sumber ilustrasi: pinterest.com

Oleh: Dimas Setyawan*

Beberapa hari lalu, saya berkesempatan berdiskusi dengan salah seorang kawan saya semasa MTs di Pesantren Darunnajah Cipining. Saat ini, teman saya sedang menempuh kuliah Strata Satu (S1) di Universitas Necmettin Erbakan Turki, dengan jalur beasiswa.

Saya menanyakan kepadanya, bagaimana kemeriahan Idul Fitri di Negara berjuluk “Negeri Kebab” itu. Teryata, kemeriahan Hari Raya Idul Fitri di Turki tidak semeriah Hari Raya Idul Adha.

Di Negara Indonesia sendiri, semenjak hendak memasuki bulan Ramadhan saja, segala penjuru dari masyarakat perkotaan hingga pedesaan, berbondong-bondong untuk memeriahkan menyambut bulan suci tersebut. Terlebih ketika, akan usai bulan Ramadhan dan hendak memasuki hari Raya Idul Fitri.

Dan inilah tujuh ragam budaya Idul Fitri di Indonesia.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

1. Mudik

Mudik ini memiliki sejarah yang cukup panjang. Bisa jadi, sejarah mudik di Indonesia, yang acap kali menjadi momentum tiap tahunnya dimulai ketika pemerintah mengadakan program transmigrasi pada tahun 1950-an.

Yang mana, banyak penduduk di desa atau di perkampungan meninggalkan kampus halamannya, untuk mencari nafkah di beberapa wilayah di Indonesia. Maka hari raya Idul Fitri yang hanya setahun sekali, menjadi momentum sangat berharga untuk sejenak kembali ke kampung halaman, dan menjenguk sanak saudara.

2. Halal Bi Halal

Setelah hari raya Idul Fitri, para masyarakat Indonesia biasanya mengelar acara kembali, yakni bertema Halal bihalal. Halal bihalal ialah acara silaturahmi setelah lebaran.

Biasanya, acara ini digelar oleh keluarga besar dengan mengudang sanak saudaranya, atau pada setiap organisasi-organisasi di sekolah, universitas, maupun rekan kantor. Asal muasal pertama di laksanakan halal bihalal ini, ialah ketika KH. Wahab Hasbullah, diminta oleh Presiden pertama Indonesia, Ir. Sukarno untuk mengadakan acara pertemuan silaturahmi yang mengundang para penjabat pemerintah masa itu.

Dan setelah beberapa kurun waktu, acara halal bihalal juga di laksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

3. Bagi-bagi THR

THR, sendiri singkatan dari kepanjangan “Tunjangan Hari Raya”. THR, ini sekilas seperti bonus yang diberikan oleh Pimpinan suatu perusahaan kepada para anggotanya. Di masyarakat luas, tradisi THR ini tidak hanya saja berbentuk uang dalam amplop. Tapi kadang-kadang juga berbentuk kue, roti, sembako dan lain sebagainya.

4. Memasak Makanan Khas Daerah

Ketika hendak memasuki hari raya, rumah-rumah warga di Indonesia biasanya sibuk dengan menyiapkannya hidangan khas daerah masing-masing. Hidangan ini, di peruntukkan ketika menyambut tamu-tamu yang datang bersilaturahmi ketika hari lebaran.

5. Ketupat

Lebaran dan ketupat adalah dua hal yang saling berhubungan dan tak mungkin dipisahkan. Ketupat, sendiri identik sebagai pendamping makanan berkuah atau bersantan. Dan juga ketupat ini, biasa disajikan dengan hidangan makanan khas daerah yang telah disiapkan.

6. Saling Mengunjungi

Rumah Satu dari sekian rentetan perayaan hari raya di Indonesia ialah, para masyarakat biasanya saling mengunjungi rumah-rumah sanak saudara, tetangga sekitar atau rekan- teman. Saling mengunjungi rumah, bertujuan untuk menyambung silaturahmi dan meminta maaf bila di hari-hari sebelumnya pernah melakukan kesalahan.

7. Takbir Keliling

Sebagai bentuk syi’ar lebaran dan juga sebagai bentuk rasa kebahagiaan menyambut hari kemerdekaan biasanya masyakarat Indonesia berkeliling kampung dengan melafadkan kalimat takbir. Takbir Keliling ini biasa dilaksakan semalam sebelum hari raya idul Fitri.

*Mahasantri Mahad Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng.