tiba di kota Mekah.

Dari cerita di atas, kiranya kita bisa menilik satu hikmah. Usaha Nabi Muhammad dalam berdakwah sangatlah begitu besar. Beliau begitu ikhlas, semangat dan setia untuk menegakkan agama Islam. kiranya kita bisa meniru usaha Nabi Muhammad tersebut dengan apa yang saat ini sedang kita lakukan.

Misalnya, kalau sekarang kita adalah seorang pelajar, kiranya dengan semangat belajar, terlebih kajian agama Islam, itu mungkin bisa menjadi salah satu cara kita dalam meniru usaha Nabi untuk mendakwahkan agama Islam. Semoga kita bisa merealisasikannya. Sekian! Terimakasih!

Baca Juga: Tak Banyak yang Tahu, Ini Hikmah Tersembunyi di Balik Peristiwa Hijrah


Sumber: (Tim FKI Waskito, Potret Hijrah Telaah Fenomena Hijrah Sesuai Syariah, [Kediri, Lirboyo Press, 2023], halaman 42).


Ditulis oleh Moch. Vicky Shahrul H., Mahasantri Mahad Aly An-Nur II Al-Murtadlo Malang